Pendataan dan kajian dilakukan untuk menentukan penyebab kerusakan setelah gempa terjadi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
TASIKMALAYA, KOMPAS — Bangunan yang terdampak gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di lepas pantai Garut bakal diobservasi untuk menentukan tingkat kerusakannya. Hal ini diperlukan untuk memastikan pengaruh dari gempa yang mengguncang Sabtu (27/4/2024) pukul 23.29 WIB tersebut terhadap infrastruktur yang ada di daerah terdampak.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menyatakan, pihaknya menggunakan metode mikrozonasi atau pemantauan skala kecil untuk mendapatkan data terkait kerusakan akibat gempa tersebut. Selain fasilitas umum, rumah-rumah warga yang rusak akibat gempa ini juga dipantau sehari setelah gempa.
”Kami melakukan survei untuk menghasilkan tingkat kerusakan seperti apa dengan menggunakan sejumlah peralatan. Salah satunya dengan mikrozonasi untuk melihat tingkat kerusakan dari makroseismik ini,” ujarnya saat ditemui di Tasikmalaya, Minggu (2/4/2024).
Petugas membersihkan lantai aula gedung Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang terdampak plafon yang roboh akibat gempa, Minggu (28/4/2024).
Salah satu bangunan yang diobservasi hari itu adalah gedung Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Tasikmalaya. Kerusakan langit-langit gedung aula ini sempat viral di media sosial sesaat setelah gempa berkekuatan M 6,2 mengguncang keras sejumlah wilayah di Jabar.
Kami harus melakukan kajian seberapa besar dampak dari gempa ini, apakah murni karena guncangannya atau faktor lainnya, seperti jenis tanah hingga kondisi konstruksi bangunan yang terdampak.
Andalan Bidang Sarana-Prasarana Pramuka Kwarcab Kabupaten Tasikmalaya Adin Rosyidin menyatakan, pihaknya tengah mengecek kembali kondisi bangunan setelah gempa. Selain plafon yang roboh, salah satu pintu aula juga pecah karena tertimpa langit-langit. Namun, berdasarkan pengamatan awal, gempa yang ada tidak berdampak pada kondisi struktur bangunan.
”Hingga saat ini yang terdampak itu plafon dan pintu kaca. Untuk yang lain sepertinya belum ada. Kondisi retak-retak di dinding ini juga sudah ada sebelum gempa. Namun, kami tetap memantau perkembangannya,” ujar Adin.
Selain Tasikmalaya, lanjut Ayu, tim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bakal memantau seluruh wilayah terdampak. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar, kerusakan akibat gempa berdampak pada 11 daerah dengan puluhan bangunan terdampak.
”Bangunan yang rusak masih dalam pendataan dan setelah ini akan menjadi rekomendasi bagi para pemerintah daerah yang terdampak. Kami harus melakukan kajian seberapa besar dampak dari gempa ini, apakah murni karena guncangannya atau faktor lainnya, seperti jenis tanah hingga kondisi konstruksi bangunan yang terdampak,” paparnya.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, hingga Minggu (28/4/2024) pukul 14.00, sebanyak 8 orang terluka dan 75 keluarga terdampak. Sementara itu, total rumah terdampak gempa Garut ini mencapai 110 unit. Kerusakan ini berada di Kabupaten Garut (41 unit), Kabupaten Bandung (24 unit), Kabupaten Sukabumi (17 unit), Kabupaten Tasikmalaya (7 unit), dan Kota Tasikmalaya (5 unit).
Sekretaris Daerah Jabar Herman Suryatman menyatakan, pihaknya terus berkomunikasi dengan daerah-daerah yang terpapar gempa agar pendataan berjalan maksimal. Dia juga menginstruksikan kepala daerah untuk memantau kondisi masyarakatnya.
”Sampai saat ini penghimpunan data dan laporan masih terus dilakukan. Imbauan kami kepada masyarakat untuk tetap waspada, tetapi jangan panik. Mohon ikuti arahan dari pemerintah setempat,” kata Herman.
Berdasarkan data BMKG, titik pusat gempa ini berjarak 156 kilometer arah barat daya Kabupaten Garut atau sekitar 180 kilometer dari Tasikmalaya. Gempa ini bahkan menghasilkan getaran dengan skala IV MMI di Tasikmalaya dan Sukabumi, sementara sejumlah daerah seperti area Bandung dan Garut merasakan getaran III-IV MMI.
Gempanya kencang sekali terasa. Saya susah untuk berlari, hampir jatuh. Untuk buka kunci pintu saja susah.
Skala tersebut menunjukkan guncangannya sangat terasa dan berpotensi merusak bangunan. Salah satunya Nurin Ilmi (19), warga Desa Sukamenak, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, yang rumahnya terdampak gempa. Bagian belakang rumahnya roboh sehingga dapur dan kamar mandi dari bangunan ini tidak bisa dipergunakan.
Nurin bersyukur karena dia bersama saudara dan dua keponakannya tidak mengalami luka-luka saat gempa mengguncang. Saat kejadian, dia tengah berbaring sambil memainkan ponselnya, sementara tiga orang lainnya tidur di kamar yang berbeda.
”Gempanya kencang sekali terasa. Saya susah untuk berlari, hampir jatuh. Untuk buka kunci pintu saja susah. Anehnya, kakak saya dan anak-anaknya tidak terbangun. Untungnya tidak ada yang terluka karena yang rusak hanya bagian dapur,” ujarnya.