Singkirkan Korsel, Indonesia Satu Kemenangan Lagi ke Olimpiade Paris
Shin Tae-yong memberikan sejarah baru bagi Indonesia. Di sisi lain, ia menghentikan prestasi apik Korea Selatan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
DOHA, JUMAT — Tim U-23 Indonesia selangkah lagi mewujudkan mimpi sekaligus ambisi untuk menembus Olimpiade Paris 2024. Kemenangan atas Korea Selatan lewat drama adu penalti 11-10 di babak perempat final Piala Asia U-23 2024, Jumat (26/4/2024) dini hari WIB, di Stadion Abdullah Bin Khalifa, Doha, membuat ”Garuda Muda” hanya butuh satu kemenangan lagi untuk tampil di pesta olahraga terakbar sejagat.
Pada pertarungan selama 120 menit, kedua tim bermain imbang 2-2. Koleksi dua gol penyerang Indonesia, Rafael Struick, dibalas Korsel lewat bunuh diri bek Indonesia, Komang Teguh, dan sepakan Jeong Sang-bin.
Selanjutnya, Indonesia akan menjalani duel semifinal menghadapi pemenang laga Uzbekistan kontra Arab Saudi yang akan berlangsung pada Jumat pukul 21.00 WIB di Stadion Internasional Khalifa, Doha. Rizky Ridho dan kawan-kawan akan lolos langsung ke Paris 2024 jika bisa lolos ke final.
Andai kalah di babak semifinal, Indonesia bisa merebut tiket otomatis jatah Asia terakhir pada pertandingan perebutan tempat ketiga. Laga itu mempertemukan dua tim yang menderita kekalahan di babak semifinal.
Terakhir kali Indonesia menembus ke Olimpiade tercipta pada edisi Melbourne 1956. Indonesia pun sempat nyaris lolos ke Olimpiade Montreal 1976, tetapi kalah adu penalti dari Korea Utara di partai final kualifikasi.
Ketika Indonesia telah di ambang jalani partisipasi kedua di Olimpiade, Korsel gagal mempertahankan tren keikutsertaan cabang sepak bola putra Olimpiade yang telah mereka capai sejak Seoul 1988. Korsel adalah tim Asia dengan partisipasi Olimpiade beruntun terlama, yaitu 10 edisi.
Mereka berlaga pada Seoul 1988 yang merupakan kali terakhir Olimpiade diikuti oleh tim nasional senior. Sejak FIFA memberlakukan regulasi bahwa Olimpiade diikuti tim U-23 mulai Barcelona 1992, Korsel selalu melaju ke putaran final pada sembilan edisi hingga Tokyo 2020 lalu.
Di luar ambisi mengejar tiket Olimpiade itu, capaian menembus semifinal Piala Asia U-23 2024 adalah tonggak bersejarah baru bagi sepak bola Indonesia. Hal itu adalah prestasi tertinggi yang dicapai Indonesia dalam turnamen resmi Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), baik untuk kelompok umur maupun senior, sejak memasuki milenium baru.
Sebelumnya, Tim U-17 Indonesia pernah menembus semifinal Piala Asia U-16 1990. Tim U-20 Indonesia juga menjadi juara Kejuaraan Remaja (U-20) AFC 1961. Kala itu, gelar juara diraih bersama Burma (Myanmar) karena kedua tim bermain imbang tanpa gol.
Tendangan kedua
Kepastian Indonesia mengenggam tiket semifinal dikunci oleh eksekusi penalti tenang dari bek sayap kiri Pratama Arhan. Pemain asal Suwon FC itu menjalani tendangan kedua setelah juga sukses menaklukkan kiper Korsel, Baek Jong-bum.
Sebelum Arhan menaklukkan Baek, kiper Indonesia, Ernando Ari lebih dulu mampu menepis eksekusi ke-12 pemain Korsel yang dilakukan Lee Kang-hee. Selain Lee, Ernando juga mampu menghadang penendang kelima Korsel, Kang Sang-yong.
Selain Arhan, penyerang Ramadhan Sananta juga sukses menaklukkan kiper Korsel pada dua kesempatan adu penalti. Delapan pemain Indonesia lainnya yang mampu menjalankan Amanah penalti dengan baik adalah Rafael, Marselino Ferdinan, Justin Hubner, Jeam Kelly Sroyer, Rizky Ridho, Muhammad Ferrari, dan Ernando.
