Kisah akhir di Anfield sudah bisa ditebak sebelum laga Liverpool versus Spurs. Salah dan Klopp bisa tersenyum lagi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
LIVERPOOL, MINGGU — Saat seekor ayam dilempar ke kandang buaya, semua tahu apa yang akan terjadi. Seperti itu pula kisah Tottenham Hotspur yang sedang bermasalah di lini belakang, saat menantang Liverpool yang andal dalam transisi dan sedang butuh pelampiasan.
Jalan cerita satu sisi itu ditandai dengan kemenangan Liverpool atas tim tamu 4-2 di Stadion Anfield, Minggu (5/5/2024). Mereka hanya butuh kurang dari satu jam untuk menyudahi laga dengan unggul empat gol. Beberapa menit kemudian, Manajer Juergen Klopp langsung menurunkan para pemain pelapis, yaitu Joe Gomez dan Stefan Bajcetic.
Liverpool butuh ”tumbal” di kandang. Mereka sudah dua kali beruntun kalah di Anfield. Belum lagi pada laga terakhir versus West Ham United, Klopp sempat berdebat dengan penyerang Mohamed Salah. Mereka butuh kemenangan untuk meredam krisis menjelang laga terakhir Klopp tersebut.
”Ada motivasi lebih bagi kami untuk keluar dan memperbaiki segala sesuatu yang sudah terjadi. Kami menyadari, tidak cukup baik dalam beberapa pekan terakhir dan ingin mengubah itu. Laga tadi mirip seperti bola basket, semua tentang tim mana yang mencetak gol lebih banyak,” kata gelandang Liverpool Harvey Elliott yang menyumbang satu gol dan satu asis.
Kebetulan, tamu yang datang adalah Spurs. Mereka sedang mengalami masalah di sektor pertahanan seusai kemasukan sembilan gol dalam tiga laga terakhir. Manajer Spurs Ange Postecoglou tidak pernah ragu menampilkan garis pertahanan tinggi, termasuk malam tadi. Itu dimanfaatkan Liverpool yang andal dalam serangan langsung.
Sisi sayap pertahanan Spurs menjadi makanan empuk tuan rumah. Terutama sisi kiri mereka, area Salah dan Elliott beroperasi. Berkali-kali bek sayap Spurs Emerson Royal kewalahan menghadapi umpan-umpan panjang yang memecah jebakan offside. Hanya butuh 16 menit, sampai Salah membuka keunggulan.
Salah menjawab segala tanda tanya yang terjadi seusai drama versus West Ham dengan gol tersebut. ”Mo luar biasa. Dia bermain sangat baik. Sisinya (di kanan) bersama Harvey begitu bagus. Saya puas dengan penampilannya. Mo menunjukkan kapabilitasnya,” puji Klopp yang sudah berbicara empat mata dengan Salah.
Mo luar biasa. Dia bermain sangat baik. Sisinya (di kanan) bersama Harvey begitu bagus. Saya puas dengan penampilannya.
Gol-gol lain seolah tinggal menunggu waktu. Selama satu jam pertama, Liverpool mendominasi mutlak permainan. Laga berjalan searah. Terlihat dari catatan jumlah tembakan, ”Si Merah” unggul jauh 18-3. Sebanyak 11 kali berujung tepat sasaran. Mereka pun menambah gol lewat Andy Robertson, Cody Gakpo, dan Elliott.
Kepercayaan diri Postecoglou tecermin dari statistik di lini belakang. Menurut Markstats, rerata jarak garis pertahanan ”Si Lili Putih” jauh lebih tinggi dibandingkan Liverpool 46,6-38,6 meter. Sang manajer hanya salah memilih tempat, waktu, dan lawan untuk menerapkan strategi berani tersebut.
Menurut Postecoglou, masalah terbesar ada di eksekusi para pemain. ”Kami membayar harga sepadan karena membuat berbagai kesalahan (di pertahanan). Hal itu semestinya tidak terjadi di level seperti ini. Kinerja pertahanan kami lebih baik daripada laga sebelumnya (versus Chelsea). Tetapi, ada pengaruh juga dari Liverpool yang berbahaya di kandang,” katanya.
Spurs tampil lebih baik pada 20 menit terakhir, saat Liverpool mulai menginjak rem dengan pergantian pemain. Sementara itu, mereka memasukkan pemain bertipe ofensif, seperti penyerang Richarlison dan gelandang serang James Maddison. Tim tamu bermain lebih pragmatis dengan mengandalkan umpan-umpan panjang.
Hasilnya cukup efektif. Richarlison berkali-kali mampu memecah perangkap offside Liverpool. Berkat perubahan itu, Spurs bisa menghasilkan dua gol hiburan. Richarlison menyumbang satu gol dan satu asis. Satu gol lainnya dicetak penyerang Son Heung-min yang bermain di bawah standar.
Fakta setengah jam terakhir itu turut memperlihatkan kesalahan lain Postecoglou. Spurs kembali membuat perubahan di lini tengah. Mereka mengganti formasi andalan 4-2-3-1 menjadi 4-3-3. Tiga gelandang sejajar dimainkan, yaitu Yves Bissouma, Pape Sarr, dan Rodrigo Bentancur.
Dengan pola tersebut, diharapkan Spurs bisa menciptakan kestabilan di lini tengah saat membangun serangan dari bawah. Namun, seperti kata petinju legendaris Mike Tyson, semua bisa berencana sampai terkena pukulan di wajah. Rencana itu gagal total karena Liverpool membiarkan tim lawan dominan dalam penguasaan bola.
Klopp berkata, Spurs bebas memegang bola selama tidak bisa mengancam garis pertahanan. Alhasil, keunggulan penguasaan bola tim tamu sebesar 55,3 persen tidak terlalu berarti, terutama pada paruh pertama. Spurs kembali memainkan formasi 4-2-3-1 saat Richarlison masuk.
”Saya pikir hal terpenting hari ini adalah tiga poin. Anak-anak juga berpikir demikian. Anfield sangat spesial hari ini. Kami unggul 4-0, lalu saya membuat pergantian. Organisasi kami terganggu sejak itu. Kuncinya, jika tidak membiarkan mereka berkembang, kami bisa menyakiti mereka,” ujar Klopp.
Spurs semakin tenggelam dalam krisis setelah hasil itu. Mereka mengalami empat kekalahan beruntun di liga. Pertahanan Son dan rekan-rekan semakin disorot setelah hanya mencatat dua kali nirbobol dalam 26 laga terakhir. Adapun peluang mereka untuk lolos Liga Champions musim depan semakin tipis.
Spurs gagal memanfaatkan kesempatan memperkecil jarak dengan peringkat keempat Aston Villa yang kalah dari Brighton and Hove Albion pada pekan ini. Villa masih nyaman dengan 67 poin dari 36 laga, disusul Spurs yang baru mengoleksi 60 poin dari 35 laga. Villa hanya butuh satu kemenangan untuk memastikan posisi empat besar. (AP/REUTERS)