Singkirkan Alcaraz, Grigor Dimitrov Gagalkan Persaingan Empat Besar di Miami
Grigor Dimitrov tampil solid pada perempat final Miami Masters. Dia menyingkirkan unggulan pertama, Carlos Alcaraz.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MIAMI, KAMIS — Skenario persaingan unggulan-unggulan teratas dalam turnamen tenis ATP Masters 1000 berjalan mulus hingga Grigor Dimitrov memenangi perempat final. Dimitrov menggagalkan pertemuan petenis empat besar dalam semifinal setelah mengalahkan unggulan teratas Carlos Alcaraz.
Skenario persaingan empat besar sebenarnya hampir terwujud ketika unggulan kedua hingga keempat, yaitu Jannik Sinner, Daniil Medvedev, dan Alexander Zverev telah lebih dulu mendapatkan tiket semifinal. Pada pertandingan di Stadion Hard Rock, Miami Gardens, Florida, Amerika Serikat, Kamis (28/3/2024), Zverev mengalahkan Fabian Marozsan dengan skor 6-3, 7-5. Dia mengikuti langkah Sinner dan Medvedev yang memenangi perempat final, sehari sebelumnya.
Ketika Sinner dan Medvedev dipastikan akan bertemu di semifinal, pada Jumat, Zverev menanti lawan, yaitu pemenang pertemuan Alcaraz lawan Dimitrov. Keunggulan 3-1 dalam pertemuan sebelumnya, serta gelar juara dari Indian Wells Masters, 6-17 Maret, membuat Alcaraz lebih diunggulkan menang.
Namun, Dimitrov tampil baik dan sangat energik untuk mengatasi permainan agresif Alcaraz, yang berusia 20 tahun, seperti ketika memenangi babak kedua Shanghai Masters 2023. Persaingan di Shanghai itu menjadi pertemuan terakhir kedua petenis sebelum bertemu di Miami. Di Miami, Dimitrov bahkan menang dalam dua set, 6-2, 6-4.
Dimitrov menunjukkan kesiapannya melawan Alcaraz yang 12 tahun lebih muda darinya. Dia langsung menyerang pemegang dua gelar Grand Slam dan mantan petenis nomor satu dunia itu hingga unggul 3-0.
Tekanan itu dilakukannya dengan sering bergerak ke dekat net dan membuat Alcaraz harus mengejar bola dari sudut ke sudut. Sebanyak 14 dari 19 pukulan net (74 persen) menghasilkan poin bagi Dimitrov, sementara Alcaraz hanya mendapat tujuh poin dari 14 upaya pukulan net (50 persen).
Untuk mengalahkan dia, tak ada cara lain selain bermain dengan kemampuan maksimal saya. Saya datang ke pertandingan ini dengan fokus sangat tinggi.
Pada set kedua, keunggulan Dimitrov 4-1 diperkecil Alcaraz menjadi 4-3. Namun, Dimitrov tetap tampil konsisten dan memenangi pertandingan selama satu jam 32 menit ketika mematahkan servis petenis Spanyol itu pada gim kesepuluh.
”Untuk mengalahkan dia, tak ada cara lain selain bermain dengan kemampuan maksimal saya. Saya datang ke pertandingan ini dengan fokus sangat tinggi,” komentar Dimitrov.
Dimitrov, yang menjalani persaingan di arena tenis profesional sejak 2008, pernah mencapai masa terbaik pada 2017. Dia mendapat julukan ”baby Federer” karena memiliki backhand satu tangan yang mirip Federer.
Akan tetapi, petenis Bulgaria itu kesulitan menembus dominasi Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic. Di arena Grand Slam, hasil terbaiknya ada semifinal Wimbledon 2014, Australia Terbuka 2017, dan AS Terbuka 2019.
Setelah 15 bulan menempati ranking sepuluh besar dunia, dengan posisi tertinggi pada peringkat ketiga, sejak Juli 2017, posisinya terus merosot. Namun, berselang enam tahun setelah meninggalkan posisi tersebut, Dimitrov berpeluang kembali ke jajaran sepuluh besar dunia dengan mencapai semifinal Miami Masters 2024. Saat ini, petenis Bulgaria itu menempati ranking ke-12.
Sebagai respons atas kekalahannya, Alcaraz menuturkan bahwa dia merasa seperti petenis berusia 13 tahun yang tak bisa bermain dengan baik. ”Saya sangat frustrasi karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak bisa melihat di mana kelemahan Grigor. Saya tidak bisa apa-apa dalam pertandingan tadi,” tutur Alcaraz yang menyebut permainan Dimitrov begitu sempurna.
Dengan kekalahan tersebut, Alcaraz gagal menjuarai ”Sunshine Double”, menjuarai Indian Wells dan Miami Masters secara beruntun. Tunggal putra terakhir yang melakukan itu adalah Federer, yaitu pada 2017.
Kegagalan Alcaraz juga membuka peluang bagi Sinner untuk menggeser statusnya sebagai petenis ranking kedua dunia. Sinner akan naik satu tingkat jika dia juara.
Petenis Italia berusia 22 tahun itu menjadi yang paling konsisten pada tiga bulan pertama 2024. Dia menjuarai dua turnamen pertama, Australia Terbuka dan ATP 500 Rotterdam, lalu mencapai semifinal Indian Wells Masters. Satu-satunya petenis yang berada di atas Sinner dan Alcaraz adalah Djokovic yang absen di Miami.
Bayar kekalahan
Pada persaingan tunggal putri, Elena Rybakina berpeluang membayar kekalahannya pada final WTA 1000 Miami pada 2023 saat kalah dari Petra Kvitova. Rybakina, yang ditempatkan sebagai unggulan keempat, melangkah ke final setelah mengatasi perlawanan ketat tiga kali juara WTA Miami, Victoria Azarenka, dengan skor 6-4, 0-6, 7-6 (2).
Final melawan Collins, pada Sabtu, menjadi final kelima Rybakina dalam level WTA 1000. Dua gelar didapat dari empat final sebelumnya, yaitu dari Indian Wells dan Roma 2023.
Adapun bagi Collins, laga melawan Rybakina menjadi final pertamanya dalam turnamen WTA level tertinggi ini. Hasil terbaik sebelumnya adalah semifinal yang juga didapat di Miami pada 2018.
Prestasi ini dicapai pada tahun terakhir Collins bersaing di arena tenis profesional. Dia telah mengumumkan akan pensiun pada akhir 2024 dan apa pun hasil di Miami tak akan mengubah keputusannya.
”Saya punya beberapa hasil baik di sini, tetapi tahun ini terasa lebih spesial,” ujar Collins yang mengalahkan Ekaterina Alexandrova 6-3, 6-2 di semifinal. Collins menghentikan kejutan yang dibuat Alexandrova yang menyingkirkan unggulan teratas, Iga Swiatek, pada babak keempat dan Jessica Pegula (5) di perempat final. (AFP)