Apresiasi Tinggi untuk Tim Srikandi Indonesia dalam Piala Uber 2024
Posisi ”runner-up” Piala Uber 2024 jadi modal kebangkitan tim putri dalam ajang turnamen bulu tangkis dunia berikutnya.
Oleh
DEBORA LAKSMI INDRASWARI
·6 menit baca
Tim bulu tangkis putri Indonesia yang lolos dalam final Piala Uber 2024 menorehkan sejarah baru bagi bangsa ini. Apalagi, tim putri Indonesia diperkuat dengan sejumlah pemain muda dengan jam terbang belum tinggi. Meskipun kalah dari China, posisi sebagai runner-up Piala Uber 2024 ini menjadi modal kebangkitan tim putri dalam ajang turnamen bulu tangkis ke depan, termasuk Olimpiade.
Kemenangan Komang Ayu pada pertandingan penentu antara tim putri Indonesia melawan Korea Selatan pada Sabtu (4/5/2024) membuka jalan timnya menuju babak final. Prestasi itu menjadi sejarah tersendiri bagi tim putri Indonesia yang terakhir maju ke babak final pada kejuaraan Piala Uber 2008. Selain itu, keberhasilan itu patut diapresiasi sebab tim srikandi bulu tangkis Indonesia melampaui target dari PBSI, yakni hanya mencapai semifinal.
Maka, lolosnya tim putri Indonesia di final, sudah menjadi puncak pencapaian tersendiri. Meskipun pada akhirnya kalah dari tim tuan rumah China di babak final, keberhasilan itu di luar dugaan. Tim putri Indonesia bahkan disebut sebagai ”kuda hitam” dalam laga Piala Uber tahun ini.
Ada sejumlah alasan yang melandasi perkiraan itu. Pertama, di atas kertas, peringkat atlet putri Indonesia yang masuk dalam tim Piala Uber 2024 masih jauh dari sepuluh besar terbaik dunia. Di antara 11 pemain yang masuk daftar tim Piala Uber Indonesia 2024, hanya Gregoria Mariska Tunjung, Apriyani Rahayu, dan Siti Fadia Silva Ramadhanti yang masuk dalam sepuluh besar terbaik badminton putri dunia versi BWF Ranking. Gregoria menempati peringkat ke-9 tunggal putri, sementara Apriyani dan Siti Fadia menempati peringkat yang sama untuk kategori ganda putri.
Sementara itu, kedelapan atlet lainnya berada di bawah peringkat ke-20. Misalnya, tunggal putri Ester Nurumi Tri Wardoyo yang menempati peringkat ke-38 dan Komang Ayu Cahya Dewi di posisi ke-56. Kemudian pasangan ganda putri Lanny Tria dan Ribka Sugiarto bertahan di posisi ke-27 dunia. Di bawah pasangan itu, ada duo Meilysa Trias dan Rachel Allessya Rose pada peringkat ke-34 ganda putri dunia.
Tertinggalnya peringkat dunia sejumlah pemain badminton putri Indonesia dipicu juga oleh jam terbang yang masih sedikit di kelas senior internasional. Sebab, beberapa di antaranya masih terhitung pemula di kelas profesional senior. Selain Gregoria, Apriyani, dan Siti Fadia, rata-rata usia atlet putri Indonesia adalah 20 tahun. Bahkan sejumlah atlet yang tergabung di tim Uber Indonesia masih sempat berlaga di kejuaraan dunia yunior 2022 dan 2023.
Pada kejuaraan Piala Uber pun, mereka masih termasuk pemain pendatang baru. Beberapa di antaranya seperti Meilysa Trias, Rachel Allessya, dan Ruzana baru bergabung dalam tim putri Piala Uber Indonesia tahun ini. Sementara lainnya yang lebih senior, rata-rata baru mengikuti dua kali laga Piala Uber, termasuk pada tahun ini.
Melawan dominansi tim putri China
Dengan statistik prestasi dan pengalaman tersebut, final Piala Uber bukan menjadi target utama tim putri Indonesia. Meskipun tidak menutup peluang mencapai final, target yang relatif tidak ”terlalu tinggi” ini lebih realistis sembari menjadikan ajang tersebut sebagai bekal pengalaman untuk masa depan bulu tangkis putri Indonesia.
Apalagi kejuaraan Piala Uber ini ditentukan berdasarkan kemenangan secara beregu. Artinya, kemenangan setiap nomor pertandingan akan menambah poin bagi tim sehingga penampilan setiap individu menjadi penentu bagi timnya.
