Banjir Bandang di Enrekang Sisakan Lumpur dan Jalan Ambles
Banjir dan longsor terus membayangi sejumlah daerah di Sulawesi Selatan. Warga diminta waspada.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Banjir bandang dan longsor yang menerjang Enrekang, Sulawesi Selatan, menyisakan lumpur dan jalan ambles. Hingga Minggu (28/4/2024) sore, jalan poros Enrekang-Tana Toraja diwarnai macet panjang akibat beberapa titik jalan sulit dilalui.
Pantauan di Enrekang menunjukkan adanya antrean kendaraan yang panjang dari arah Makassar ke Toraja dan sebaliknya yang melintasi Enrekang. Di sejumlah jalan ambles, petugas memberlakukan buka tutup jalan karena jalan tak bisa dilalui kendaran.
Sejumlah kendaraan bahkan harus menunggu sejak dini hari karena menunggu alat berat membuka jalan yang tertutup longsor dan ambles. Alat berat terus bekerja membersihkan material longsoran dan membuka akses.
”Saya pas masuk Enrekang saat banjir. Saya akhirnya menunggu sampai pagi hingga jalan dibuka. Itu pun masih antre karena ada buka-tutup,” kata Marten Limbong (47) yang sedang dalam perjalanan ke Makale, Tana Toraja.
Banjir bandang dan Longsor menerjang Enrekang pada Sabtu (27/4/2024) malam. Sebelumnya, hujan deras turun hingga lebih dari tiga jam sejak pukul 06.00 hingga pukul 21.00 Wita. Beberapa waktu berselang air meluap.
Dalam unggahan di berbagai media sosial, air meluap deras serupa sungai berwarna kecoklatan di jalan-jalan dan permukiman. Di beberapa bangunan, air bahkan merendam nyaris sampai ke atap. Namun, menjelang pagi air sudah surut dan menyisakan lumpur.
Hingga Minggu (28/4/2024) sore, jalan poros Enrekang-Tana Toraja diwarnai macet panjang akibat beberapa titik jalan sulit dilalui.
Menurut warga, dalam beberapa kali kejadian banjir di Enrekang, penyebabnya adalah air sungai meluap ke permukiman. Namun, pada Sabtu malam, air dari gunung yang turun berikut batu dan tanah.
”Sebelumnya hujan lebat turun hampir tak berhenti sejak sore sampai malam hari. Bahkan, saat Jumat sudah ada longsor dan banjir di beberapa titik permukiman. Saat hujan, kami konsen di beberapa titik yang sebelumnya kerap terendam. Yang tak kami sangka, wilayah jalan poros yang ada perkantoran justru yang lebih parah,” kata Abdul Rahim, salah seorang sukarelawan Dinas Sosial Enrekang.
Hingga Minggu sore, warga masih terus membersihkan sisa-sisa lumpur di rumah. Barang perabotan tertumpuk di halaman dan sisi jalan. Sejumlah barang tampak rusak akibat lumpur.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan Amaon Padolo mengatakan, hingga Minggu sore, petugas di lapangan masih mendata kerusakan dan jumlah kerugian akibat banjir bandang ini.
”Sampai sekarang data belum terkumpul. Yang jelas air sudah surut. Belakangan cuaca cukup ekstrem. Hujan lebat terjadi dengan intensitas cukup lama. Ini yang memicu beberapa bencana longsor hingga banjir di Sulsel. Karena itu kami meminta warga tetap waspada,” katanya.
Sebelumnya, pada Jumat (26/4/2024), longsor terjadi di Buntao, Toraja Utara. Longsor menimbun delapan warga. Lima orang selamat dan tiga lainnya meninggal. Korban terakhir longsor ini ditemukan pada Sabtu sore.