Perluasan Bandara Al Maktoum, Tanda Dubai Sembuh dari Dua Krisis
Perluasan itu menjadi penanda baru Dubai telah selesai dari dampak krisis 2008 maupun pandemi Covid-19.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
DUBAI, SENIN — Dubai kembali menunjukkan tanda pemulihan baru atas kondisi ekonominya. Kali ini, wujudnya berupa pengumuman perluasan BandaraAl Maktoum yang akan menelan 34.85 miliar dollar AS.
Emir Dubai Sheikh Mohammed Rashid al-Maktoum mengumumkan rencana itu pada Minggu (28/4/2024). ”Kami membangun proyek baru untuk generasi masa depan, memastikan pembangunan berkelanjutan dan stabil bagi anak cucu kami. Dubai akan menjadi bandara dunia, pelabuhannya, kotanya, dan pusat penghubungnya,” kata Sheikh Mohammed.
Proyek itu diungkap berselang setelah Dubai terendam banjir terdahsyat dalam 75 tahun terakhir. Hampir seluruh Dubai, termasuk Bandara Internasional Dubai, terendam beberapa hari.
Dampaknya, kekacauan melanda penerbangan dari dan ke berbagai negara. Penerbangan-penerbangan itu menggunakan Dubai sebagai bandara transit. Banyak penumpang mengeluhkan bagasi mereka tidak kunjung jelas nasibnya.
Banjir di Dubai pada 18 April 2024
Dampak lain banjir berupa kerugian hingga miliaran dollar AS. Sebab, banyak mobil mewah dan aneka benda mewah lain terendam.
Tertunda krisis
Dubai dan negara induknya, Uni Emirat Arab, memerintahkan evaluasi infrastruktur selepas banjir 16-18 April 2024. Setelah itu, Dubai melanjutkan manuver lain: mengumumkan perluasan Bandara Al Maktoum.
Diresmikan pada 2010, bandara di sisi selatan Dubai itu kini dilengkapi dua landas pacu. Selama ini, bandara itu lebih sering dijadikan lokasi parkir pesawat dan melayani penerbangan kargo.
Ke depan, bandara itu akan dilengkapi tiga landas pacu tambahan. Kapasitas terminalnya akan ditingkatkan hingga 290 juta penumpang per tahun. Total akan tersedia 400 gerbang keberangkatan.
Kala dibangun pada 2007, Bandara Al Maktoum sebenarnya dirancang berkapasitas ratusan juta penumpang per tahun. Walakin, Dubai ikut terimbas krisis keuangan 2008. Alih-alih membangun, Dubai malah mencari talangan dari Abu Dhabi yang merupakan ibu kota UEA.
Karena itu, kala diresmikan pada 2010, Bandara Al Maktoum hanya punya satu landasan pacu. Padahal, bandara itu direncanakan jadi bagian dari kawasan baru di Jabal Ali. Kini, kawasan itu antara lain terkenal dengan ”The Palm” yang merupakan gugusan pulau buatan. Namanya sesuai dengan wujud pulau-pulau itu jika dilihat dari atas, seperti pohon palem.
Di pinggiran Jabal Ali juga ada Dubai Expo. Dalam pernyataan kala mengumumkan perluasan Bandara Al Maktoum, Sheikh Mohammed menyebut ada kebutuhan perluasan.
Kini, pusat kota Dubai dinilai sudah terlalu ramai dan sulit dikembangkan. Karena itu, pembangunan kini diarahkan ke sekitar Jabal Ali.
Sebagian pengembang telah menawarkan rumah dan tempat usaha di sekitar Dubai Expo dan Bandara Al Maktoum. ”Sembari kami membangun kota di sekitar bandara di Dubai Selatan, permintaan perumahan bagi jutaan akan orang akan mengikuti. Kawasan itu akan menjadi tempat perusahaan-perusahan kelas dunia di sektor logistik dan transportasi udara,” tutur Sheik Mohammed.
Citra satelit merekam kondisi Bandara Al Maktoum, Dubai, pada 26 April 2024.
Pengembangan Bandara Al Maktoum akan melengkapi perluasan itu. Perluasan itu menjadi penanda baru Dubai telah selesai dari dampak krisis 2008 ataupun pandemi Covid-19.
Kepala Badan Penerbangan Sipil Dubai Sheikh Ahmed Saeed Al Maktoum mengatakan, tahap pertama pengembangan akan berlangsung dalam satu dekade. Hasil tahap pertama akan membuat Bandara Al Maktoum bisa melayani sampai 150 juta penumpang per tahun.
Sebagai pembanding, Bandara Internasional Dubai berkapasitas 120 juta penumpang per tahun. Pada 2023, ada 86,9 juta penumpang dilayani Bandara Dubai. Dengan dua landas pacu, Bandara Dubai dicatat sebagai bandara tersibuk pada 2023.
Sementara pada 2019, bandara itu melayani 86,3 juta penumpang. Adapun pada 2018, ada 89,1 juta penumpang dilayani bandara itu.
Dubai mencatat 17,1 juta pelancong menginap di sana pada 2023. Tingkat keterisian kamar hotel mencapai 77 persen sepanjang 2023. (AFP/AP)