Terjebak di Dalam Toko, Korban Tewas di Mampang Prapatan Satu Keluarga
Empat dari tujuh korban tewas masih satu keluarga. Para korban terjebak api karena minimnya jalur evakuasi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran yang terjadi di toko pigura Saudara Frame & Gallery di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, menjadi bahan evaluasi bagi pihak terkait terutama mitigasi kebakaran. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah ketersediaan alat pemadam api ringan dan jalur evakuasi yang kurang memadai.
Camat Mampang Prapatan Ujang Hermawan, Jumat (19/4/2024), mengatakan, kejadian kebakaran ini sungguh memilukan selain karena berada di tengah kota, korban tewas juga terbilang sangat banyak.
”Kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih mewaspadai bahaya kebakaran,” kata Ujang.
Tujuh orang tewas dalam kejadian ini dan lima korban lainnya luka-luka. Empat dari tujuh korban tewas masih satu keluarga. Semua jasad korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara TK I R Said Sukanto atau RS Polri di Kramatjati, Jakarta Timur. Korban luka-luka kini dirawat di RSUD Tarakan di Jakarta Pusat, RSUD Pasar Minggu di Jakarta Selatan, dan RS Siloam di Mampang, Jakarta Selatan.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian, yakni ketersediaan alat pemadam api ringan yang kurang memadai sehingga ketika terjadi ledakan, api tidak langsung tertangani. Apalagi, tempat usaha ini menyimpan barang yang mudah terbakar, seperti tiner dan cat. Indikasi awal, menurut Ujang, kebakaran disebabkan oleh ledakan kompresor atau bensin yang tersulut api.
”Namun, terkait kepastiannya masih dalam penyelidikan pihak kepolisian,” katanya.
Di sisi lain, dia mengimbau agar tempat usaha tidak dijadikan tempat tinggal. Sebab, jika terjadi musibah, penghuni bisa terancam.
Seperti kejadian kebakaran kali ini, ada tujuh korban tewas. Para korban masih satu keluarga, terdiri dari istri dan dua anak dari pemilik galeri, seorang warga lansia yang merupakan mertua pemilik usaha, dan tiga asisten rumah tangga.
Hal yang tidak kalah penting adalah ketersediaan jalur evakuasi. Sebenarnya setiap bangunan harus memiliki jalur evakuasi sebagai tempat bagi penghuni untuk mengevakuasi diri. Namun, pada kenyataannya, bangunan tersebut belum memiliki tempat evakuasi yang memadai.
Bangunan yang terbakar berdempetan dengan bangunan lain. Satu-satunya ruang evakuasi melalui pintu depan. ”Situasi ini tentu akan jadi bahan evaluasi terutama bagi para pemilik usaha,” kata Ujang.
Mengenai latar belakang usaha, ujar Ujang, ruko ini diperkirakan berdiri sejak 30 tahun lalu. ”Ini merupakan usaha keluarga yang diturunkan dari orangtua kepada tiga anaknya,” kata Ujang.
Wiga Pratama (27), petugas pemadam kebakaran dari Sektor III Mampang, mengatakan, situasi di dalam bangunan sangat rumit. ”Jalan akses sangat terbatas sehingga untuk mencapai titik kebakaran butuh usaha lebih,” katanya.
Apalagi, di lantai empat dan lima bangunan terdapat barang-barang yang mudah terbakar, seperti tiner, cat, dan kayu. ”Kami harus berhati-hati karena bisa saja api berkobar lagi,” katanya.
Walau api sudah bisa dipadamkan pada Kamis malam, ujar Wiga, suasana dalam ruangan masih sangat panas. ”Kebakaran berkobar sangat besar,” katanya.
Tak ayal, dia pun harus berkali-kali membasahi tubuh.
Cecep (60), warga Mampang Prapatan, menyaksikan dahsyatnya kebakaran. ”Kami tidak berani mendekat karena suasananya sangat panas,” ujarnya.
Warga pun tidak sempat membantu dengan menyiramkan air. ”Kami hanya pasrah menunggu petugas pemadam datang,” kata Cecep.
Menurut dia, toko ini sudah lama berdiri. ”Hampir setiap hari toko ini selalu ramai,” katanya.
Cecep tidak mengenal pemilik secara personal, tetapi pemilik toko adalah orang yang sangat dermawan. ”Hampir setiap tahun pemilik ruko memberikan bantuan sembako kepada warga sekitar,” katanya.