Ekspedisi Susur Sesar Baribis Telusuri Potensi dan Mitigasi Gempa Jakarta
Ekspedisi susur Sesar Baribis akan menyingkap sejarah hingga menilai ketangguhan gempa di Jakarta dan Jawa Barat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerentanan dan ketangguhan Jakarta terhadap gempa akan dikaji melalui ekspedisi susur Sesar Baribis. Tim ekspedisi ini akan menyingkap sejarah, cerita, pengetahuan lokal warga setempat, dan menilai ketangguhan bencana dari catatan gempa yang terjadi.
Selain Jakarta, ekspedisi susur Sesar Baribis akan berjalan di Bogor, Karawang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Subang, Purwakarta, dan Bekasi. Perjalanan melibatkan warga setempat, ahli geologi, antropologi, sosiologi, arkeologi, arsitek, praktisi kebencanaan, dan tim dokumentasi perjalanan ataupun temuan lapangan. Kolaborasi berbagai pihak ini guna mendapatkan berbagai data dan hasil yang maksimal.
Pengenalan tim ekspedisi susur Sesar Baribis akan berlangsung Jumat (26/4/2024) pukul 14.00 WIB di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta oleh BPBD, BRIN, USAID KUAT (Komunitas Perkotaan untuk Aksi Tangguh), dan SKALA (Sinergi dan Kolaborasi untuk Akselerasi Layanan Dasar) Australia-Indonesia Partnership Program.
”Guna mewaspadai bencana gempa di kawasan ini perlu suatu kajian mendasar seismotektonik yang berbasiskan asal usul kejadian gempa bumi, menentukan potensi gempa bumi, dan bahaya yang ditimbulkan,” kata Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta Michael Sitanggang.
Gempa merupakan satu dari sembilan ancaman bencana yang dapat terjadi setiap saat di Jakarta. Ancaman lainnya adalah banjir, kebakaran gedung dan permukiman, konflik sosial, epidemi dan wabah penyakit, kegagalan teknologi, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, dan gerakan tanah.
Gempa bisa terjadi di Jakarta lantaran secara geografis pada selatan Pulau Jawa terdapat lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia dengan segmen Jawa Timur, Jawa Tengah-Barat, dan Selat Sunda dengan potensi gempa hingga magnitudo 8,7.
Di sisi lainnya, Jakarta juga dekat dengan berbagai sesar, yaitu Baribis, Lembang, Cimandiri, Gunung Salak, dan Gunung Gede Pangrango yang sedang diteliti potensi kegempaannya.
Guna mewaspadai bencana gempa di kawasan ini perlu suatu kajian mendasar seismotektonik yang berbasiskan asal usul kejadian gempa bumi, menentukan potensi gempa bumi, dan bahaya yang ditimbulkan.
BPBD DKI Jakarta mencatat terjadi lima gempa yang menimbulkan kerusakan dan menelan korban jiwa di Jakarta. Pada 5 Januari 1699 gempa menyebabkan kerusakan parah di berbagai penjuru kota. Bertahun-tahun kemudian gempa pada 22 Januari 1780 mengakibatkan banyak bangunan roboh, termasuk Observatorium Mohr.
Sementara tiga gempa lainnya terjadi pada 10 Oktober 1834, 23 Februari 1903, dan 17 Maret 1997. Gempa terakhir menyebabkan keretakan bangunan gedung di kawasan Sudirman-Thamrin.
Getaran gempa dari luar juga beberapa kali terasa di Jakarta. Salah satunya gempa magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) siang, terasa kuat selama 3-5 detik di Jakarta yang berjarak 78 km arah tenggara dari pusat gempa. Terkini, gempa magnitudo 6,9 pada Jumat (14/4/2023) sore yang berpusat di Laut Jawa, sekitar 65 kilometer barat laut Kota Tuban, Jawa Timur, dirasakan hingga Jakarta dan sekitarnya.
Ketua Subkelompok Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Lembaga Basuki Rakhmat mengatakan, pihaknya terus menyosialisasikan dan menyimulasikan penanganan bencana kepada masyarakat umum ataupun di sekolah, rumah sakit, pasar, tempat ibadah, dan pengelola gedung. Setiap tahun paling tidak berlangsung 50 kegiatan di komunitas atau masyarakat, 20 sekolah, 20 gedung, dan 20 kantor kelurahan, serta 30-40 lokasi lain berdasarkan permintaan warga.
Sesar Baribis
Sesar Baribis merupakan salah satu zona sesar mayor di Jawa bagian barat yang mengikuti pola pulaunya. Sesar ini membentang dari timur ke barat dengan jalur terbagi atas beberapa segmen, seperti Sungai Cipanas, Ciremai, selatan Jakarta, dan sisi timur Bekasi-Purwakarta.
Ancaman besar dari Sesar Baribis dipublikasikan dalam penelitian Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro dan tim di Scientific Reports-Nature pada Kamis (16/6/2022). Penelitian itu menunjukkan Sesar Baribis, jalur patahan di selatan Jakarta, aktif dan menyimpan ancaman besar (Kompas, 22 Juni 2022).
Studi dari Widiyantoro dan tim juga menunjukkan, bagian barat segmen Sesar Baribis yang aktif ini dalam kondisi terkunci. Hal itu menyebabkan kawasan ini sangat rentan terhadap gempa cukup besar di masa depan dari Sesar Baribis, ketika energi regangan yang terakumulasi ini akhirnya dilepaskan.
Temuan Widiyantoro dan tim melengkapi serangkain data sebelumnya yang berupaya melacak aktivitas zona patahan di daratan yang padat penduduk. Kota-kota besar di barat laut Jawa, seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Karawang, dan Purwakarta, diketahui ditopang oleh medan geologis kompleks yang dipengaruhi pertemuan Lempeng Australia dan Lempeng Eurasia di sepanjang Palung Jawa.
Selain ancaman gempa bumi dari zona subduksi ini, kota-kota ini pun rentan terhadap gempa yang disebabkan oleh patahan kerak aktif yang melintasi wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Sesar tersebut, antara lain, Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Garut, dan Sesar Cipamingkis.