Sumbar Gelar Festival Warisan Budaya Tak Benda Oktober Ini
Festival Warisan Budaya Tak Benda digelar di Kota Payakumbuh, Sumbar, 12-17 Oktober 2023. Festival akan menghadirkan penampilan dari 5 perwakilan luar negeri, 5 perwakilan provinsi lain, dan 10 perwakilan dari Sumbar.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Dinas Kebudayaan Sumatera Barat dengan dukungan Ketua DPRD Sumbar akan menggelar Festival Warisan Budaya Tak Benda di Kota Payakumbuh, 12-17 Oktober 2023. Festival ini akan menampilkan warisan budaya tak benda yang ditetapkan tingkat nasional dan UNESCO.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Syaifullah di Padang, Senin (4/9/2023), mengatakan, kegiatan ini diadakan dalam rangka pelestarian kebudayaan. Selain itu, juga untuk mengaktivasi warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan nasional dan UNESCO.
Saat ini, kata Syaifullah, ada 96 warisan budaya tak benda dari Sumbar yang ditetapkan di tingkat nasional. Adapun UNESCO sudah mengakui 12 warisan budaya tak benda dari Indonesia, termasuk silat dari Sumbar.
Menurut Syaifullah, warisan budaya tak benda yang sudah ditetapkan di tingkat nasional dan internasional itu mesti diaktivasi. Jika warisan itu dibiarkan setelah diusulkan dan ditetapkan, statusnya bisa dicabut. Festival yang didukung dana pokir Ketua DPRD Sumbar Supardi ini menjadi alat untuk mengaktivasi.
”Kami berharap dengan kegiatan ini nanti akan muncul kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian warisan budaya tak benda kita sekaligus mendorong pertukaran budaya antarkomunitas,” katanya.
Salah satu kurator sekaligus direktur festival ini, S Metron Masdison, mengatakan, festival ini akan menghadirkan penampilan dari 5 perwakilan luar negeri, 5 perwakilan provinsi lain, dan 10 perwakilan dari Sumbar.
”Sejauh ini, dari luar negeri yang sudah memberikan respons adalah dari India, Filipina, Singapura, dan Malaysia. Sementara itu, dari nasional, antara lain tari saman dari Aceh, pantun dari Riau, angklung dari Jawa Barat, dan silat dari Bali,” kata Metron.
Sepuluh perwakilan Sumbar yang akan tampil dalam festival adalah sijobang dari Limapuluh Kota, musik sikatuntuang dari Payakumbuh, dikia pano dari Pasaman, dan gamaik dari Padang.
Kemudian, ada ulu ambek dari Padang Pariaman, tari tanduak dari Sijunjung, tari toga dari Dharmasraya, pasambahan dari tanah datar, batombe dari Solok Selatan, dan tari kain dari Pesisir Selatan.
Metron melanjutkan, selain penampilan tersebut, festival juga akan menghadirkan pameran manuskrip, termasuk manuskrip Tuanku Imam Bonjol yang sejak 2021 diusulkan sebagai Memory of The World Unesco. Kemudian, juga ada pameran kuliner tradisional dan warisan budaya tak benda lainnya, seperti pacu itiak dan pacu jawi.
Metron menambahkan, sekitar 20 penampilan dari perwakilan internasional, nasional, dan lokal itu akan diadakan di Agamjua Art and Culture Cafe. Pameran manuskrip diadakan di GOR M Yamin. Sementara itu, pameran kuliner tradisional dan pacu itiak dan pacu jawi diadakan di Koto Baru Payobasuang.
Ketua DPRD Sumbar Supardi mengatakan, silek atau silat merupakan warisan budaya tak benda dari Sumbar yang sudah diakui UNESCO. Warisan nenek moyang Minangkabau ini sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. ”Kami coba giatkan kembali silat dan itu merupakan bagian terpenting dalam acara festival nanti,” katanya.
Melalui festival ini, Supardi berharap warisan budaya tak benda yang sudah diakui nasional dan UNESCO itu tidak sekadar pengakuan di secarik kertas. ”Tidak ada gunanya apabila tidak ada aktivasi yang kita lakukan secara kontinu. Ke depan, warisan ini perlu kita pertahankan,” ujarnya.