Partai Saling Intip Lawan Jelang Pilkada Terjadi, Siapa Melawan Siapa?
Parpol pastikan siapa sosok berpotensi bakal jadi lawan politik di pilkada. Saling intip siapa ”jagoan” pun terjadi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saling intip siapa ”jagoan” di antara partai politik peserta Pemilihan Kepala Daerah 2024 terjadi di sejumlah daerah kunci, seperti di Pulau Jawa. Para parpol harus memastikan siapa sosok yang berpotensi bakal menjadi lawan politik mereka. Hal ini penting karena daerah-daerah tersebut akan menjadi ujung tombak pemenangan pada Pemilu 2029 mendatang.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid saat dihubungi di Jakarta, Jumat (3/5/2024), mengatakan, untuk bisa menang pemilihan kepala daerah (pilkada), tak cukup hanya bergantung pada partai sendiri. PKB harus terus membuka komunikasi dengan partai politik lainnya untuk diajak berkoalisi.
Setelah mendapatkan titik temu, lanjut Jazilul, pasangan calon yang disepakati tak langsung diumumkan ke publik. Sebab, bagi PKB, penting juga untuk melihat siapa sosok yang berpotensi menjadi lawan politik nantinya di daerah tersebut.
”Karena, kan, begini, pilkada itu enggak ngurusi rumah tangga sendiri, tetapi, kan, lihat saingan juga begitu,” ujar Jazilul.
Di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah, misalnya, PKB akan mengupayakan kadernya sendiri, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Jawa Tengah Yusuf Chudlori. Namun, hingga saat ini, calon wakil gubernurnya belum ditentukan dan akan dikomunikasikan dengan partai lain.
Mengangkat elektabilitas calon
Menurut Jazilul, nama cawagub ini nantinya tentu harus bisa mengangkat elektabilitas pasangan. Sebab, ia mengakui, kontestasi di Jateng tidaklah mudah karena Jateng merupakan basis suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). PDI-P diyakini juga pasti akan mengusung kandidat terkuatnya.
”Makanya, ini nanti tinggal cari siapa wakilnya, partai koalisinya, cara memenangkannya, masih banyak tahapannya. Yang terpenting, calon yang dipilih adalah siapa yang bisa menang, punya potensi menang atau tidak,” tutur Jazilul.
Tak hanya Jateng, pola serupa juga akan diterapkan di Jawa Timur. Meskipun PKB bisa mengusung pasangan calon sendiri di Jatim, PKB menyadari dibutuhkan kekuatan partai yang besar untuk melawan calon petahana, Khofifah Indar Parawansa.
Jazilul mengatakan, sejumlah nama telah dijajaki untuk bisa maju dalam Pilgub Jatim. Komunikasi juga terus dibangun dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Nasdem. Namun, ia enggan mengungkapkan nama-nama tersebut.
Makanya, ini nanti tinggal cari siapa wakilnya, partai koalisinya, cara memenangkannya, masih banyak tahapannya. Yang terpenting, calon yang dipilih adalah siapa yang bisa menang, punya potensi menang atau tidak.
”Nama-nama calon masih dirahasiakan. Pada waktunya, kami akan sampaikan. Kami juga masih melihat-lihat terlebih dahulu usulan cagub dan cawagub dari partai lain. Baru nantinya, ini akan menentukan koalisinya seperti apa,” ucap Jazilul.
Menjabat satu periode
Secara khusus, PDI-P telah mempersiapkan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang akan maju di Pilkada 2024. Bagi yang baru menjabat satu periode dan berprestasi baik bagi rakyat maupun partai, mereka berkesempatan untuk dicalonkan kembali.
”Semuanya melalui tahap evaluasi terhadap kinerjanya, khususnya di dalam mengangkat harkat dan martabat wong cilik, komitmen terhadap lingkungan serta prestasinya di dalam membangun kemajuan berdasarkan platform partai,” kata Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menegaskan.
Di daerah lain, Hasto mengungkapkan, pemetaan politik termasuk seleksi untuk mendapat calon terbaik terus dilakukan. Bagi PDI-P, kerja sama dalam pilkada dilakukan dengan melihat kultur, karakteristik daerah, peta politik, dan gerak para calon yang ikut mewarnai kerja sama politik.
Bagi mereka yang baru menjabat satu periode dan berprestasi baik bagi rakyat maupun partai, mereka berkesempatan untuk dicalonkan kembali.
Ujung tombak pemenangan
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpandangan, secara prinsip, semua daerah akan menjadi prioritas semua partai untuk menang. Sebab, kepala-kepala daerah yang terpilih nanti akan menjadi ujung tombak untuk pemenangan Pemilu 2029 lima tahun mendatang. ”Karena semua partai pasti ingin menang di semua daerah tanpa kecuali,” kata Adi.
Meski begitu, lanjut Adi, partai juga mengincar daerah yang jumlah pemilihnya tergolong padat, khususnya di Pulau Jawa. Apa pun judulnya, Jawa masih tetap seksi karena hampir 50 persen pemilih terkonsentrasi di Jawa, khususnya Jawa Barat, Jatim, dan Jateng.
”Sementara untuk gengsi politik, empat provinsi prioritas akan diincar partai, yakni Jakarta, Jabar, Jateng, dan Jatim,” ucap Adi.
Oleh karena itu, menurut Adi, tak mengherankan apabila partai sangat berhati-hati dan berhitung ketika ingin mengusung pasangan tertentu di daerah-daerah tersebut. Mereka juga harus memastikan calon yang diusung bisa lebih kuat secara popularitas dan elektabilitas melawan kandidat yang diusung partai lawan politiknya.