Dalam lawatan ke Perancis, Xi Jinping tengah memitigasi isu-isu ekonomi domestik dan hubungan perdagangan kedua negara.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
PARIS, SENIN — Presiden ChinaXi Jinping tiba di Paris, Perancis, Minggu (5/5/2024), dalam rangkaian lawatan ke tiga negara Eropa. Dua negara lain dalam lawatannya adalah Serbia dan Hongaria. Ini adalah kunjungannya ke Eropa yang pertama sejak tahun 2019.
Saat mendarat di Bandar Udara Orly, Paris, Xi disambut oleh Perdana Menteri Perancis Gabriel Attal. Setelah tiba, Xi mengatakan, ia berharap kunjungannya akan menghasilkan ”konvergensi strategis” antara China dan Perancis. Peningkatan hubungan kedua negara, kata Xi dalam pernyataan tertulis yang dirilis kepada wartawan, diharapkan berkontribusi pada ”stabilitas dan energi positif di dunia yang tengah dilanda turbulensi”.
Menurut Xi, hubungan antara China dan Perancis menjadi ”model bagi komunitas internasional tentang hidup bersama secara damai dan kerja sama yang saling menguntungkan di antara negara-negara yang berbeda dalam sistem sosialnya”. Pertemuan kedua pemimpin sekaligus untuk menandai 60 tahun hubungan Beijing-Paris.
Pada Senin (6/5/2024) ini, Xi dijadwalkan menggelar pembicaraan dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Kedua pemimpin juga akan mengadakan pertemuan trilateral dengan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dilanjutkan dengan jamuan kenegaraan di Istana Elysee.
Keesokan harinya, Selasa, Macron mengajak Xi—yang didampingi Ibu Negara Peng Liyuan—bertemu di Col du Tourmalet di wilayah Pegunungan Pyrenees untuk dialog yang lebih santai, tetapi mendalam.
Valerie Niquet, Kepala Program Asia pada lembaga Foundation for Strategic Research dan peneliti senior pada Japan Institute of International Affairs, dalam artikelnya pada laman The Diplomat, menyebut kunjungan Xi ke Perancis sebagai upaya Beijing bergeser dalam menjajaki pasar ekspor produk-produk ekonomi tinggi yang surplus di negaranya, mulai dari industri otomotif, panel tenaga surya, dan teknologi hijau.
Langkah itu, menurut Niquet, diambil China di tengah menurunnya konsumsi rumah tangga di negaranya. ”Beijing berharap untuk memitigasi konsekuensi-konsekuensi postur Perancis dalam menangani isu defisit perdagangan dengan China dan dalam merespons praktik-praktik komersial Beijing yang mengancam dalam sektor-sektor utama bagi ekonomi Perancis, seperti industri otomotif,” tulisnya.
Selain membahas isu hubungan bilateral, Xi dan Macron juga akan membahas antara lain pencarian solusi yang damai dan berarti untuk menghentikan perang antara Rusia dengan Ukraina. Macron bakal menyoroti kedekatan China dengan Rusia dan meminta agar China tidak mendukung Moskwa dalam invasi ke Ukraina. Sebelumnya, pada April 2023, Macron berkunjung ke Beijing.
Hubungan China dengan Eropa sedang renggang akibat kedekatan Beijing dengan Moskwa. China tidak mengecam serangan Rusia ke Ukraina.
Eropa tak satu suara
Meski demikian, hubungan Beijing dengan Paris tetap hangat. Bahkan, China mengakui Perancis sebagai mediator. Macron adalah pemimpin Barat yang terus mengatakan bahwa Uni Eropa (UE) tidak satu suara perihal China. Namun, blok ekonomi tersebut hendaknya jangan sampai menderita perpecahan karena itu. Terus menjaga dialog yang terbuka dengan China adalah kunci.
Menurut Macron, UE jangan sampai terseret persoalan geopolitik antara China dan Amerika Serikat, khususnya menyangkut status Taiwan. Pada saat yang sama, kelompok pembela hak asasi manusia Human Rights Watch meminta Macron memanfaatkan kedekatannya dengan Xi untuk membahas penghentian kamp-kamp kerja paksa Uighur di Xinjiang serta represi terhadap wartawan di China.
Menjelang kedatangannya di Paris, Xi menulis kolom opini yang diterbitkan oleh surat kabar Le Figaro. ”Kita semua berharap perdamaian dan kestabilan kembali ke Eropa. China sangat bersemangat bekerja sama dengan Perancis mencari solusi untuk mewujudkan harapan ini,” tulis Xi dalam kolom opini tersebut.
Para pemimpin Barat telah memperingatkan China berkali-kali. Sebab, China tidak mengirim persenjataan kepada Rusia, tetapi mengirim berbagai peralatan yang dipakai oleh Moskwa membuat persenjataan.
Sementara itu, Macron diwawancara oleh majalah The Economist. ”Kita harus memastikan bisa membawa China turut memikirkan kestabilan dunia,” ujarnya.
Persaingan yang adil
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, pihaknya hendak mendorong Xi agar China menerapkan persaingan ekonomi yang berkeadilan. Saat ini, pasar Eropa dan global surplus produk-produk murah dari China. Hal ini karena Pemerintah China memberi subsidi kepada pabrik untuk memproduksi secara murah, tetapi permintaan rendah dari dalam negeri sehingga mayoritas produk diekspor.
”UE dan China sudah membicarakan bahwa keadaan pasar yang tidak seimbang ini tidak akan berkelanjutan. Kami akan membicarakannya lebih lanjut,” kata Von der Leyen.
Komisi Eropa melakukan sejumlah penyelidikan terhadap produk-produk China. Beijing marah atas perlakuan ini dan menuduh UE melakukan proteksionisme.
Beberapa hal yang diselidiki oleh UE adalah kesusahan mereka mengakses pasar alat-alat kesehatan di China, produksi turbin angin, panel surya, dan baterai untuk kendaraan listrik.
”Kita tidak boleh memutus hubungan dengan China, tetapi harus mengurangi ketergantungan. Hubungan UE dengan China sangat rumit sekaligus penting,” ujar von der Leyen.
Menurut dia, kerja sama UE dan China terus berlanjut. Terlepas persoalan di sektor perdagangan, kedua belah pihak masih bekerja sama dalam penanganan krisis iklim, pengembangan sektor digital, dan isu-isu global lainnya. (AFP/REUTERS)