Cindy Nyaris Diculik dan Diperas Rp 100 Juta oleh Sopir Grab
Grab Indonesia meminta maaf atas kejadian ini dan menindak tegas terduga pelaku. Grab berkomitmen melindungi korban.
Oleh
ATIEK ISHLAHIYAH AL HAMASY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seorang warga Jakarta, Cindy Pangestu, menjadi sasaran penculikan, penganiayaan, dan pemerasan oleh pengemudi mobil Grab pada Senin (25/3/2024) malam. Pelaku sempat meminta secara paksa agar korban mentransfer uang senilai Rp 100 juta dengan mengancam akan membuang Cindy ke sungai. Saat ini, pihak Grab Indonesa tengah mendampingi korban dan mengawal proses hukum.
Dihubungi melalui pesan pribadi di akun Instagramnya, Cindy menceritakan, mulanya ia hendak pulang ke rumah dari sebuah mal. Ia memesan taksi dalam jaringan (daring) melalui aplikasi Grab (Grabcar) dari lobi Neo Soho Podomoro City, Jakarta Barat. Mobil pesanannya tiba pukul 20.27. Saat itu, Cindy merasa tidak ada yang aneh.
Akan tetapi, saat di tengah perjalanan, pengemudi Grabcar itu tiba-tiba memasuki jalan tol. Padahal, jalanan tersebut sudah dekat dengan rumah Cindy dan tidak perlu masuk ke jalan tol. ”Saya langsung tanya kenapa masuk jalan tol? Driver-nya berdalih katanya hanya ikutin maps,” tulisnya, Kamis (28/3/2024).
Cindy langsung membuka aplikasi peta di gawainya. Namun, tak lama kemudian, pengemudi itu tiba-tiba mengatakan jika dirinya sesak napas dan meminta Cindy menggantikannya menyetir mobil. ”Saya langsung menolak dan bilang enggak bisa menyetir. Saya suruh dia menepi dulu kalau memang sesak napas,” katanya.
Merasa ada yang aneh, Cindy membuka aplikasi Grab di gawainya. Ternyata, pelaku tidak menekan ”pick up” sebagai tanda sudah menjemput penumpang, tetapi pesanan tetap dijalankan. Hanya tertera tulisan ”Driver is coming to you” di aplikasi tersebut. Cindy menjadi sangat panik.
Tiba-tiba, pelaku memintanya mentransfer uang ke rekeningnya. Cindy semakin bingung dan memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari mobil tersebut.
Saat itu, sopir Grab tersebut mengemudi dalam keadaan pelan. Alhasil, Cindy langsung membuka pintu mobil dan loncat keluar. Ia sempat berhasil lari sembari meminta tolong di jalan tol, tetapi sopir itu menangkapnya kembali.
”Saat tertangkap, saya berontak dan berakhir diseret sama pelaku. Akhirnya, saya kembali dibawa masuk ke dalam mobilnya, tetapi kaki saya nahan pintu mobil,” ujar Cindy.
Dengan entengnya, sopir Grab itu memaksa Cindy untuk kembali mentransfer senilai Rp 100 juta sambil menyodorkan ponsel yang tertera nomor rekening. Cindy pun menolak sembari menangis. Karena menolak, ia diancam akan dibuang ke sungai.
Ketika sopir Grab itu hendak kembali masuk ke mobil, Cindy berhasil keluar dari mobil dan meminta bantuan ke salah satu pengemudi yang sedang bongkar muat barang. Namun, saat itu sopir mengaku bahwa mereka suami-istri.
Beruntung Cindy berhasil mengelak dan mengatakan bahwa ia adalah penumpang Grab yang hendak diculik. Sebelum kabur, pelaku sempat mencoba mengambil telepon genggam dan tas Cindy.
Saat tertangkap, saya berontak dan berakhir diseret sama pelaku.
Karena tidak kuat mempertahankan kedua benda tersebut, Cindy akhirnya melepaskan telepon genggamnya dan berakhir dibawa pelaku pergi. Di dalam tas yang berhasil ia selamatkan terdapat sebuah laptop, yang kemudian Cindy gunakan untuk menghubungi temannya.
Akibat kejadian itu, korban mengalami luka memar di bagian lutut, tangan, dan kakinya. Kepalanya benjol dan ada luka di bibir bagian dalam karena dibekap pelaku.
Mengawal hukum
Kejadian ini telah mendapatkan respons dari pihak Grab Indonesia. Director of Operations, Jabodetabek, Grab Indonesia, Tyas Widyastuti melalui rilis resmi yang disampaikan pihak humas Grab Indonesia kepada Kompas dijelaskan, pihaknya akan terus mendampingi korban dan mengawal proses hukum. Hari ini, Grab Indonesia secara resmi menyampaikan permohonan maafnya langsung kepada Cindy dan menyerahkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.
”Grab tidak akan pernah menoleransi tindak kekerasan apa pun dan akan mengambil langkah sesuai dengan hukum. Kami sangat berterima kasih kepada korban yang telah berbesar hati dan menerima tim manajemen senior Grab Indonesia dalam pertemuan pagi ini di Polda Metro Jaya,” kata Tyas.
Selain menyiagakan tim pendampingan khusus untuk korban, Grab juga menyediakan tim konseling psikologis dan pengamanan pribadi selama 24 jam bagi korban. Pihaknya juga menyediakan transportasi dengan mitra pengemudi perempuan selama situasi ini berlangsung serta akses langsung bagi korban untuk menghubungi manajemen senior Grab.
Adapun Grab Indonesia telah menonaktifkan akun Grab milik terduga pelaku. Sesuai dengan prosedur perusahaan, investigasi internal langsung dimulai sejak laporan masuk, Senin, 25 Maret 2024 pukul 22.05, termasuk pengawasan dan pelacakan pihak terlapor oleh satuan tugas (satgas) Grab.
Dari kasus ini, pihaknya berjanji akan meningkatkan pelayanan dan memberikan pendampingan khusus untuk korban. Grab Indonesia memohon maaf kepada semua penumpang setia Grab terkait peristiwa tersebut.
Seiring investigasi internal berjalan, pihak Grab Indonesia telah dan akan mengambil langkah-langkah perubahan pada sistem layanan konsumen (Grab Support) untuk memastikan kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
Pertama, pihaknya membebastugaskan personel agen Grab Support yang tidak menanggapi insiden ini sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP) yang telah ditetapkan.
Kedua, melakukan evaluasi atas SOP layanan konsumen dalam penanganan insiden keselamatan dalam tiga hari ke depan. Ketiga, mengimplementasikan perbaikan desain SOP layanan konsumen dalam kurun waktu tujuh hari setelah evaluasi selesai.
Keempat, melakukan pelatihan ulang kepada agen-agen layanan konsumen yang menangani kasus keselamatan dalam 30 hari ke depan. Kelima, menerapkan otomasi yang dapat mendeteksi kesalahan prosedur yang dilakukan oleh agen layanan konsumen dalam 90 hari ke depan.