ASEAN dan UNESCO Bahas Masa Depan Cagar Biosfer di Wakatobi
SeaBRnet menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk mengenalkan budaya Wakatobi ke delegasi ASEAN dan UNESCO.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·2 menit baca
WAKATOBI, KOMPAS — Konferensi Internasional Jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara ke-15 akan digelar di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, pada 30 April sampai 2 Mei 2024. Sejumlah isu lingkungan akan dibahas, terutama tentang pelestarian cagar biosfer.
Sekitar 100 orang dari semua negara ASEAN, Jepang, serta perwakilan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dijadwalkan menghadiri Konferensi Jaringan Cagar Biosfer Asia Tenggara (Southeast Asian Biosphere Reserves Network/SeaBRnet) Ke-15.
Delegasi akan saling bertukar pikiran dalam sejumlah panel diskusi. Hasil pertemuan tersebut akan dirangkum dalam Deklarasi Bajau yang dibacakan di Pelabuhan Pangulubelo, 1 Mei 2024.
Para tokoh Bajau dan para ahli akan berdiskusi mendalam mengenai isu terkini pelestarian cagar biosfer dan praktik tradisi lokal suku Bajau.
Bajau diambil dari nama suku Bajau yang dikenal sebagai pengembara dan penjaga lautan. Selama lebih dari 1.000 tahun suku yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Filipina ini menggantungkan hidupnya di laut, bahkan mereka sanggup menyelam hingga kedalaman 70 meter selama 13 menit tanpa alat bantu pernapasan.
Hasil SeaBRnet akan meletakkan dasar kolaborasi regional yang efektif dan jadi kontribusi pemikiran ASEAN yang akan dibawa ke Kongres Jaringan Cagar Biosfer Dunia (WNBR) di Hangzhou, China, pada 2025. Kongres 10 tahunan ini terakhir kali digelar di Lima, Peru, pada 2016 yang melahirkan lima rencana aksi.
Adapun WNBR diikuti 134 negara mencakup 748 cagar biosfer, termasuk 23 cagar biosfer lintas batas. Jaringan ini penting mengingat 280 juta orang tinggal di cagar biosfer di dunia. Mereka perlu dilibatkan dalam riset, pembangunan berkelanjutan berbasis pengetahuan lokal, serta pertukaran pengalaman global.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Irini Dewi Wanti mengatakan, SeaBRnet juga menjadi momentum bagi Pemerintah Indonesia untuk mengenalkan budaya Wakatobi.
Pameran Jalur Rempah dan seni budaya pun disiapkan untuk menampilkan lima narasi besar, yakni kejayaan jalur rempah, sejarah Wakatobi, sejarah suku Bajau, dan Cagar Biosfer Wakatobi.
”Para tokoh Bajau dan para ahli akan berdiskusi mendalam mengenai isu terkini pelestarian cagar biosfer dan praktik tradisi lokal suku Bajau,” kata Irini di Wakatobi, Senin (29/4/2024).
Kegiatan pariwisata
Bupati Wakatobi Haliana mengutarakan, pihaknya senang bisa menyambut seluruh delegasi internasional. Sebab, sudah lama Wakatobi tidak menggelar agenda internasional.
Sejumlah kegiatan pariwisata pun disiapkan, seperti persembahan adat suku Bajau, yakni tradisi adat Mola, Kabuenga, dan sebagainya sebagai bentuk penyambutan tamu. ”Nanti akan ada parade 1.000 perahu dari suku Bajau yang menampilkan atraksi tradisi di 10 perahu utamanya,” kata Haliana.
Adapun kesepuluh pergelaran seni budaya suku Bajau yang akan ditampilkan di 10 kapal utama yang besarnya sekitar 4x4 meter itu meliputi pertunjukan silat dan genrang Bajau, tarian Duata, tarian Mbo Pumpiah, tarian Palilibuang, musik gambus Bajau, dan pertunjukan Liligo, dan Iko-Iko Sama.
Selain itu, ada pula penampilan gadis-gadis Bajau yang memakai bedak pupur sambil melaut, serta tampilan gambaran keluarga yang sedang mencari hasil (pong’ka), tampilan pendidikan anak Bajau, dan tampilan Mbo Buayaang.
Parade kapal akan dimulai dari Jembatan Pelangi dekat pemukiman suku Bajau menuju lokasi deklarasi di Pelabuhan Pangulubelo. Selama deklarasi, kapal-kapal akan berputar mengelilingi pelabuhan sebanyak tiga kali lalu kembali ke pemukiman suku Bajau.
Namun, salah satu persoalannya adalah akses menuju Wakatobi belum bisa ditempuh melalui udara karena belum ada pesawat yang kembali mengudara ke Wakatobi. Para tamu hanya bisa mendarat di Kota Kendari dan Baubau lalu melanjutkan perjalanan dengan kapal cepat.