Setelah absen dua tahun, Kante kembali ke tim Perancis untuk Piala Eropa. Ada pertimbangan lain dari kejutan Deschamps.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
PARIS, JUMAT — Pelatih Perancis Didier Deschamps menciptakan kejutan besar dengan memasukkan gelandang veteran N’golo Kante ke dalam skuad untuk Piala Eropa Jerman 2024. Pemanggilan Kante terlihat tidak akan terlalu berdampak di lapangan, tetapi bisa berpengaruh besar menjaga harmoni tim bertabur bintang itu.
”Si Biru”, julukan Perancis, telah mengumumkan 25 nama yang akan dibawa ke Jerman pada Jumat (17/5/2024) dini hari WIB. Bagai fenomena bintang jatuh, nama Kante mendadak muncul dalam daftar skuad tersebut. Padahal, pemain berusia 33 tahun itu sudah tidak pernah lagi membela timnas sejak Juni 2022.
Belum lagi, Kante bermain untuk klub Arab Saudi, Al-Ittihad, selama semusim terakhir. Dia menjadi satu-satunya pemain tim Perancis yang tampil di luar kompetisi Eropa. Namun, dia justru merebut satu kursi yang semula diperkirakan untuk gelandang 22 tahun asal Crystal Palace, yaitu Michael Olise.
Menurut Deschamps, keputusan itu diambil dengan banyak faktor. Salah satunya, Kante telah bermain dalam 27 laga bersama Al-Ittihad. Dia nyaris tersedia sepanjang musim. Tidak seperti ketika masih di Chelsea, pada musim 2022-2023, dia berjibaku dengan cedera. Itu yang membuatnya sempat tidak dipanggil lagi ke timnas.
”Dia telah menjalani musim penuh. Meskipun tidak di kompetisi Eropa karena dia bermain di Arab Saudi, dia telah mengembalikan kebugaran fisiknya. Dia sudah fit sepenuhnya. Dengan pengalamannya selama ini, saya yakin tim Perancis akan lebih kuat bersama Kante,” kata sang pelatih.
Masa terbaik Kante bersama Perancis adalah pada Piala Dunia Rusia 2018. Ketika itu, dia mengantar Si Biru keluar sebagai juara. Pemain bertubuh mungil setinggi 1,71 meter tersebut membuat hidup rekannya di lini tengah, Paul Pogba, jauh lebih mudah. Pogba bisa fokus membantu serangan, sementara Kante melindunginya.
Sebanyak 70 persen area di Bumi ditutupi air, sisanya dilindungi oleh Kante. Begitulah kalimat yang sering muncul dari para penggemar sepak bola pada masa keemasan mantan gelandang Leicester City itu. Kante pun sempat tidak tergantikan di tim Perancis selama sekitar lima tahun, 2016-2021.
Meskipun demikian, Deschamps tidak akan mendapatkan lagi Kante yang sama seperti pada enam tahun silam. Selain menua, dia juga sudah dua tahun tidak bersaing di level kompetisi tertinggi. Kualitas Liga Arab Saudi memang sudah meningkat dalam dua tahun terakhir, tetapi belum selevel dengan kompetisi di liga-liga besar Eropa.
Dia adalah pemain yang paling dicintai dalam sejarah sepak bola. Anda tidak punya pilihan selain mencintainya. Anda tidak bisa membencinya, itu mustahil.
Adapun semusim sebelum pindah ke Al-Ittihad, Kante hanya bermain sembilan kali di seluruh kompetisi untuk Chelsea sepanjang musim. Dia berjibaku dengan cedera. Alhasil, dia melewatkan Piala Dunia Qatar 2022 saat Perancis yang berstatus juara bertahan harus puas menyudahi turnamen sebagai runner-up.
Saat bersamaan, para gelandang muda Perancis semakin matang dalam dua tahun terakhir. Aurelien Tchouameni (24) dan Eduardo Camavinga (21), misalnya, semakin berperan vital di lini tengah Real Madrid. Kedua pemain itu kembali dipanggil setelah mengantar Si Biru ke partai puncak di Qatar.
Karena itu, Kante kemungkinan besar tidak menjadi tumpuan utama lagi. Dia hanya ditugaskan untuk menjadi opsi tambahan di bangku cadangan. Adapun tiga posisi gelandang di formasi 4-2-3-1 ala Deschamps akan diperebutkan banyak pemain andal, antara lain para veteran seperti Antoine Griezmann dan Adrien Rabiot.
Kante, sang perekat tim
Alasan terbesar Deschamps kembali memanggil Kante adalah karena karakter kuat nan hangat dari sang pemain. Dia sangat ramah, rendah hati, serta profesional di dalam dan luar lapangan. Dia begitu mudah dicintai oleh seisi tim. Kehadirannya pun bisa membawa energi positif ke dalam ruang ganti.
Terbukti ketika tim Perancis merayakan pencapaian gelar juara dunia di Stadion Stade De France pada September 2018. Puluhan ribu penonton di stadion dan seluruh pemain bersama-sama menyanyikan lagu tentang Kante. Semua begitu bergembira melihat wajah Kante yang tersipu malu.
”Dia adalah pemain yang paling dicintai dalam sejarah sepak bola. Anda tidak punya pilihan selain mencintainya. Anda tidak bisa membencinya, itu mustahil. Dia rendah hati, baik, profesional, tidak pernah mengeluh, dan selalu mau bekerja keras. Jika dia setim dengan Anda, tidak ada hal lebih baik lagi yang bisa terjadi,” ujar Pogba pada Bein Sports, 2021 lalu.
Kante pun akan menjadi panutan untuk para pemain muda Si Biru. Selain Tchouameni dan Camavinga, Deschamps juga memasukkan gelandang 18 tahun asal Paris Saint-Germain, Warren Zaire-Emery. Adapun sang remaja baru akan merasakan turnamen besar bersama Perancis untuk pertama kali.
Kante juga bisa menyeimbangkan kondisi ruang ganti skuad Perancis yang diisi banyak pemain bintang, seperti Kylian Mbappe dan Marcus Thuram. Tim asuhan Deschamps datang ke Jerman dengan kepercayaan diri dan motivasi tinggi setelah finis kedua di Piala Dunia. Mereka butuh sosok yang menjaga agar tidak terlalu ”tinggi” ataupun ”rendah”.
Di sisi lain, Deschamps turut memanggil penyerang sayap 21 tahun yang bersinar bersama PSG pada musim ini, yaitu Bradley Barcola. Barcola langsung promosi ke tim senior setelah tampil pertama kali untuk tim U-23 pada Maret lalu. Dia berperan besar dalam mengantar PSG ke semifinal Liga Champions. (AP)