Adapun satu-satunya pemain Indonesia yang gagal menunaikan tugasnya adalah gelandang Arkhan Fikri. Seandainya Arkhan bisa menggetarkan jala gawang, ”Garuda Muda” sudah lebih awal menyegel tiket ke babak empat besar.
”Brace” Rafael
Dalam 120 menit pertandingan, Indonesia menunjukkan telah memiliki kualitas setara dengan Korsel, pemilik satu trofi Piala Asia U-23. Rafael mencetak brace atau dua gol sekaligus menjadi pemain pertama dan satu-satunya yang bisa membobol gawang Korsel di Qatar 2024.
Rafael telah mengangkat moral skuad Garuda Muda berkat gol cepat di menit ke-15. Ia menciptakan gol indah lewat tendangan melengkung dari luar kotak penalti. Itu adalah tembakan tepat sasaran pertama Indonesia di laga perempat final itu.
Tembakan Rafael menggunakan teknik tinggi. Ia menyepak bola dengan sisi ujung kaki kanannya sehingga putaran bola sulit ditebak arahnya. Rentangan tangan kiper Korsel tidak bisa menjangkau bola yang melaju di atas jarinya. Bola sepakan Rafael pun menghujam sisi pojok kiri gawang Korsel.
Marselino Ferdinan, penyerang sayap kiri Indonesia, juga memiliki peluang emas ketika laga berjalan 32 menit. Operan satu-dua Marselino dengan Rafael membuat pemain didikan Persebaya Surabaya itu menerima bola di depan gawang Korsel. Sayang, sepakan Marselino melenceng di sisi kiri gawang Korsel.
Korsel mendapat momentum ketika mencetak gol balasan di menit ke-45. Sundulan penyerang sayap kiri Korsel, Eom Ji-sung, bisa menaklukkan Ernando akibat adanya pantulan dari bahu bek Indonesia, Komang Teguh. Itu membuat bola berbelok arah. Gol Korsel pun dihitung bunuh diri pemain asal Borneo FC itu.
Namun, kesempatan ”Pasukan Taegeuk” untuk bangkit lagi-lagi dipupus oleh Rafael. Ia mencetak gol kedua pada menit 45+3. Penyerang ADO Den Haag itu memanfaatkan dengan baik antisipasi buruk dua bek Korsel, nomor 8 dan 2, terhadap umpan jarak jauh Ivar Jenner. Berdiri di antara dua bek lawan, Rafael bisa melepaskan tembakan untuk mencetak gol kedua.
Rafael pun nyaris mencetak hattrick lima menit berselang. Tetapi, sontekannya untuk melanjutkan tembakan Witan Sulaeman bisa ditepis kiper Korsel melewati mistar gawang.
Di babak kedua, dominasi permainan Indonesia masih terjaga. Garuda Muda kian di atas angin setelah penyerang andalan Korsel, Lee Young-jun, menerima kartu merah akibat menginjak Justin di menit ke-70.
Sayangnya, keunggulan pemain gagal dipertahankan Indonesia. Lewat serangan balik cepat yang memanfaatkan kegagalan Indonesia maksimalkan sepak pojok, Jeong Sang-bin menyamakan kedudukan ketika laga berjalan 84 menit.
Garuda Muda terus mengejar gol di sisa babak kedua hingga 2 x 15 menit perpanjangan waktu. Tetapi, penampilan disiplin pemain Pasukan Taegeuk membuat Indonesia gagal mengemas kemenangan sebelum drama adu penalti.
Selama 120 menit laga, Indonesia lebih superior dengan koleksi 53 persen penguasaan bola serta 21 tembakan, yang lima tembakan di antaranya tepat sasaran. Adapun Korsel hanya bisa melepaskan delapan tembakan dan hanya dua yang mengarah ke gawang.
Performa Korsel itu membuat pelatih mereka, Hwang Sun-hong, frustrasi. Beberapa kali ia menyampaikan protes verbal keras terhadap keputusan wasit Shaun Evans. Puncaknya, Evans mengganjar Hwang kartu merah pada menit 90+7.