Perubahan Status Bandara Adi Soemarmo Tak Sejalan dengan Geliat Wisata di Surakarta
Di tengah geliat wisata di Surakarta, status Bandara Adi Soemarmo sebagai bandara internasional justru dicabut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengubah status Bandara Adi Soemarmo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Pelaku pariwisata di Kota Surakarta, Jateng, menilai, perubahan status itu tak sejalan dengan geliat sektor pariwisata di kota tersebut.
Selama ini, Bandara Adi Soemarmo menjadi salah satu pintu masuk warga dan wisatawan ke Surakarta dan sekitarnya. Per April 2024, bandara itu tidak lagi berstatus internasional.
Status bandara diturunkan menjadi domestik sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 31 Tahun 2024 tentang Penetapan Bandar Udara Internasional serta Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 33 Tahun 2024 tentang Tatanan Bandar Udara Nasional.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (DPC Asita) Surakarta Mirza Ananda menilai, perubahan status Bandara Adi Soemarmo itu terkesan tidak selaras dengan geliat wisata di Surakarta yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir.
Menurut Mirza, geliat wisata di Surakarta itu mestinya didukung aksesibilitas yang mumpuni. Salah satunya bisa berupa penerbangan internasional reguler.
”Harapannya tetap kembali dibuka international flight-nya supaya kunjungan wisatawan lebih banyak. Tambah ramai dan bergeliat wisatawan internasionalnya,” kata Mirza saat dihubungi Rabu (1/5/2024).
Meski demikian, Mirza menyebut, ketiadaan penerbangan internasional reguler di Bandara Adi Soemarmo sebenarnya sudah berlangsung sejak 2022. Saat ini, penerbangan internasional yang dilayani di bandara itu hanya pesawat carter untuk perjalanan umrah dari dan ke Jeddah, Arab Saudi.
Padahal, menurut Mirza, sebelumnya sempat ada penerbangan internasional reguler di Bandara Adi Soemarmo. Sedikitnya ada dua rute yang dilayani, yakni Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia.
Setelah hilangnya penerbangan internasional reguler di Bandara Adi Soemarmo, Mirza dan para pelaku usaha pariwisata di Surakarta harus menyiapkan layanan antar-jemput wisatawan ke Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bandara Internasional Yogyakarta merupakan bandara terdekat yang melayani penerbangan internasional. ”Karena gerbang internasionalnya dari Yogyakarta, mau enggak mau kami harus jemput mereka di sana. Dan, pariwisata itu sebenarnya borderless (tanpa batas). Di mana pun kita bisa menjemput tamu,” tutur Mirza.
Masalahnya, kata Mirza, jarak Bandara Internasional Yogyakarta ke Surakarta relatif jauh, yakni 114 kilometer. Sementara Bandara Adi Soemarmo ke Surakarta hanya 17 km. Oleh karena itu, wisatawan harus diyakinkan agar tetap mau berkunjung meski tempat yang dituju relatif jauh.
Meski begitu, Mirza optimistis aktivitas wisata di Surakarta tetap bergeliat. Apalagi, kota itu belakangan sedang banyak dilirik pelancong, baik domestik maupun mancanegara.
”Bahkan, tamu-tamu itu juga datang karena banyak event internasional. Tamu internasional yang potensial ke Surakarta juga bertambah,” ujar Mirza.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surakarta Siti Khotimah tak terlalu mempersoalkan pencabutan status internasional di Bandara Adi Soemarmo. Menurut dia, selama ini, kedatangan wisatawan mancanegara ke Surakarta melalui penerbangan tidak terlalu signifikan.
Oleh karena itu, Disbudpar Surakarta bakal mengincar wisatawan mancanegara yang sudah lebih dahulu datang ke daerah-daerah yang memiliki bandara internasional.
”Kan tidak harus dari penerbangan internasional langsung. Bisa lewat kereta api dari Yogyakarta atau Jakarta. Bisa juga lewat penerbangan domestik, misalkan wisatawan asing itu dari Bali,” kata Siti.
Untuk menarik lebih banyak wisatawan, Siti mengatakan, Disbudpar Surakarta bakal memperbanyak penyelenggaraan acara, baik yang berskala nasional maupun internasional. ”Yang paling bisa menarik wisatawan adalah event. Makanya, kami tetap mem-branding Surakarta sebagai kota event untuk skala internasional ataupun domestik,” ungkapnya.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka juga optimistis sektor pariwisata di Surakarta terus bergeliat. Apalagi, dia menyebutkan, kota itu sudah masuk dalam jaringan kota kreatif dunia (UNESCO Creative City Network). Pemkot Surakarta pun berkomitmen menghadirkan gelaran-gelaran bergengsi untuk menarik wisatawan.
”Pokoknya kami konsisten untuk menjadi tuan rumah event-event internasional. Seperti kemarin ada Piala Dunia U-17. Saya kira kita masih bisa tetap optimistis,” kata Gibran.