Ruben Amorim, ”Gula” Pemikat Klub-klub Eropa Termasuk Liverpool
Ruben Amorim masih muda dan tak berpengalaman di liga besar Eropa. Namun, potensinya terlalu berkilau untuk dilewatkan.
Pelatih muda Sporting CP Ruben Amorim menjadi buah bibir belakangan ini. Setelah Pelatih Xabi Alonso memutuskan masa depannya untuk tetap bersama Bayer Leverkusen, klub-klub besar Eropa mulai berlomba mencari nama baru. Amorim yang sudah berprestasi di usia 39 tahun pun menjadi target perburuan.
Ada tiga klub yang sedang aktif memantau sang pelatih, yaitu Barcelona, Bayern Muenchen, dan Liverpool. Ketiga klub itu sudah dipastikan akan ditinggal pelatih masing-masing di musim panas nanti. Pertanyaannya, mengapa Amorim yang belum berpengalaman di lima liga terbesar Eropa begitu diminati?
Perjalanan Amorim di Sporting mungkin bisa menjawab hal tersebut. Dia direkrut pada pengujung musim 2019-2020 di usia 35 tahun. Pada musim penuh pertamanya, 2020-2021, dia langsung mengantar Sporting juara Liga Portugal, menyudahi paceklik selama 19 tahun serta mengakhiri dominasi Benfica dan Porto.
Sebagai konteks, Sporting kehilangan pemain bintang Bruno Fernandes yang pindah ke Manchester United, hanya beberapa pekan setelah kedatangan Amorim. Namun, pelatih berkebangsaan Portugal itu tidak gentar. Dia menciptakan tim baru yang berisi gabungan pemain muda dan veteran, antara lain Joao Palhinha, Matheus Nunes, dan Pedro Porro.
Baca juga: Komitmen Xabi Alonso dan Jaminan Trofi Bayer Leverkusen
Setelah juara, ketiga pemain itu juga menyusul Fernandes pindah ke Liga Inggris. Amorim kehilangan banyak pemain penting, tetapi selalu punya formula untuk meramu ulang tim. Musim ini, Sporting yang dimotori penyerang Viktor Gyoekeres masih memimpin perburuan gelar liga dengan hanya delapan laga tersisa.
Palhinha menilai, Amorim sudah pantas memimpin klub besar. ”Dia memiliki pengetahuan sangat dalam terhadap permainan ini dan bisa menjalin hubungan yang sangat baik dengan para pemain. Dari caranya bertumbuh, dia tidak akan lama lagi di Portugal,” ujar sang gelandang Fulham pada media Portugal, O Jogo.
Amorim, ketika masih bermain, merupakan gelandang yang cukup andal. Dia mengantar Benfica juara liga sebanyak tiga kali dan juga membela tim nasional Portugal di Piala Dunia 2010 dan 2014. Hanya saja, dia harus ”gantung sepatu” lebih cepat pada usia 32 tahun karena masalah cedera.
Amorim pun masuk lebih cepat ke dunia kepelatihan. Hingga akhirnya, dia dipercaya memimpin SC Braga di akhir 2019. Dia membawa tim itu tidak terkalahkan di liga selama sembilan pertandingan dan meraih juara Piala Liga Portugal. Hanya tiga bulan di Braga, dia langsung direkrut oleh Sporting.
Baca juga: Xabi Alonso Bertahan di Leverkusen, Bayern dan Liverpool Patah Hati
Saya jelas masih pelatih Sporting dan satu-satunya pelatih Sporting sampai saat ini.
Kelebihan terbesar Amorim adalah kemampuan berbicara. Sosok pelatih berkarisma dan ”dingin” itu dijuluki sebagai ahli komunikasi. Dia bisa membuat para pemain muda dan veteran merasa nyaman berada dalam tim serta mau bertarung habis-habisan di lapangan. Ucapannya sederhana dan mudah dimengerti.
”Dia menang banyak dengan cara komunikasinya. Pesannya sangat jelas dan bisa tersampaikan dengan baik. Para pemain bisa terhubung dengan mudah. Bahkan di luar, untuk reporter dan publik, dia selalu simpel dan konkret. Itu yang membuat timnya sangat terorganisasi dan spartan,” ujar Pelatih Estoril Vasco Seabra dikutip Sky Sports.
