Seni Instalasi Dunia Ramalan
Dunia ramalan memberi sugesti tentang keseimbangan dan pedoman positif dalam menentukan sikap dan tindakan.
Seni rupa kontemporer sering memberi banyak kejutan. Satu di antaranya hadir seni instalasi yang terinspirasi primbon Jawa tentang dunia ramalan. Melalui dunia ramalan ini diharapkan memberi keseimbangan dan pedoman positif dalam menentukan sikap dan tindakan ke depan.
Seniman Sri Hardana (46), lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, asal Klaten yang kini menetap di Jakarta, menampilkan karya itu ke dalam pameran tunggal bertajuk,”Anak Panah Nogosui”, di Ruang Garasi, Jakarta Selatan. Pameran dibuka Chica Koeswoyo pada Minggu (24/3/2024) dan berlangsung hingga 1 April 2024.
”Saya mencoba ramalan itu beberapa kali. Ada satu ramalan yang saya pilih tentang keluarga dan mendapatkan pedoman jika merayakan sesuatu supaya tidak berlebihan,” ujar Chica, mantan penyanyi cilik yang kini memilih jalur hidup di dunia politik.
Chica mengakui, keluarganya sampai sekarang masih memegang primbon Jawa. Setidaknya, dari primbon Jawa bisa dimengerti tentang hidup yang dipenuhi banyak pilihan. ”Kelihatannya dunia ramalan dari primbon itu sepele, tetapi ini bisa memberikan keseimbangan dalam kehidupan kita,” ujar Chica.
Baca juga: Keindahan yang Beracun
Bagi Chica, karya seni Sri Hardana, yang juga akrab disapa Danar, mampu mengolah karya seni rupa kontemporer berbasis akar budaya tempatan atau lokal. Ia mengharapkan karya seni ini dipamerkan lagi secara intensif untuk menyentuh masyarakat yang lebih luas. ”Aku sedih ketika seni seperti ini tidak mendapat tempat. Karya ini menyentuh akar budaya kita,” kata Chica.
Selain meriset primbon Jawa, Danar juga menampilkan narasi atau mitos yang didasarkan pada varian batu akik asal Nusantara, Nogosui. Mitos dari batu akik Nogosui tidak kalah menarik. Setidaknya, ada 21 varian batu akik Nogosui yang digunakan Danar untuk menampilkan dunia ramalannya.
“Seumur hidupku sampai 50 tahun lebih ini juga tidak pernah mengenal adanya mitos atau narasi-narasi dari batu akik Nogosui. Ternyata banyak sekali mitos tentang Nogosui. Lewat seni seperti ini memberikan banyak sekali pengetahuan dari sekitar kita, tetapi kita mengabaikannya,” ujar Chica.
Dari sungai di Purbalingga
Batu akik Nogosui berasal dari sekitar Sungai Klawing yang ada di Purbalingga, Jawa Tengah. Danar menceritakan ada kisah unik tentang batu akik Nogosui. Setidaknya, bisa dikaitkan dengan tahun 2024 yang memiliki shio Naga Kayu.
”Mitos yang berkembang, batu akik Nogosui dari usaha pencarian air abadi atau tirta langgeng oleh seekor naga dari China,” ujar Danar.
Dikisahkan, Pada tahun dengan shio Naga menjadi kesempatan naga menyebar ke berbagai belahan bumi untuk mencari air keabadian. Ini mirip mitologi Hindu yang menyebutnya sebagai amerta, yang bermakna air kehidupan.
Banyak pengunjung yang mencoba mencari ramalan dan menyatakan ramalannya memang terkait dengan hidup mereka. Kalau tidak terkait, mereka banyak yang mencoba ulang.
Ada salah satu naga yang melintas di atas Sungai Klawing. Naga tersebut tertarik untuk meminum air dari sungai itu. Tanpa disadari, ternyata pengelanaannya mencari air abadi tinggal tiga hari lagi. Sang naga memperkirakan dalam waktu tiga hari tersebut tidak bisa kembali ke China. Ia memutuskan tetap tinggal di seputar Sungai Klawing dan mengubah diri menjadi batuan akik dengan warna utama kehijauan dan kemerahan, yang kemudian dikenal sebagai Nogosui dengan banyak variasi.
Baca juga: Capung dan Naga yang Tersembunyi
”Ada varian Nogosui yang mungkin bisa dikaitkan dengan masa Paskah saat ini, yang dikenal sebagai varian Darah Kristus. Saya tidak tahu asal-muasal penamaannya. Mungkin ada penggemar jenis batuan akik ini yang kebetulan beragama Kristen dan menamainya varian Darah Kristus,” kata Danar.
