Joko Pinurbo dan Keindahan dalam Dunia Sehari-hari
Seperti judulnya, puisi-puisi Jokpin membahas hal-hal sederhana dari kehidupan serta barang sehari-hari.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Dunia sastra Indonesia kembali berduka setelah Yudhistira ANM Massardi berpulang pada awal April 2024. Kini, penyair kelahiran Sukabumi, Joko Pinurbo (61), mengembuskan napas terakhir pada Sabtu (27/4/2024).
Kabar meninggalnya Jokpin disampaikan oleh editor Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti, yang selama ini mengedit buku-buku Jokpin. Mirna menyebut dirinya menerima kabar duka tersebut dari istri Jokpin, Nurnaeni Amperawati Firmina, pada Sabtu pagi, melalui aplikasi Whatsapp.
Menurut Mirna, Jokpin meninggal di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Dia menambahkan, berdasarkan informasi dari sang istri, Jokpin dirawat inap di RS Panti Rapih sejak Jumat (26/4/2024) malam.
Sebelumnya, pada November 2023, Jokpin sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu. Dalam wawancara dengan Kompas saat itu, Nurnaeni menyebut, Jokpin mengalami keluhan di paru-paru. ”Setelah tahun 2023, beberapa kali Mas Jokpin opname (rawat inap di rumah sakit). Saya juga sempat menjenguk beliau,” tutur Mirna.
Joko Pinurbo yang akrab dipanggil Jokpin ini telah melahirkan sejumlah buku puisi. Beberapa di antaranya adalah Celana (199), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), Kepada Cium (2007), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016), Perjamuan Khong Guan (2020), Kabar Sukacinta (2021), dan Epigram 60 (2022).
Seperti judulnya, puisi-puisi Jokpin membahas hal-hal sederhana dari kehidupan serta barang sehari-hari. Diksi dalam puisinya pun sederhana, tapi mampu ”menyentil” pembacanya. Puisinya pun pendek alias singkat, jelas, dan padat. Karena kesederhanaannya pula, puisi Jokpin tidak sukar dipahami, bahkan oleh orang yang mengaku bukan penikmat puisi.
Mari kita buka apa isi kaleng Khong Guan ini:biskuit, peyek, keripik, ampiang, atau rengginang?// Simsalabim. Buka!// Isinya ternyata ponsel, kartu ATM, tiket, voucer, obat, jimat, dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membatu.
Demikian salah satu puisi karya Jokpin berjudul ”Bingkisan Khong Guan” dalam buku Perjamuan Khong Guan. Buku berisi 80 judul puisi tersebut diluncurkan, diikuti puluhan orang, di toko buku Gramedia, Jakarta, pada 26 Januari 2020. Sebelum diluncurkan, penerbit dan Jokpin telah mengantongi izin dari produsen biskuit Khong Guan.
Simak juga puisi berjudul ”Agama Khong Guan” dari buku yang sama berikut ini:
Kala itu, Jokpin menjelaskan bahwa bukunya bukan sekadar bicara soal merek biskuit. Buku soal Khong Guan justru lahir dari pemikiran Jokpin soal cinta dan keberagaman. Ia terinspirasi dari tulisan di internet tentang Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat berkisah tentang kunjungannya ke Madura.
Presiden ke-4 Indonesia itu menguji audiens tentang nama-nama agama di Indonesia. Alih-alih menyebut Khonghucu, audiens malah menjawab Khong Guan. Gus Dur tertawa dan kelakar soal agama Khong Guan muncul.
Lelucon itu menjadi inspirasi Jokpin untuk bercerita. Ia ingin agar para pembaca ikut memikirkan persaudaraan dan cinta kasih antarumat manusia. Khong Guan dinilai sebagai media bercerita yang tepat karena sederhana dan melekat di benak masyarakat.
”Saya mau ajak orang memperhatikan isu-isu yang mungkin mencakup wilayah negara. Namun, saya tidak mau bikin bahasan ini jadi menyeramkan,” katanya (Kompas.id, 26/1/2020).
Selain berpuisi, Jokpin juga menulis cerita. Beberapa cerpennya dimuat di media massa, bahkan terpilih menjadi isi dari buku kumpulan Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013, 2014, dan 2015. Ia juga menjajal penulisan novel. Novel perdananya berjudul Srimenanti dan terbit pertama kali pada 2019.
Penyair yang berbasis di Yogyakarta ini mendapatkan sejumlah penghargaan atas karya sastranya. Menurut laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Jokpin menerima Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta pada 2001. Pada tahun yang sama, ia menerima Hadiah Sastra Lontar dan menjadi Tokoh Sastra Pilihan Tempo.
Ia juga menerima Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kemendikbud (2002), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kemendikbud (2014). Penghargaan lainnya adalah Southeast Asia Writers Award (2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2015), dan Anugerah Kebudayaan Gubernur DIY (2019).
Berdasarkan informasi yang diterima Kompas, jenazah Jokpin akan disemayamkan di Rumah Duka PUKY, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jenazah sang penyair akan dimakamkan di Kabupaten Sleman, DIY, pada Minggu (27/4/2024).
Joko Pinurbo telah meninggalkan kenangan manis serta karya yang telah mewarnai dunia sastra Indonesia. Selamat jalan dan selamat menunaikan ibadah puisi di alam seberang.