Didatangkan dari Jerman Tahun 1963, Lokomotif Kebo Kuning Kini Percantik Stasiun Purwokerto
Monumen Lokomotif Kebo Kuning C300 diresmikan di Stasiun Purwokerto. Lokomotif ini diharapkan jadi daya tarik baru.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo meresmikan Monumen Lokomotif Kebo Kuning C300 di Stasiun Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin (8/4/2024). Lokomotif yang didatangkan pada 1963 dari pabrik Schoema, Jerman, ini diharapkan menjadi daya tarik baru yang kian mempercantik Stasiun Purwokerto.
”Kehadiran monumen Lokomotif Kebo Kuning ini semoga dapat menjadi ikon baru Kota Purwokerto yang membanggakan masyarakat sekaligus menjadi daya tarik wisata tersendiri, khususnya bagi pencinta kereta api,” kata Didiek.
Didiek menyampaikan, PT KAI berharap keberadaan lokomotif ini menambah semarak suasana dan membawa kebahagiaan bagi masyarakat, khususnya pelanggan kereta api di Stasiun Purwokerto.
”Monumen ini sebagai komitmen dan upaya KAI Daerah Operasi 5 Purwokerto untuk melestarikan benda cagar budaya kereta api sebagai bagian dari sejarah transportasi kereta api sekaligus sebagai media edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi saat ini dan mendatang,” paparnya.
Keberadaan Lokomotif Kebo Kuning di Stasiun Purwokerto itu menjadi monumen lokomotif pertama di stasiun yang berada di wilayah Daop 5 Purwokerto. Berdasar catatan sejarah, pada 1963, Indonesia mendatangkan dua lokomotif hidrolik dari pabrik Schoema, Jerman.
Dua lokomotif tersebut kemudian diberi nama Kebo Kuning I dan Kebo Kuning II. Kata ”kebo” dalam bahasa Jawa berarti ”kerbau” sedangkan nama ”kuning” diambil dari ciri khas warna kuning yang mendominasi lokomotif itu.
Lokomotif Kebo Kuning bergandar atau memiliki as tipe C. Artinya, lokomotif ini memiliki tiga roda penggerak yang digerakkan oleh achsgetriebe atau axle gear.
Lokomotif tersebut memiliki panjang 4.560 milimeter (mm), lebar 1.760 mm, dan tinggi 2.860 mm. Beroperasi di lintas sepur dengan lebar 1.067 mm, Lokomotif Kebo Kuning memiliki daya motor diesel sebesar 100 horse power.
Dua Lokomotif Kebo Kuning memiliki tugas khusus, yaitu dinas langsir di dalam Balai Yasa Semarang, Jateng. Pada 1991, Balai Yasa Semarang ditutup sehingga kedua lokomotif tersebut dipindahkan ke Balai Yasa Tegal, Jateng.
Pada kemudian hari, Lokomotif Kebo Kuning I dan II akhirnya terpaksa berhenti beroperasi karena tidak tersedianya suku cadang. Tugas langsir pun kemudian digantikan oleh Lokomotif D301.
Pada perkembangannya, tersisa satu unit Lokomotif Kebo Kuning di Balai Yasa Tegal. ”Harapannya, masyarakat bisa mencintai dan menjaga lokomotif ini agar tetap lestari dan terjaga, tetap dalam kondisi bersih. Jangan sampai ada vandalisme,” ujar Didiek.
Monumen ini sebagai komitmen dan upaya KAI Daerah Operasi 5 Purwokerto untuk melestarikan benda cagar budaya kereta api sebagai bagian dari sejarah transportasi kereta api.
Garda Wardana (28), penggemar kereta api yang juga anggota komunitas Spoor Limo Purwokerto, mengapresiasi pendirian monumen lokomotif itu. ”Ini upaya untuk melestarikan heritage,” tuturnya.
Menurut Garda, Lokomotif Kebo Kuning bertugas sebagai lokomotif langsir yang berperan untuk memindahkan gerbang dari satu jalur ke jalur yang lain serta untuk proses penggandengan gerbong kereta api.