Polisi: Serangan di Gereja Ortodoks di Sydney adalah Insiden Teroris
Masyarakat Australia kembali geger. Setelah penyerangan di mal di Sydney, awal pekan ini seorang remaja menikam Uskup
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
SYDNEY, SELASA - Kepolisian New South Wales menyatakan peristiwa penikaman uskup di Gereja Ortodoks Asiria, Kristus Gembala Baik pada Senin (15/4/2024) sebagai serangan teroris. Meski begitu, polisi menilai tingkat ancaman teror belum perlu dinaikkan. Kepala Badan Intelijen Australia mengatakan tersangka tampaknya bertindak sendirian. Ia menyebutkan belum ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan tingkat ancaman teror di negara kangguru itu.
“Pada tahap ini, hal ini terlihat seperti tindakan individu,” kata Kepala Organisasi Intelijen Keamanan Australia Mike Burgess yang dikenal jarang memberikan komentar. “Pada titik ini, tidak ada indikasi siapa pun yang terlibat, tapi penyelidikan masih terbuka,” katanya.
Sementara itu dalam konferensi pers yang digelar Selasa (16/4/2024), kepolisian New South Wales menegaskan, serangan yang terjadi pada Senin malam itu sebagai serangan teroris. “Setelah mempertimbangkan semua materi, saya menyatakan itu adalah insiden teroris,” kata Komisaris Polisi New South Wales Karen Webb.
Webb mengatakan serangan itu dianggap sebagai tindakan “ekstremisme” bermotif agama yang mengintimidasi masyarakat. Ia menambahkan para korban hingga saat ini masih mendapat perawatan di rumah sakit.
Masyarakat Australia masih belum pulih dari peristiwa penikaman yang menewaskan enam orang di pusat perbelanjaan Bondi Junction Sabtu lalu. Peristiwa penusukan di Gereja Ortodoks Asiria Kristus Gembala Baik di Wakeley, kota di barat Sydney itu, hanya berselang tiga hari dari kejadian penusukan di pusat perbelanjaan itu.
Serangan di Wakeley dilakukan oleh seorang remaja berusia 16 tahun. Ia menyerang seorang Uskup yang tengah memimpin misa sore. Ia juga melukai sejumlah orang yang berusaha menangkapnya.
Penjabat Asisten Komisaris Polisi Andrew Holland menjelaskan, insiden itu membuat Uskup Mar Mari Emmanuel dan Pastor Isaac Royel, remaja pelaku, serta dua orang polisi dirawat di rumah sakit. Tidak ada korban jiwa dalam serangan itu dan polisi berhasil menangkap pelaku.
Dari siaran daring, umat yang tengah mengikuti ibadah menyaksikan seseorang berpakaian hitam mendekati Uskup di altar. Ia lalu menikam uskup beberapa kali di kepala dan tubuh bagian atas. Sementara umat yang berada di dalam gedung gereja berteriak dan berlari ke arah uskup untuk menghentikan tindakan pelaku.
Holland memuji umat yang berhasil menundukkan pelaku yang adalah seorang remaja berusia 16 tahun. Pelaku berhasil ditangkap sebelum memanggil polisi. “Pelaku mengalami cedera parah di tangannya,” jelas Holland.
Usai serangan warga setempat yang risau sempat hendak mencari pelaku. Namun polisi telah mengamankan pelaku ke tempat yang aman dan dirahasiakan.
Lebih dari 100 orang polisi yang mengenakan pakaian antihuru-hara berhasil menahan para pengunjuk rasa untuk tidak masuk ke gereja. Sempat terjadi kericuhan antara massa dengan polisi yang berjaga di depan gereja tersebut. Polisi lantas mendorong massa untuk mundur dan meminta mereka bubar.
Seorang jurnalis AFP di tempat kejadian melihat proyektil yang dilemparkan sebelum polisi yang berpakaian baju antihuru-hara dan pelindung tubuh berhasil mendorong para pengunjuk rasa menjauh dari gereja. Dua puluh kendaraan polisi dan beberapa rumah rusak akibat tindakan para pengunjuk rasa yang melemparkan botol, batu bata, dan barang-barang lainnya.
Menurut keterangan polisi, seorang polisi dipukul dengan benda logam dan lututnya terkilir serta giginya terlepas. Seorang polisi lain menderita patah rahang setelah dipukul dengan batu bata dan pagar. Kemudian sekitar 30 orang lainnya dirawat setelah terjadi kerusuhan di luar gereja.
Setelah bentrokan, situasi di gereja kembali tenang. Namun masih banyak polisi yang ditugaskan ke gereja itu untuk mengamankan lingkungan dan gereja.
Menteri Utama Negara Bagian New South Wales Chris Minns mengeluarkan pernyataan bersama para pemimpin Kristen dan Muslim. Mereka menyerukan ketenangan. “Kami menyerukan semua orang untuk bertindak dengan kebaikan dan rasa hormat satu sama lain,” demikian bunyi pernyataan itu. “Sekarang adalah waktunya untuk menunjukkan bahwa kita kuat dan bersatu".
Terletak di pinggiran barat Sydney, Wakeley dikenal sebagai pusat komunitas kecil Kristen Asiria di Sydney. Banyak dari anggota komunitas itu merupakan warga yang melarikan diri dari penganiayaan dan perang di Irak dan Suriah.
Di dalam komunitas Asyur setempat pun diketahui ada perpecahan. Tepatnya berkaitan dengan ajaran Uskup Mar Mari Emmanuel yang kontroversial terkait isu Covid-19 juga isu gender.
Holland menambahkan, serangan dengan pisau di pusat perbelanjaan Bondi Junction pada akhir pekan kemarin meningkatkan respons masyarakat terhadap penikaman di gereja. “Mengingat ada insiden di Sydney beberapa hari terakhir yang melibatkan pisau, jelas ada kekhawatiran,” katanya.
“Pada tahap ini, kami telah meminta semua orang untuk berpikir rasional. Kami berbicara dengan tokoh masyarakat dan anggota masyarakat untuk berbicara dengan masyarakat setempat, untuk mencoba dan menjaga masyarakat tetap tenang,” kata Holland. (AP/AFP)