Kalah dari Everton, Asa Juara Liverpool Menguap di Goodison Park
Asa juara Liga Inggris, Liverpool, menguap bersama kekalahan 0-2 dari Everton pada derbi Merseyside.
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·4 menit baca
LIVERPOOL, KAMIS — Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Liverpool selain harapan juara hilang di tangan rival sekota, Everton. Itulah yang terjadi musim ini saat Liverpool menjalani laga derbi di Stadion Goodison Park, Liverpool, Inggris, Kamis (25/4/2024) dini hari WIB.
Kekalahan 0-2 di kandang Everton itu hampir dipastikan mengakhiri asa juara Liga Inggris Liverpool musim ini. Gol tuan rumah dicetak oleh Jarrad Branthwaite dan Dominic Calvert-Lewin.
Dengan hanya empat laga sisa musim ini, tim asuhan Juergen Klopp ini butuh dua pesaing juara, Manchester City dan Arsenal, untuk kolaps. Hal yang nyaris mustahil.
Terlebih lagi, Arsenal mulai bangkit kembali, setelah kalah lawan Aston Villa, dengan kemenangan beruntun atas Wolves dan Chelsea. Arsenal bahkan menang besar, 5-0, pada derbi London.
Sementara Manchester City memiliki pengalaman bagaimana melakukan finis di akhir sebuah perlombaan maraton. Mereka selalu sempurna di saat-saat liga memasuki masa krusial untuk kemudian mengakhirinya di puncak tangga.
Kekalahan ini adalah yang pertama bagi Klopp di Goodison Park selama sembilan tahun menukangi Liverpool, sekaligus yang terakhir karena ia akan pergi dari Anfield selepas musim ini. Musim yang awalnya menjanjikan pun berakhir dengan tragis.
Selama sembilan tahun Klopp di Liverpool dipenuhi dengan tonggak sejarah yang mengesankan, tetapi pengalaman pertama yang tidak diinginkannya itu membuat minggu-minggu terakhirnya di Anfield menyisakan kepedihan.
Semakin banyak menang, Anda semakin sukses. Saat ini, kami tidak cukup banyak menang untuk mendapatkan sesuatu.
Kekalahan Ini membuat impian ”The Reds” untuk memberikan kado perpisahan terindah buat sang manajer dengan trofi Liga Inggris hancur berantakan. Padahal, beberapa minggu yang lalu, Liverpool berada di jalur tepat untuk meraih quadruple. Akan tetapi, penampilan buruk Virgil van Dijk dan kawan-kawan beberapa pekan terakhir membuat pasukan Klopp tersingkir dari Liga Europa dan Piala FA serta kehilangan posisi puncak di Liga Premier.
Liverpool sementara membuntuti pemimpin klasemen Arsenal dengan selisih tiga poin dan unggul satu poin dari juara bertahan Manchester City, yang memiliki dua pertandingan sisa lebih banyak.
Masalah yang dihadapi ”Si Merah” sepanjang musim adalah sering kali tertinggal lebih dulu dari lawan. Namun, kebiasaan Liverpool untuk bangkit dari keterpurukan yang dipuji di awal musim sebagai tanda ”mentalitas monster” yang diciptakan Klopp, membuat mereka seperti terlena.
Liverpool memang menjadi tim yang mengumpulkan poin terbanyak dari posisi tertinggal, yaitu 27 poin. Rupanya, hal itu hanya menutupi kelemahan terbesar mereka musim ini. Klopp gagal memperbaiki kelemahan itu sehingga saat penyerang mereka mandul, Liverpool langsung terpuruk.
Keberuntungan Liverpool habis saat tertinggal 0-1 dari Crystal Palace pada laga kandang di Anfield. Mereka tak mampu membalas sehingga menjadi kekalahan pertama mereka pada Liga Inggris musim ini di kandang sendiri.
Masalah itu berlanjut ketika melawan Everton, tim yang tengah berjuang menghindari degradasi. Liverpool kebobolan gol pembuka dan tidak lagi bisa bangkit seperti di awal-awal musim. Di semua kompetisi, Liverpool sudah kebobolan gol pembuka sebanyak 22 kali musim ini. Termasuk tertinggal 0-1 dari Newcastle United dan kehilangan pemain karena kartu merah sebelum berbalik menang 2-1.
Kali ini, mereka tidak mampu pulih di Goodison Park karena banyak menyia-nyiakan peluang. Lini depan Liverpool semakin menurun performanya menjelang akhir musim. Mereka gagal mencetak gol dari permainan terbuka dalam empat dari lima laga terakhir.
Mohamed Salah terlihat tidak sepenuhnya bugar sejak kembali dari cedera hamstring yang dialaminya di Piala Afrika. Luis Diaz dan Darwin Nunez terus menyia-nyiakan peluang emas. Sementara Diogo Jota, finisher paling alami di klub, harus absen karena cedera setelah baru saja kembali dari istirahat dua bulan.
”Anda tahu kami terlalu buru-buru di depan gawang. Kami banyak menciptakan peluang, tapi tidak mencetak gol,” kata Klopp.
Klopp menyebut, pemainnya harus terus berjuang meski dalam kondisi sulit. ”Ini bukan masalah perilaku. Para pemain menginginkannya, tapi tanggung jawab saya membuat mereka percaya diri mampu melakukannya,” tambah pelatih asal Jerman ini.
Upaya mengejar quadruple pun kembali menghantui mereka setelah para pemain Liverpool seperti kehabisan bahan bakar menjelang akhir musim. Mereka telah memainkan 54 laga dan akan bermain empat kali lagi sebelum musim berakhir.
Sejumlah pemain dari akademi mampu mengisi peran para pemain utama yang cedera. Namun, ketika para pemain bintang itu kembali, justru krisis menerjang. Klopp mengakui, setelah kekalahan dari Palace, dua pilar lini tengah, Alexis Mac Allister dan Wataru Endo, mengalami kesulitan karena beban jumlah laga yang mereka pikul di awal-awal musim. ”Pemain yang bermain di semua laga kurang bugar, tapi itu sama untuk semua tim. Saya tidak ingin menjadikannya alasan,” ujar Klopp. ”Ini bukan masa yang bagus. Saya tentu lebih senang terus menang. Semakin banyak menang, Anda semakin sukses. Saat ini, kami tidak cukup banyak menang untuk mendapatkan sesuatu.” (AP/AFP)