Suara Ganjar-Mahfud Tertinggal di Cirebon, PDI-P Sebut di Luar Prediksi
Perolehan suara Ganjar-Mahfud di Cirebon disebut di luar prediksi karena daerah itu dikenal sebagai kandang banteng.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Hasil penghitungan sementara di situs Komisi Pemilihan Umum menunjukkan, calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo–Mahfud MD, tertinggal di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Padahal, daerah itu dikenal sebagai kandang banteng atau basis suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengusung Ganjar-Mahfud.
Berdasarkan hasil penghitungan sementara di situs KPU pada Jumat (16/2/2024) sore, perolehan suara Ganjar–Mahfud MD di Cirebon hanya 16,76 persen. Angka itu di bawah pasangan Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar yang mendapat 19,85 persen dan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka yang memperoleh 63,4 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Hasil sementara itu didapat berdasarkan penghitungan suara dari 3.719 tempat pemungutan suara (TPS) atau sekitar 53,6 persen dari total 6.938 TPS. Ganjar–Mahfud tertinggal di sebagian besar kecamatan di Cirebon. Dari 40 kecamatan, Ganjar hanya unggul di sejumlah kecamatan, misalnya Panguragan, Pangenan, Palimanan, Depok, dan Gebang.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang PDI-P Kabupaten Cirebon Imron Rosyadi mengaku tak memprediksi Ganjar kalah di daerahnya. Sebab, Cirebon merupakan basis partai berlambang kepala banteng itu. Partai ini kerap berada di posisi teratas dalam pemilu di Cirebon sejak 1999 hingga 2019. Selama sekitar dua dekade, Bupati Cirebon juga berasal dari PDI-P, termasuk Imron.
”Kami sudah kerja tim, turun ke masyarakat. Bukan hanya kader partai, melainkan juga 38 kelompok sukarelawan. Namun, kok, kita masih begini, ya? Mungkin nasibnya (Ganjar) belum (menang),” kata Imron.
Imron memastikan, pihaknya telah berkali-kali rapat untuk melaksanakan instruksi partai agar memenangkan Ganjar–Mahfud. Setiap calon legislatif dari PDI-P di Cirebon juga telah berupaya meraup suara untuk Ganjar–Mahfud. Akan tetapi, hasilnya belum memuaskan.
“(Mungkin) kami terlalu optimis di Cirebon menang karena laporan dari caleg, sukarelawan, PAC (pengurus anak cabang) siap-siap (menang),” ujarnya.
Imron menyebut, PDI-P Cirebon semula menargetkan Ganjar meraup suara lebih dari 50 persen di wilayah itu. Apalagi, Ganjar sudah beberapa kali mengunjungi Cirebon.
Imron pun mengaku belum mengetahui penyebab anjloknya suara Ganjar di Cirebon. Dia juga mengaku belum menerima laporan ihwal dugaan intimidasi dan kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024 di Cirebon.
Direkrut Eksekutif Centre for Statistics and Data Analysis, lembaga survei di Cirebon, Hadi Kusmanto mengatakan, kekalahan Ganjar–Mahfud menunjukkan bahwa pemilih PDI-P tidak otomatis mencoblos capres yang diusung partai itu. Apalagi, berdasarkan hasil hitung sementara suara DPR di Cirebon, PDI-P mendapat suara tertinggi, yakni 17,7 persen.
Hadi menilai, ceruk suara Ganjar dan Prabowo lebih kurang sama, yakni berasal dari masyarakat yang puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo. ”Meskipun Jokowi tidak pernah mengatakan secara terbuka mengusung Prabowo, tetapi publik sudah tahu Jokowi ke sana. Apalagi, anaknya, Gibran, jadi wakil Prabowo,” katanya.
Di sisi lainnya, kata Hadi, kekalahan Ganjar di Cirebon harus menjadi evaluasi bagi pengurus PDI-P setempat untuk menguatkan soliditas internal partai. ”Kinerja Pemkab Cirebon yang dipimpin orang PDI-P juga bisa berpengaruh. Kalau pemdanya kinerjanya baik, pasti akan berefek pada pilihan warga untuk pencapresan dan parpol,” ucapnya.