Misteri Bunuh Diri Brigadir Ridhal di Mampang Prapatan
Kompolnas akan meminta klarifikasi ke Polda Sulawesi Utara terkait apakah Brigadir Ridhal ke Jakarta dalam rangka cuti.
JAKARTA, KOMPAS — Penyebab tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi yang diduga bunuh diri pada Kamis (25/4/2024) di depan rumah di Jalan Mampang Prapatan IV Nomor 20, Tegal Parang, Jakarta Selatan, masih misteri. Keberadaan Ridhal di Jakarta pun menimbulkan tanda tanya.
Gerbang rumah nomor 20 berwarna coklat kayu di RT 005 RW 005 itu turut menjadi saksi akhir hidup Brigadir Ridhal. Sabtu (27/4/2024) siang, gerbang itu tertutup rapat. Polisi yang keluar ataupun masuk ke rumah itu selalu bergegas menutup gerbang.
Dari celah gerbang, terlihat kondisi halaman rumah luas tersebut. Tampak garis polisi masih membentang di sekitar mobil Toyota Alphard tempat jasad Ridhal ditemukan dengan kondisi luka tembak terparkir di halaman. Informasi dari polisi, mobil tersebut milik si empunya rumah nomor 20.
Indra Pratama, pemilik rumah, mengatakan, saat kejadian ia tidak berada di rumah dan tak mengetahui peristiwa yang menyebabkan Ridhal tewas di dalam mobil Alphard dengan nomor polisi B 1544 QH, Kamis lalu. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian untuk memproses penyidikan.
”Ada 20 kamera pemantau atau CCTV sudah diserahkan kepada kepolisian. Motifnya masih belum tahu saya,” ujar Indra, Sabtu (27/4/2024).
Indra mengaku, Ridhal adalah teman yang dikenalnya saat berkunjung dan bekerja di Manado, Sulawesi Utara. Namun, Indra lupa sejak tahun berapa ia telah mengenal Ridhal.
Ridhal sudah hampir seminggu menginap di rumah Indra. ”Ya (menginap) kadang dia keluar masuk,” ujar Indra, Sabtu (27/4/2024) malam.
Indra membantah jika Ridhal menjadi pengawal pribadi untuknya. ”Tidak ada. Dia datang ke sini silaturahmi, ya, saya welcome saja. Kenal, tapi tidak ada penugasan apa pun,” katanya.
Baca juga: Bunuh Diri di Jakarta Selatan, Motif Brigadir Ridhal Masih Diselidiki
Imam Samsudin (42), salah satu warga yang tinggal tak jauh dari rumah nomor 20 itu, menyebutkan, ia mengenal Ridhal karena beberapa kali pernah berbincang-bincang. Imam mengenal Ridhal sebagai sosok yang baik.
Imam tak menyangka Ridhal yang dikenalnya sekitar setahun lalu itu tewas diduga karena bunuh diri.
”Berbaur dengan warga. Dia juga sering bederma, bagi-bagi ke anak-anak enggak mampu. Selasa, belum lama kemarin pas keluar gerbang dia buka jendela mobil lalu ngucapin salam dan melambaikan tangan,” tutur Imam.
Selama berinteraksi, menurut Imam, Ridhal tak pernah bercerita terkait masalah yang sedang dihadapi. Begitu pula kegiatan di rumah nomor 20.
”Saya tahu dia polisi di Manado. Nah, pemilik rumah itu katanya pengusaha tambang. Pemilik rumah lebih kurang dua tahun tinggal di sini. Dulu ini rumah almarhum Pak Menteri Fahmi Idris,” ujarnya.
Kami menemukan ada luka di kepala korban, dari pelipis kanan dan pelipis kiri. Demikian juga kami menemukan adanya bekas tembakan di atas dari mobil tersebut.
Tidak diotopsi
Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Hendrikus Yossi mengatakan, tim penyidik dan tim kedokteran forensik RS Polri telah menyerahkan jenazah Brigadir Ridhal Ali Tomi kepada pihak keluarga untuk selanjutnya akan diterbangkan ke Sulawesi Utara. Pihaknya juga telah memperlihatkan rekaman CCTV kepada perwakilan keluarga almarhum.
”Perwakilan keluarga yang tiba di Jakarta hari ini saudara sepupu dan saudara iparnya. Keluarga menegaskan tidak bersedia dilakukan otopsi terhadap jenazah almarhum RA. Keluarga telah mendapatkan penjelasan dokter terkait kondisi jenazah berdasarkan pemeriksaan luar,” ujar Yossi.
Sebelumnya, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Bintoro mengatakan, proses penyidikan masih berlangsung. Sejumlah saksi masih akan dimintai keterangan.
