Mantan Bupati Pidie, Roni Ahmad ”Abusyik”, Tutup Usia
Selama menjabat sebagai Bupati Pidie, Roni Ahmad sangat berkonsentrasi pada isu pertanian dan perkebunan.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
SIGLI, KOMPAS — Warga Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, kehilangan seorang tokoh, yakni Roni Ahmad (56), populer dipanggil Abusyik. Bupati Pidie periode 2017-2022 itu meninggal dunia pada Sabtu (27/4/2024), pukul 02.00 dini hari, di Rumah Sakit Umum Daerah Teungku Chik Ditiro, Sigli. Jenazah almarhum dimakamkan di kampungnya di Desa Puuk, Kecamatan Delima, Pidie.
Fadhullah, Wakil Bupati Pidie 2017-2022, menuturkan, dalam beberapa bulan terakhir Abusyik kerap bolak-balik ke rumah sakit untuk berobat. Abusyik dikabarkan menderita komplikasi hepatitis dan ginjal.
”Abusyik pemimpin yang dekat dengan rakyat. Walaupun pejabat, kehidupannya sederhana. Dia juga sangat humoris,” kata Fadhullah.
Pasangan Abusyik dan Fadhullah terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati 2017-2022. Mereka maju dari jalur independen atau perseorangan. Abusyik merupakan eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang setelah perdamaian turut mewarnai perpolitikan di Pidie.
Fadhullah menambahkan, selama menjabat sebagai Bupati Pidie, Abusyik sangat berkonsentrasi pada isu pertanian dan perkebunan. Program terkait dengan pertanian dan pangan diberi perhatian lebih besar. Pidie termasuk sentra penghasil padi terbaik di Aceh. Begitu juga dengan hasil komoditas lain seperti durian, kopi, dan melinjo.
Meski menjabat sebagai bupati, dia masih sering ke sawah melakukan aktivitas layaknya petani yang lain. ”Dia sangat konsen pada persoalan pupuk kimia. Dia mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik,” ujar Fadhullah.
Selama pemerintahan Abusyik dan Fadhullah, Pidie menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan skala provinsi, yakni Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Aceh dan Pekan Olahraga Aceh (PORA).
”Kami kehilangan tokoh. Dia pemimpin yang unik. Abusyik membangun citra dengan jargon Pidie Meusigrak atau Pidie Bergerak,” kata Fadhullah.
Abusyik lahir di Pidie pada 1968. Dia bergabung dengan GAM dan pernah berlatih militer di Libya. Setelah perdamaian 2005, Abusyik terlibat dalam aktivitas politik hingga diberi amanah oleh warga untuk menjadi bupati.
Istrinya yang pertama, Syarifah, meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017. Abusyik kemudian menikahi Mahdalena. Dari kedua istri, Abusyik meninggalkan tujuh orang anak.
Pemerintah Kabupaten Pidie menyampaikan duka cita atas meninggalnya Abusyik. Para aparatur sipil negara melayat ke rumah duka.
Penjabat Bupati Pidie Wahyudi mengatakan, Abusyik tokoh penting dalam sejarah pembangunan Pidie. Dia menyampaikan duka yang mendalam dan mendoakan almarhum mendapatkan tempat yang layak di sisi Sang Khalik.