Minnesota Buat Perlindungan Konsumen Dari Calo Tiket Konser
Ticket war bisa sangat menjengkelkan. Lebih mengesalkan lagi jika lawannya adalah joki dan bot calo
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
Masih jengkel tidak dapat tiket konser Sheila on 7 atau pertunjukan lain? Mudah-mudahan semakin banyak pemerintah meniru Negara Bagian Minnesota di Amerika Serikat. Sejak Selasa (7/5/2024), ada aturan perlindungan bagi pembeli tiket secara daring.
Perlindungan itu amat dibutuhkan karena rebutan tiket secara daring atauticket war bisa sangat menjengkelkan. Lebih mengesalkan lagi jika lawannya adalah joki atau perangkat lunak joki dari para calo. Lalu, saat tiket resmi habis terjual, para calo menjual dengan harga berkali lipat.
Ada juga masalah lain. Kadang, penjual tidak memperincikan aneka biaya untuk pembelian tiket. Pembeli kaget saat harga akhir ditampilkan jauh lebih mahal dari harga awal. Masih ada pula persoalan tiket palsu hingga penipuan. Seolah-olah menyediakan tiket asli, ternyata palsu.
Gubernur Minnesota Tim Walz dan para politisi negara bagian itu tidak mau kondisi tersebut berlanjut. Walz berusaha mengakhirinya dengan peraturan daerah (perda) yang dikenal sebagai Perda House File 1989. Nama perda itu diambil dari tahun lahir dan salah satu judul album Taylor Swift, biduan asal Amerika Serikat.
Pengesahan perda itu dilakukan secara simbolis dengan penandatanganan di First Avenue, tempat pertunjukkan utama Minneapolis. Perda baru itu akan berlaku mulai 1 Januari 2025.
Walz mengatakan, perda itu jaminan perlindungan bagi masyarakat saat membeli tiket secara daring. Warga dilindungi dari tiket palsu atau dicurangi calo dan joki saat ticket war.
Di Minnesota mulai Januari 2025, tidak boleh lagi ada orang menjual lebih dari satu tiket jika orang atau pihak itu bukan penjual resmi. Dengan kata lain, calo tidak bisa beraksi lagi.
Aturan itu berlaku untuk pembelian tiket daring segala pertunjukkan. Konser, pertandingan olahraga, hingga drama masuk dalam cakupan aturan itu. “Tidak pernah dalam mimpi terliar saya membayangkan bahwa kita akan menghadiri penandatanganan rancangan Perda House File 1989 di First Avenue,” kata anggota DPR dari Partai Demokrat Kelly Moller, pengusul utama perda tersebut.
Frustasi massal
Memang, ada motif pribadi Moller dalam pengusulan perda itu. Ia dan ribuan orang gagal membeli tiket konser Taylor Swift pada 2023. Sebab, sistem penjualan resmi tiket konser itu macet saat pemesanan dimulai. Penjualan disediakan Ticketmaster. Moller dan banyak orang frustrasi dengan keadaan itu.
Setelah diselidiki, ternyata ada perangkat lunak dan joki yang dikerahkan untuk memesan tiket. Perangkat itu membanjiri sistem Ticketmaster sampai sistem macet. Perangkat itu juga menutup akses banyak orang ke sistem Ticketmaster.
Akibatnya, hanya pemilik perangkat joki tersebut bisa membeli tiket. Setelah dapat, tiketnya dijual lagi dengan harga berkali lipat.
Warga Minnesota marah besar. DPRD Minnesota sampai membuat rangkaian sidang khusus untuk membahas masalah tersebut. Sayangnya, tidak ada solusi karena tidak ada aturan AS yang melindungi pembeli tiket daring.
Minnesota tidak tinggal diam. Bersama Maryland, Minnesota membuat aturan untuk melindungi para pembeli tiket daring untuk aneka pertunjukkan.
Aturan itu didukung sejumlah pihak, termasuk StubHub yang merupakan penjual tiket daring. Juru bicara StubHub Jessica Roey mengatakan, lembaganya sejak lama mendukung pembuatan aturan sejenis. Aturan itu dibutuhkan untuk melindungi konsumen dari praktik tidak sehat seperti perjokian dan percaloan.
"Kami memiliki tujuan yang sama dengan House File 1989 dan berharap dapat melanjutkan diskusi dengan para pembuat kebijakan untuk memajukan kebijakan yang memberikan lebih banyak transparansi, lebih banyak kontrol, dan lebih banyak pilihan bagi pembeli tiket,” katanya dalam pernyataan tertulis di surat elektroniknya.
Kesaksian korban
Sejumlah warga berkumpul untuk merayakan pengesahan perda itu. Di antara mereka, dua gadis cilik bersama teman-teman mereka yang pernah menjadi korban penjualan tiket daring.
Warga lain, Mike Dean mengatakan, anaknya menjadi korban biaya tersembunyi saat membeli tiket daring. Putrinya itu harus membayar tiket pertandingan basket seharga 500 dollar AS. Padahal, harga awalnya hanya 300 dollar AS. Sebab, tidak semua biaya ditampilkan di awal.
"Penghitung waktu telah dimulai dalam proses pembayaran daring. Jadi dia hanya punya waktu beberapa menit untuk memutuskan apakah akan membeli tiket atau kehilangan tiket," katanya.
Dean mengatakan praktik ini berarti pelanggan tidak dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang benar. Perda baru Minnesota akan membawa transparansi pada proses jual beli tiket daring.
Direktur Tiket di First Avenue, Adrianna Korich, mendukung peraturan baru tersebut. Selama ini, penggemar terkadang tertipu untuk membayar hingga 10 kali lipat dari nilai nominal tiket. Hal ini karena penjualan menipu dan calo yang mengenakan harga berkali-kali lipat. “Kita semua telah mendengar cerita horor dari tur Taylor Swift Eras dan telah melihat harga luar biasa yang dibebankan saat checkout,” kata Korich. (AP)