Pendidikan Tinggi Didorong Adopsi dan Integrasikan Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan terus berkembang dan diadopsi dalam pendidikan. Pemanfaatannya tetap dalam tujuan pendidikan.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Integrasi generative artificial inteligence atau GenAI di dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, didorong agar sesuai kebutuhan dan tujuan pendidikan. Teknologi baru kecerdasan buatan ini secara efektif dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran, manajemen pendidikan, hingga peningkatan tata kelola di sektor pendidikan.
Namun, dorongan untuk terus meningkatkan integrasi GenAI di dunia pendidikan tinggi tersebut masih membutuhkan berbagai dialog atau diskusi di antara para pendidik, pemerintah, dan pemangku kepentingan pendidikan secara nasional dan regional. Sebab, pemanfaatan GenAI diakui memiliki banyak manfaat, tetapi juga dampak negatif yang mesti diwaspadai.
Para pemangku kepentingan pendidikan di kawasan Asia Tenggara, dari perwakilan perguruan tinggi, lembaga internasional, hingga pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tinggi, berkumpul di acara bertajuk ”Leading Effective Integration of GenAI in Higher Education 2024 Southeast Asia Regional High Level Policy Dialogue”di Jakarta, Kamis (25/4/2024). Acara ini digelar The International Center for Higher Education Innovation under the Auspices of UNESCO (UNESCO-ICHEI), bekerja sama dengan Indonesia Cyber Education Institute (ICE-I) selaku Indonesia National Center untuk The International Institute of Online Education.
”Penggunaan teknologi dan solusi GenAI seperti ChatGPT semakin memperoleh perhatian dan juga diadopsi di sektor pendidikan secara global. Fenomena ini perlu menjadi perhatian para pendidik karena akan memberikan dampak yang signifikan bagi masa depan dunia pendidikan,” kata pendiri ICE-I yang juga Guru Besar Universitas Terbuka Paulina Pannen.
Paulina mengatakan, kerja sama dengan berbagai perwakilan pendidikan tinggi dari Asia Tenggara ini penting untuk saling belajar dan mendapatkan masukan pihak dalam pemanfaatan AI yang lebih baik, lebih etis, serta bermanfaat. Pemanfaatan GenAI sudah mulai dioptimalkan untuk sumber belajar, bahkan di antara perguruan tinggi lintas negara pun sudah bisa saling memanfaatkan. Untuk penilaian atau evaluasi juga sudah memanfaatkan AI, termasuk dalam riset, juga untuk membantu menelusuri daftar pustaka.
Perlu dimanfaatkan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbudristek, Abdul Haris, mengatakan, penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran yang memberikan solusi untuk peningkatan akses, mutu, dan relevansi yang ditawarkan GenAI tentunya perlu dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatannya adalah untuk memastikan mahasiswa semakin mudah mengakses sumber-sumber pembelajaran yang bermutu.
Penggunaan teknologi GenAI dinilai dapat mengubah pembelajaran secara drastis karena GenAI membuat pembelajaran lebih efektif dan bisa disesuaikan kebutuhan individu.
”Di Asia Tenggara sudah ada kerja yang baik selama ini untuk program penyediaan sumber pembelajaran sehingga akses belajar terbuka luas. Terkait perkembangan dan pemanfaatan GenAI harus benar-benar dikawal supaya memberi manfaat, bukan malah merusak. Tetap harus dipagari dengan penggunaan yang beretika dengan mengedepankan code of conduct dalam menggunakan teknologi,” ujar Haris.
Integrasi teknologi GenAI dalam pendidikan tinggi ini didorong UNESCO. Pada Juni 2023, Asisten Direktur Jenderal Pendidikan di UNESCO Stefania Gianini dalam Generative AI and the Future of Education menyatakan bahwa GenAI membuka horizon baru sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan. Karena itu, perlu diambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa integrasi teknologi AI ke dalam pendidikan dilakukan sesuai keinginan dan kebutuhan dunia pendidikan.
Xiaohan Bi dari perwakilan UNESCO-ICHEI mengatakan, para pendidik dan pemimpin institusi pendidikan di kawasan Asia Tenggara menghadapi kebutuhan mendesak untuk bisa secara efektif memanfaatkan teknologi GenAI guna meningkatkan layanan pendidikan, penelitian, hingga manajemen pendidikan tinggi yang efektif. Pihaknya berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan pendidikan tinggi yang berkualitas melalui kolaborasi dengan berbagai kampus terkemuka di sejumlah negara guna meningkatkan kapasitas mereka dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran secara digital sebagai upaya mendorong transformasi digital di institusi pendidikan tinggi.
Di tahun 2023, UNESCO-ICHEI secara resmi meluncurkan dokumen ”White Paper on Higher Education in the Era of Artificial Intelligence”. Dokumen ini membahas dan membagikan berbagai perspektif, pengalaman, dan rekomendasi terkait upaya integrasi AI di dunia pendidikan tinggi bersama mitra secara global.
Guru Besar Universitas Indonesia T Chan Bassarudin mengatakan, masih ada pro dan kontra dalam memandang manfaat AI di pendidikan tinggi. Penggunaan teknologi GenAI dinilai dapat mengubah pembelajaran secara drastis karena membuat pembelajaran lebih efektif dan bisa disesuaikan kebutuhan individu. Ada pula pendapat yang kontra karena khawatir GenAI berpotensi memunculkan pelanggaran akademik seperti plagiarisme serta melemahkan berpikir kritis dan kreatif.
Namun, kata Chan, kesiapan dalam pemanfaatan GenAI ini perlu ditingkatkan. Bagi mahasiswa, kemampuan belajar dan memiliki budaya belajar mandiri harus dibangun. Adapun bagi para pendidik butuh kesiapan dari cara berpikir dan kompetensi dalam menggunakan AI, serta perubahan pedagogi. Demikian pula memastikan akses pada infrastruktur dan teknologi digital yang baik.
”Penting juga punya kerangka pemerintah yang mengatur GenAI dan kode etik,” kata Chan.
Sungsup Ra dari Bank Pembangunan Asia (ADB) menambahkan, peningkatan kapasitas berbagai pemangku kepentingan dalam pendidikan tinggi, dimulai dari mindset, dalam mengintegrasikan GenAI menjadi hal utama. Perguruan tinggi perlu menyadari tren dan observasi terkait pemanfaatan AI. Apalagi, para akademi sering tertinggal dari kemajuan di dunia industri. Model-model AI mulai dengan cepat meningkatkan kemajuan di dunia ilmiah.
”Isu etika dalam penggunaan AI juga penting karena banyak kejadian yang muncul terkait penyalahgunaan AI,” kata Sungsup.
Di dunia kerja, permintaan profesional AI meningkat di seluruh sektor industri. Sebab, dampak penggunaan AI dalam meningkatkan kinerja bisnis sudah dirasakan. Selain itu, ketertarikan pembuat kebijakan pada AI juga meningkat, sebagai contoh proses legislatif terkait AI secara global meningkat hampir 0,5 kali sejak tahun 2016.