Kiprah Perempuan Akar Rumput Mengentaskan Permasalahan di Daerahnya
Perempuan akar rumput bersuara menyampaikan aspirasi dan suka-duka sebagai pendamping perempuan kepada Menteri PPPA.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·4 menit baca
Perempuan di akar rumput merupakan kekuatan dalam mendorong perubahan di daerahnya, terutama di tingkat desa. Sejumlah perempuan membuktikan ketika mereka diberi kesempatan dan ruang untuk berpartisipasi, mereka bisa hadir menolong dan melindungi, serta memberdayakan perempuan lain sehingga mendorong kemajuan di desanya.
Perjuangan dan kerja-kerja para perempuan pemimpin di akar rumput diungkapkan sejumlah peserta Musyawarah Nasional Perempuan untuk Perencanaan Pembangunan atau Munas Perempuan Ke-2 Tahun 2024 saat berdialog dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Jumat (19/4/2024) petang di Gedung Balai Budaya Giri Nata Mandala, Kabupaten Badung, Bali.
Dalam dialog yang berlangsung hingga malam tersebut, perwakilan peserta Munas dari 11 organisasi mitra INKLUSI yang menjadi penyelenggara Munas Perempuan 2024 menyampaikan situasi yang perempuan di daerahnya. Mereka juga memaparkan program dan kegiatan perlindungan dan pemberdayaan perempuan yang dikerjakan selama ini.
Para perempuan tersebut berasal dari organisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), Migrant CARE, Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif (KAPAL) Perempuan, Aisyiyah, Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), Perempuan Kepala Keluarga Indonesia (PKBI), Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Kemitraan (lembaga Partnership), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), Pusat Rehabilitasi Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (Yakkum), Perempuan Sumatera Mampu (Permampu).
Ainia, misalnya, peserta munas yang mewakili perempuan disabilitas dari SIGAB, menceritakan bagaimana dia menjadi perempuan disabilitas semenjak usia 7 tahun. Ketika itu, ia mengalami kecelakaan ditabrak sepeda motor sehingga tidak bisa mendengar apa pun.
Pada 2022 dia bergabung dengan kelompok disabilitas dan aktif mengikuti kegiatan, bahkan mendaftar di Sekretariat Pelopor Peduli Disabilitas Situbondo (PPDiS). Awalnya dia khawatir dan kurang percaya diri. Namun, ternyata dia diterima bekerja dan mendapat perlakuan baik dari temen-teman kerja.
”Ini pengalaman pertama kali saya tampil di forum besar, saya tidak akan pernah melupakannya. Saya berterima kasih kepada orangtua dan semuanya karena saya bangga dengan saya dan menyadarkan saya bahwa saya bisa,” ujar Ainia.
Akan bisa kita mewujudkan bahwa perempuan bukan hanya menjadi obyek pembangunan, melainkan perempuan adalah sebagai subyek pembangunan.
Munas Perempuan Ke-2 Tahun 2024 merupakan kolaborasi Mitra INKLUSI bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan Direktorat Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda, dan Olahraga Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas). Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Jumat (19/4/2024) hingga Sabtu (20/4/2024) di Badung, Bali.
Munas menjadi ajang bagi para perempuan akar rumput (terutama perempuan penyandang disabilitas dan kelompok marginal) untuk tampil dan bersuara. Mereka bisa menyampaikan tantangan dan hambatan dalam pendampingan perempuan, termasuk membagikan prestasinya. Beberapa bahkan menyampaikan curahan hatinya.
Praktik baik
Serni Harnita, anggota Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput dari Pulau Nias, yang mewakili anggota Permampu, menuturkan perempuan Nias dibiasakan hidup dalam praktik adat mulai lahir hingga meninggal. Menurut penelitian Permampu, sejumlah praktik adat memiskinkan perempuan dan menganggap perempuan sebagai komoditas atau barang yang bisa diperjualbelikan.
”Akses kami terhadap informasi sangat terbatas sehingga kami tidak tahu bahwa sudah ada hukum dan peraturan yang melindungi perempuan agar terhindar dari perkawinan anak dan tindak kekerasan,” tutur Serni.
Untunglah, kelompoknya mendirikan usaha credit union (CU) yang menjadi tempat berkumpul, berorganisasi, mendapatkan pengetahuan, pendidikan, dan memperoleh akses pinjaman. Dari CU mereka belajar menabung, menghimpun modal, dan menyisihkan pendapatan.
Hasilnya, saat ini ada 15.489 perempuan yang diorganisir 257 kelompok perempuan di Sumut yang memiliki aset Rp 47 miliar. Sebesar Rp 1 miliar dari sisa hasil usaha digunakan untuk pendidikan kader perempuan, mendukung pencalonan perempuan kepala desa, dan calon pemimpin daerah/legislatif.
”Sudah ada beberapa teman kami berhasil menjadi kades dan anggota legislatif,” katanya.
Sementara itu, Agustini, perwakilan dari Asyiyah Probolinggo mengungkapkan bagaimana upaya mencegah tengkes, dengan edukasi pada ibu hamil dengan program rumah gizi. Upaya ini bisa menurunkan angka tengkes di daerahnya dari 28 persen menjadi 13 persen.
Menanggapi cerita para perempuan, Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Darmawati menyatakan sangat mengapresiasi setiap jerih juang perempuan di sejumlah daerah. Darmawati memberikan motivasi kepada perempuan peserta munas agar tidak pernah menyerah, dan terus berjuang melindungi perempuan dan anak.
”Mendengarkan cerita dari ibu-ibu hebat dan luar biasa, saya yakin bukan hanya mimpi, melainkan akan bisa kita mewujudkan bahwa perempuan tidak hanya menjadi obyek pembangunan, tetapi perempuan adalah sebagai subyek pembangunan. Terima kasih kerja-kerja yang luar biasa dari ibu-ibu hebat dan luar biasa,” ujar Darmawati.
Pada Sabtu (20/4/2024) pagi, Menteri PPPA kembali hadir di di Gedung Balai Budaya Giri Nata Mandala membuka Munas Perempuan Ke-2 Tahun 2024. Ia menyampaikan pidato peneguhan perjuangan perempuan. Hadir juga Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta dan sejumlah pejabat dari kementerian/lembaga terkait.