Guru di Wawonii Lecehkan Siswinya, Ruang Aman Anak Semakin Hilang
Seorang guru di Wawonii melecehkan muridnya. Ruang aman bagi anak semakin berkurang seiring kasus yang melonjak.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·2 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang guru sekolah menengah di Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, ditangkap polisi setelah dilaporkan melecehkan siswinya. Pelaku memanggil korban dengan alasan untuk perbaikan nilai korban. Ruang aman di wilayah ini semakin berkurang lantaran kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terus meningkat.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Kendari Ajun Komisaris Fitrayadi mengungkapkan, pelecehan itu terjadi pada awal April lalu di Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan. Saat itu, pelaku ASL (34) memanggil korban yang juga siswinya untuk bertemu guna membahas nilai pelajaran. ”Mereka janjian di Jalan By Pass Langara sekitar pukul 18.30 Wita. Alasannya, untuk membahas nilai korban,” kata Fitrayadi di Kendari, Rabu (24/4/2024).
Akan tetapi, saat bertemu, pelaku meraba dan melecehkan korban. Suasana di lokasi sepi sehingga korban tidak bisa meminta pertolongan. Setelah pulang, korban tidak terima akan perlakuan pelaku dan menceritakan kepada ibunya. Orangtua korban lalu melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian terdekat.
Pada Selasa (23/4/2024), tambah Fitrayadi, polisi menetapkan pelaku sebagai tersangka. Ia dikenai Pasal 81 dan 82 Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Kasus demi kasus pelecehan dan kekerasan seksual terus terjadi di wilayah Sultra. Korban, khususnya anak-anak, terus bertambah dari waktu ke waktu.
Pada Maret lalu, seorang ayah di Kendari memerkosa anak perempuannya selama satu tahun lebih. Berdasarkan keterangan pelaku, DS (41) menyetubuhi anaknya sejak tahun 2023. Saat itu, pelaku yang usai pesta minuman keras pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Ia lalu menyetubuhi sang anak yang saat itu masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar.
Di Buton Selatan, SA (6), siswi TK di Buton Selatan, dibunuh pada akhir Februari lalu. Korban dibunuh dan dibuang ke jurang dengan kondisi tubuh penuh luka. Pelaku masih dikejar.
Kasus demi kasus pelecehan dan kekerasan seksual terus terjadi di wilayah Sultra. Korban, khususnya anak-anak, terus bertambah dari waktu ke waktu.
Lidya Kandou, anggota Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak Sultra, menyebutkan, kasus kekerasan seksual di wilayah Sultra memang terus meningkat. Sebagian besar di antaranya adalah kekerasan terhadap anak, baik yang terjadi di keluarga maupun lingkungan terdekat.
”Untuk angka pastinya saya mesti cek, tetapi tahun lalu itu jumlahnya terus bertambah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun ini saja kami tangani 30-an kasus. Di luar kasus yang ditangani kabupaten dan kota. Dan pelakunya sebagian besar pasti adalah orang terdekat,” kata Lidya.
Sejumlah daerah juga menunjukkan peningkatan kasus. Tiga daerah yang selalu menduduki peringkat tiga besar kasus kekerasan seksual adalah Kolaka, Konawe, dan Konawe Selatan. Di luar dari wilayah ini, Baubau dan Buton Selatan juga menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan.
Menurut Lidya, situasi ini terjadi karena beberapa hal. Mulai dari pemahaman masyarakat yang masih kurang hingga sosialisasi yang masih minim akan pentingnya pencegahan kekerasan seksual.
Oleh sebab itu, ia berharap agar semua pihak bisa bersama-sama menjaga anak dan perempuan dari tindak kekerasan. Keluarga, sekolah, hingga masyarakat bisa segera mengambil langkah pencegahan dan penanganan untuk menghindari kasus pelecehan terhadap anak terjadi di lingkungan terdekat.