Tradisi datang berbelanja ke Makassar setiap Ramadhan membuat ekonomi bergeliat dan menjadi berkah bagi warga kota.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
Ada tradisi Ramadhan di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yaitu warga dari luar Makassar berbondong-bondong datang, mulai pertengahan hingga jelang akhir Ramadhan. Tak hanya dari seluruh kabupaten di Sulsel, warga dari Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah juga ikut menjadi bagian pengunjung Makassar saat Ramadhan.
Jalan darat yang menghubungkan kedua provinsi itu dengan Makassar lumayan mulus sehingga berkendara dengan kendaraan pribadi maupun menumpang bus tidak jadi soal. Kendaraan-kendaraan pribadi dengan nomor pelat luar Makassar, berseliweran di jalan
Mereka berbelanja berbagai keperluan, mulai dari peralatan rumah tangga hingga pakaian. Sembari berbelanja, mereka juga berlibur. Jelang Lebaran, mereka pulang ke kampung halaman masing-masing. Biasanya, mudik ini bersama dengan anggota keluarga yang tinggal di Makassar.
Tak heran Ramadhan menjadi bulan yang membuat Makassar penuh sesak. Kemacetan akan terjadi dimana-mana, pusat-pusat perbelanjaan penuh, bahkan warung-warung atau kafe yang buka sejak sore hingga sahur, selalu terisi pengujung.
Marhayani (50) adalah salah satu warga Bulukumba yang sudah menjadikan Ramadhan sebagai tradisi berbelanja sekaligus berlibur di Makassar. Biasanya, momen ini juga dimanfaatkan untuk menjemput anaknya yang kuliah di Makassar.
“Di Makassar lumayan lengkap untuk belanja macam-macam. Jadi, kalau sudah melewatkan setengah puasa di kampung, kami sekeluarga ke Makassar untuk belanja baju lebaran dan berbagai kebutuhan. Pulangnya sekalian bawa anak mudik,” katanya.
Kerap bila datang beramai-ramai, sebagian akan tidur di hotel dan ada juga yang menumpang bermalam di indekos anaknya atau keluarga yang tinggal di Makassar.
Para pelancong ini juga mencakup para perantau dari berbagai kabupaten di Sulsel. Mereka merantau ke bermacam-macam provinsi di Nusantara. Ketika mudik, mereka biasanya menginap di Makassar beberapa hari sebelum menuju kampung halaman.
Waktu menginap di Makassar ini mereka manfaatkan untuk berbelanja oleh-oleh yang akan mereka bawa ke kampung. Ini umumnya menjadi kebiasaan bagi warga Sulsel yang merantau di Jawa dan wilayah-wilayah di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
“Belanja di Makassar, lebih murah ketimbang di Papua. Biasanya, keluarga dari kampung datang menjemput di Makassar lalu kami sama-sama belanja dan mudik bareng-bareng,” kata Nurhayati (45), warga Luwu yang selama ini merantau ke Papua.
Berkah Bagi Semua
Tradisi ini tentu saja menajdi berkah bagi pelaku usaha di Makassar. Tak hanya pusat perbelanjaan, bahkan juga pedagang kue musiman di bulan Ramadhan, hingga tukang parkir, ikut senang meraup untung. Tak ketinggalan pengemudi daring dan pedagang makanan daring.
“Untuk memesan camilan buka puasa saja, beberapa kali saya ditolak karena padatnya pesanan. Begitu diterima, kurirnya yang tak tersedia,” kata Soraya Wijaya (25) perantau yang balik mudik dari Jakarta.
Di pusat-pusat perbelanjaan, ramainya pengujung kerap membuat parkiran penuh sesak dan kendaraan yang parkir, meluber ke jalan. Di jalan-jalan sekitar pusat pusat perbelanjaan, akan dipenuhi kendaraan dan jadi lokasi parkir dadakan. Ini di antaranya tampak di sekitar Mal Panakkukang, Mal Ratu Indah, Trans Studio Mal, Mal M’Tos, Pusat Grosir Butung, Karebosi Link, dan MTC Karebosi. Belum lagi pusat perbelanjaan peralatan rumah tangga.
Acap kali, padatnya kunjungan ke Makassar membuat warga kota ini mengalah dan memilih tak keluar. “Kalau tidak ada keperluan mendesak, mending saya diam di rumah. Keluar di hari-hari seperti ini, hanya buang waktu di jalan. Jadinya capek,” kata Nurhikmah (45) warga Jalan Perintis Kemerdekaan.
Wali Kota Makassar M Ramdhan Pomanto mengatakan tradisi ini membuat ekonomi Makassar menggeliat. “Inflasi masih terjaga dengan angka di bawah rata-rata nasional. Daya beli massyarakat ada dan ekonomi tumbuh. Ini pertanda baik bagi semua. Memang sudah lama Makassar selalu lebih bergeliat saat Ramadhan. Tak hanya warga kota tapi juga orang-orang dari berbagai daerah,” katanya.
Walau belum ada angka perputaran uang untuk momen Ramadhan ini, Ramdhan memastikan bahwa jumlah uang berputar cukup besar. “Angkanya mungkin nanti ada di Bank Indonesia. Tapi kalau melihat Makassar yang sangat padat dengan kunjungan orang-orang, tentu saja geliat ekonomi bulan Ramadhan sangat pesat,” katanya.
Sebagai pusat pertumbuhan di KTI, Makassar memang jadi tujuan berbagai kepentingan. Aneka fasilitas yang ada di kota ini ikut menunjang. Pusat perbelanjaan, tempat hiburan, hotel dan restoran, hingga fasilitas transportasi memudahkan pengunjung.
Tak heran, Ramadhan menjadi momen orang-orang datang berbelanja dan berlibur, lalu mudik berbarengan dengan warga kota.