Hal itu menjadi beban tersendiri bagi setiap atlet yang tampil. Mereka tidak hanya membawa namanya sendiri, tetapi juga membawa kunci keberlanjutan laga pertandingan bagi timnya. Dengan situasi demikian, kesiapan mental menjadi sama pentingnya dengan keterampilan dan kekuatan fisik setiap atlet sehingga membutuhkan dorongan dari pengalaman kejuaraan beregu sebelumnya. Maka dari itu, kejuaraan Piala Uber ini menjadi sesuatu yang menantang sekaligus menjadi beban berat bagi setiap anggota tim, terlebih bagi mereka yang baru bergabung.
Kekalahan yang dialami tim putri Indonesia pada laga final melawan China bukanlah sesuatu yang patut disayangkan. Justru di momen itulah, para atlet bulu tangkis putri kita memiliki pengalaman untuk berhadapan langsung dengan para ratu bulu tangkis dunia.
Sejauh ini, China mendominasi prestasi di nomor tunggal putri dan ganda putri. Semua atlet yang tergabung dalam tim putri China dalam Piala Uber 2024 masuk dalam jajaran ranking 10 besar dunia. Bahkan, beberapa di antaranya berada dalam urutan lima besar dunia.
Di tunggal putri, misalnya, Chen Yu Fei menempati peringkat kedua tunggal putri dunia. Pada nomor ganda putri ada pasangan Chen Qin Chen-Jia Yi Fan pada peringkat satu dunia, Liu Sheng Shu-Tan Ning pada peringkat ketiga, dan Zhang Shu Xian-Zheng Yu pada peringkat kelima.
Secara pengalaman, jam terbang atlet ”Negeri Tirai Bambu” itu lebih banyak. Hanya ganda putri Liu Sheng Shu-Tan Ning yang baru pertama kali bertanding di Piala Uber. Sisanya, minimal pernah membela negaranya pada dua kali kejuaraan Piala Uber.
Dari sisi usia, para atlet putri China lebih senior. Rata-rata usia pemain bulu tangkis putri tim China adalah 24,6 tahun, sedangkan Indonesia 21,4 tahun.
Perjalanan panjang menuju final Piala Uber 2024
Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa di atas kertas, tim putri China jauh lebih unggul daripada tim putri Indonesia. Kekalahan yang dialami tim putri Indonesia dapat dimaklumi atas kondisi demikian. Menang kalahnya tim putri Indonesia dalam final Piala Uber 2024 bukan menjadi fokus utama. Pencapaian menuju final itulah yang justru lebih penting daripada hasil pertandingan final yang dijalani. Sebab, tim ini telah melawan empat tim terbaik yang pernah berlaga pada Piala Uber 2018, 2020, dan 2022, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand.
Pada fase grup, Indonesia menjadi runner-up grup C di bawah kemenangan Jepang. Di Grup C itu, tim putri Indonesia telah melalui beberapa pertandingan melawan Jepang, Hong Kong, dan Uganda. Meskipun kalah dari Jepang, tim putri Indonesia tetap melaju ke babak selanjutnya setelah mendapat tempat kedua juara Grup C.
Pertandingan tersengit dalam fase grup ini adalah saat bertanding dengan Jepang, salah satu negara terkuat dalam bulu tangkis dunia. Indonesia mengakui keunggulan Jepang dengan skor 2-3.
Di perempat final, tim putri Indonesia juga harus berhadapan dengan negara tetangga Thailand yang juga tak kalah hebatnya dalam badminton. Thailand pada akhirnya kalah telak 3-0 dari Indonesia dan membuat Indonesia melenggang ke semifinal. Di semifinal, tim putri harus menghadapi Korea Selatan yang juga tergolong kuat dalam peta persaingan bulu tangkis dunia. Dengan perjuangan maksimal, tim putri Indonesia mengalahkan tim ”Negeri Ginseng” itu dengan skor 3-2 hingga akhirnya lolos ke babak final.
Perjalanan panjang tim putri Indonesia mencapai final Piala Uber 2024 itu menjadi pengalaman berharga bagi para atlet yang berlaga, terutama bagi pemain pemula yang baru meniti karier di kelas profesional internasional. Beban lebih berat dan persaingan ketat karena melawan negara-negara dominan dapat melatih kesiapan fisik, mental, dan keterampilan mereka untuk menghadapi pertandingan selanjutnya. Apalagi ke depan, masih banyak kejuaraan yang menanti aksi mereka. Bagi para senior, seperti Gregoria, Apriyani, dan Siti Fadia, kesempatan ini menjadi peluang untuk memupuk kepercayaan diri menghadapi ajang Olimpiade Paris 2024 beberapa bulan lagi. Untuk itu, terus bersemangat dan selamat bagi tim putri Indonesia! (LITBANG KOMPAS)