Sebelumnya Bintoro menyatakan, pihaknya mendapatkan informasi mengenai peristiwa Ridhal diduga bunuh diri terjadi sekitar pukul 18.25, Kamis lalu.
Jasad Ridhal ditemukan di kursi pengemudi mobil Toyota Alphard bernomor polisi B 1544 QH dengan posisi masih terpasang sabuk pengaman dan terjatuh di sebelah kiri.
Saat ditemukan, ada sebuah sarung pistol di bagian kanan jasad korban. Barang bukti lainnya yang ditemukan tak jauh dari korban ialah senjata api HS kaliber 9 mm. Senjata itu yang diduga digunakan korban untuk menembak diri sendiri.
”Kami menemukan ada luka di kepala korban, dari pelipis kanan dan pelipis kiri. Demikian juga kami menemukan adanya bekas tembakan di atas dari mobil tersebut,” ujar Bintoro.
Kepala Polres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Ade Rahmat Idnal mengatakan, saat ini pihaknya masih memastikan motif dan kematian Ridhal Ali, anggota Satuan Lalu Lintas Polresta Manado.
Kepolisian perlu memeriksa secara mendalam melalui investigasi berbasis sains. ”Kami sudah olah TKP (tempat kejadian perkara) dan memeriksa rekaman VCR (perekam kaset video), dan ada 18 saksi yang kami periksa di TKP. Kami simpulkan sementara itu bunuh diri,” ujar Ade saat dihubungi, Sabtu siang.
Kesimpulan itu didapat dari hasil pemeriksaan forensik digital dan laboratorium dengan melihat luka pada bagian tubuh korban Ridhal Ali.
”Motif bunuh diri masalah pribadi, tetapi itu masih kami dalami kepada istri dan kerabat. Kami juga akan buka (memeriksa) handphone yang bersangkutan,” kata Ade.
Saat dikonfirmasi terkait keberadaan Ridhal di Jakarta dan alasan izin cuti atau berlibur atau kegiatan lainnya, Ade belum merinci alasannya. Ia hanya mendapatkan konfirmasi bahwa Ridhal hanya izin cuti.
”Dari satkernya, yang bersangkutan sedang cuti. Untuk hal lainnya segala macam, silakan tanya ke kesatuan asalnya,” katanya.
Polisi berencana akan memastikan berbagai informasi, termasuk keperluan Ridhal ke Jakarta, dan akan menyampaikannya ke publik dalam rilis resmi. Namun, waktu untuk rilis belum dipastikan.
Konseling
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) turut prihatin atas tewasnya Brigadir Ridhal. Menurut anggota Kompolnas, Poengky Indarti, penyelidikan dari pihak kepolisian sangat ditunggu untuk mengetahui penyebab atau masalah sehingga menyebabkan kematian anggota kepolisian dari satuan kepolisian di Manado.
Kompolnas akan meminta klarifikasi ke Polda Sulawesi Utara terkait apakah Brigadir Ridhal ke Jakarta dalam rangka cuti.
”Ataukah di-BKO-kan (diperbantukan) di satker/satwil lain di Jakarta? Kalau BKO, mengapa harus diambil dari Sulut dan dalam penugasan apa?” ujar Poengky saat dihubungi.
Terkait kasus bunuh diri yang menimpa anggota kepolisian, lanjut Poengky, pelaku bunuh diri rata-rata adalah seorang bintara. Motif bunuh diri bisa bermacam-macam, seperti ada rasa khawatir karena tersangkut kasus pidana, ada pula depresi karena masalah pribadi dan faktor ekonomi.
”Kami melihat bahwa polisi juga manusia biasa yang mempunyai beragam masalah dalam kehidupannya. Apalagi tugas polisi sangat berat, yaitu melayani, melindungi, mengayomi masyarakat dan menegakkan hukum yang terkadang dapat memunculkan stres,” ujarnya.
Baca juga: Jerat Prostitusi dan Narkoba pada Anak Dimulai dari Tongkrongan
Oleh karena itu, sangat penting bagi pimpinan kepolisian untuk memperhatikan fisik atau jasmani dan perlu merawat mental atau psikis anggotanya. Apalagi bagi mereka yang dalam menjalankan tugas harus menghadapi tekanan tinggi, misalnya, harus menghadapi para pelaku kejahatan dan sebagainya.
”Penting sekali pemeriksaan rutin fisik dan psikologi serta menyediakan tempat konseling bagi anggota," ujar Poengky.
Menurut Poengky, tim psikolog jangan terpusat di level polda, tetapi perlu juga ada di setiap polres untuk konseling para anggotanya. Pimpinan kepolisian perlu bekerja sama dengan universitas atau persatuan psikolog untuk mengatasi keterbatasan tenaga psikolog di level polres.