Mengidolakan Mourinho dan anti-Mourinho
Amorim terinspirasi dari manajer legendaris asal Portugal, Jose Mourinho, yang juga sudah berprestasi sejak usia muda. Meskipun begitu, filosofi kedua pelatih tersebut terpisah bagai bumi dan langit. Mourinho dikenal dengan permainan pragmatis nan defensif atau ”parkir bus”, sementara Amorim lebih ofensif dan atraktif.
Sporting sejauh ini tercatat sebagai tim tersubur di liga dengan produksi rerata 2,96 gol per pertandingan. Sebanyak 57 dari 77 gol berasal dari permainan terbuka, juga merupakan catatan terbanyak di liga. Mereka pun lebih berinisiatif dalam permainan, terlihat dari penguasaan bola yang mencapai 56,3 persen.
Baca juga: Juergen Klopp Akan Tinggalkan Liverpool
Amorim mengandalkan formasi 3-4-3 yang bisa berubah jadi lima bek sejajar ketika bertahan. Dengan itu, Sporting sangat mengandalkan serangan dari sayap. Termasuk dua bek sayap yang selalu naik saat dalam penguasaan. Adapun tiga pemain di lini serang ditugaskan bergerak konstan dan fleksibel untuk mencari ruang.
Hal paling menarik dari Sporting adalah sistem pertahanan ala Amorim. Mereka menekan sangat intens dengan pertahanan blok tinggi. Tekanan itu sering menghasilkan kekacauan di pertahanan lawan. Menurut The Analyst, mereka mencatatkan high turnovers terbanyak yang berujung gol di liga (8).
High turnovers merupakan serangan yang dimulai di 40 meter atau kurang dari gawang lawan. Artinya, skuad Sporting bisa merebut bola di pertahanan lawan dan langsung menciptakan transisi serangan balik kilat. Gaya itu sering disebut dengan gegenpressing yang sudah melekat dengan Manajer Liverpool Juergen Klopp.
Pertahanan Sporting memang berisiko, tetapi sangat efektif. Mereka membatasi nilai kualitas peluang lawan hanya 13,28 xG (expected goals) dari permainan terbuka. Angka itu merupakan yang paling rendah di liga. Artinya, mereka hanya berpotensi kemasukan kurang lebih satu gol di setiap dua laga.
Baca juga: Lima Nama Calon Pelatih Liverpool, Siapa Favorit?
Menurut Amorim, pendekatan bermain timnya akan menyesuaikan pada setiap lawan. ”Saya tipe yang seperti itu, mengidentifikasi tim lain terlebih dulu. Berpikir bagaimana bisa mengalahkan mereka. Bagaimana memastikan tim lawan tidak menciptakan gol,” ujarnya.
Hal itu dibuktikan ketika Sporting menyingkirkan Arsenal di babak 16 besar Liga Europa musim lalu. Amorim memainkan gaya yang cukup berhati-hati di kandang sendiri. Lalu, dia justru mengejutkan Arsenal dengan gaya lebih berani saat bertandang. Mereka tidak takut memegang bola seperti di laga pertama.
Strategi itu berbuah kelolosan Sporting dengan menang adu penalti. Manajer Arsenal Mikel Arteta memuji Amoring setinggi langit ketika itu. ”Seperti yang saya katakan sebelum laga, saya sangat menyukainya. Dia dan staf pelatih melakukan pekerjaan luar biasa selama beberapa tahun terakhir. Idenya sangat jelas,” ujarnya.
Jika dilihat dari ide bermain, kemampuan komunikasi, dan kehebatan memoles para pemain muda, Amorim tampak mirip dengan Klopp. Bedanya hanya Amorim lebih kalem, sementara Klopp sangat berapi-api. Sangat wajar jika Liverpool ingin mendatangkannya setelah gagal mendapatkan Alonson.
Meskipun begitu, Amorim tidak ingin masa depannya mengganggu tim yang sedang berburu gelar juara liga saat ini. Dia fokus menjalani kontrak bersama Sporting yang masih sampai Juni 2026. ”Saya jelas masih pelatih Sporting dan satu-satunya pelatih Sporting sampai saat ini. Semua (di dalam tim) sedang fokus meraih juara,” jelasnya (AP/REUTERS)