Rupiah Melemah, Perajin Tahu dan Tempe di Jabar Terdampak Lonjakan Harga Kedelai
Menguatnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah berdampak pada lonjakan harga kedelai yang diimpor dari luar negeri.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah, yakni mencapai Rp 16.152 per dollar AS hingga Rabu (24/4/2024). Kondisi ini menyebabkan para perajin tahu dan tempe di daerah sentra produksi seperti Jawa Barat terpukul akibat lonjakan harga kedelai yang diimpor dari luar negeri.
Ketua Paguyuban Perajin Tempe dan Tahu Jawa Barat Muhammad Zamaludin di Bandung mengatakan, harga kedelai per kilogram telah menyentuh angka Rp 11.000. Sebelumnya, harga kedelai per kilogram sebulan yang lalu Rp 10.500.
Zamaludin mengatakan, para perajin tahu dan tempe belum menaikkan harga jual produk hingga kini. Total ada 700 pemilik usaha pembuatan tahu dan tempe di wilayah Jabar yang tergabung dalam komunitas yang dipimpin Zamaludin.
”Kami masih menjual satu papan tahu ke konsumen seharga Rp 60.000. Satu papan berisi 80 hingga 100 potong tahu,” kata Zamaludin.
Ia menuturkan, pelaku usaha pembuatan tahu dan tempe terpaksa akan menaikkan harga jual produk jika harga kedelai terus melonjak. Bahan kedelai yang digunakan para perajin diimpor dari Amerika Serikat.
”Para pelaku usaha harus menaikkan harga tahu dan tempe untuk menghindari kerugian akibat meningkatnya biaya produksi. Apalagi, mereka memiliki puluhan hingga ratusan pekerja,” tuturnya.
Zamaludin menilai, kenaikan harga tahu dan tempe juga akan berdampak bagi konsumen, khususnya yang membuka usaha kuliner. ”Diperlukan upaya intervensi pemerintah agar kami tetap bisa mendapatkan kedelai dengan harga yang terjangkau,” ucapnya.
Pelaku usaha pembuatan tahu dan tempe terpaksa akan menaikkan harga jual produk jika harga kedelai terus melonjak. Bahan kedelai yang digunakan para perajin diimpor dari Amerika Serikat.
Surtigalih, salah satu pelaku usaha di kawasan sentra pabrik tahu Cibuntu, Kota Bandung, saat ditemui, mengatakan, kenaikan harga kedelai sangat berdampak kepada para perajin. Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika harga kedelai justru turun setelah Lebaran.
”Kami berharap pemerintah pusat bisa mengambil kebijakan subsidi apabila harga kedelai terus melonjak. Kedelai termasuk salah satu kebutuhan pokok masyarakat, tetapi masih harus diimpor dari luar negeri,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Distribusi Perdagangan dan Pengawasan Kemetrologian Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Meiwan Kartiwa mengatakan, pihaknya akan memantau kenaikan harga kedelai dan tahu di sejumlah pasar tradisional. Ia akan berkoordinasi dengan Badan Urusan Logistik terkait masalah tersebut.
”Kami akan melaporkan hasil pantauan di sejumlah pasar tradisional kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Terkait intervensi harga kedelai yang diimpor dari luar negeri merupakan kewenangan pemerintah pusat,” ujar Meiwan.