Batu akik Nogosui varian Darah Kristus memiliki warna dasar hijau toska dan terdapat bercak-bercak berwarna merah darah. Danar mengaitkan batu akik ini dengan ramalan kesalahan dan pengampunan. Di Panel Pertanyaan, Danar membubuhkan tulisan, ”Kesalahanku akan mendapat pengampunan atau tidak?”
Di dalam karyanya, Danar membuat tiga panel. Selain Panel Pertanyaan, juga dibuat Panel Panahan dan Panel Jawaban. Panel Panahan berisi sebanyak 21 gambar geometris. Jumlah ini sama dengan jumah varian batu akik Nogosui yang mewakili 21 pertanyaan.
Pola ramalannya cukup interaktif. Pengunjung yang ingin meramal dirinya pertama kali harus menentukan pilihan pertanyaan di Panel Pertanyaan. Pertanyaan tersebut menyesuaikan karakter varian batu akik Nogosui, seperti dari varian Darah Kristus tadi. Misalnya, untuk varian Lapaz Allah, dituliskan pertanyaan, ”Keinginanku bisa tercapai atau tidak?”
Karya seni interaktif ini bukanlah mistik atau mengandung unsur di luar nalar. Ada logika dari masa lalu yang mengarahkan pengetahuan tentang masa kini dan masa depan.
Untuk varian Junjung Drajat, dituliskan pertanyaan, ”Keberuntunganku akan datang atau tidak?” Varian Beras Tumpah, ”Saat aku berbisnis/dagang akan untung atau rugi?” Varian Angka Tujuh, ”Jodohku nanti seorang pengusaha atau pegawai kantoran?” Dan seterusnya.
Setelah menentukan pilihan pertanyaan, yang ingin diramal diminta ke Panel Panahan. Di situlah pengunjung diminta melempar dan menancapkan seperti anak panah untuk membidik salah satu dari 21 bentuk geometris tadi.
Setelah diperoleh bentuk geometrisnya, pengunjung diminta berpindah ke Panel Jawaban. Di panel itu terpampang sebanyak 21 kali 21 ramalan atau 441 ramalan. Ini berdasarkan 21 varian batu akik Nogosui yang disusun secara horizontal untuk mewakili 21 pertanyaan, dan 21 bentuk geometris yang disusun vertikal untuk mewakili 21 pilihan jawaban.
Bukan mistik
Danar mengungkapkan, karya seni interaktif ini bukanlah mistik atau mengandung unsur di luar nalar. Ada logika dari masa lalu yang mengarahkan pengetahuan tentang masa kini dan masa depan. Sejumlah kemungkinan dari masa depan itulah yang dikemas menjadi teks ramalan-ramalan.
Ramalan itu murni karya pemikiran Danar yang dilandasi riset dari primbon Jawa. Selain itu, dilandasi pula pengetahuan tentang narasi atau mitologi dari batuan asal Nusantara, khususnya batu akik Nogosui. Kemudian ada pengalaman-pengalaman hidupnya yang selama ini masih menggunakan pitungan atau perhitungan dari primbon Jawa tentang berbagai hal, seperti hari yang baik, tempat yang baik, arah yang baik, pekerjaan yang baik, dan sebagainya.
”Memang ada kemungkinan dari ramalan itu logika tidak bisa bekerja, atau sulit untuk diketahui secara nalar. Saya bisa mencontohkan dari yang saya alami sendiri,” kata Danar.
Karya seni instalasi Danar ini pernah dipamerkan di Perpustakaan Nasional pada 12-22 Oktober 2022 bertajuk ”Game for You” (Permainan untuk Kamu). Pada saat pembukaan, Danar datang bersama istrinya yang sedang hamil. Danar meminta istrinya supaya tidak ikut serta memainkan ramalan, tetapi tetap saja istrinya mencoba tanpa sepengetahuan Danar.
Beberapa saat sebelumnya, Danar memeriksakan kandungan istrinya itu. Dari hasil pemeriksaan lewat USG (ultrasonografi), dokter menyebutkan, kemungkinan besar bayi yang terlahir nanti seorang bayi perempuan.
Setelah mencoba ramalan secara diam-diam, istri Danar memperoleh jawaban bahwa anak yang akan dilahirkan nanti seorang laki-laki. Hal itu membuat Danar terkejut dan penasaran. Tidak berselang lama, iamembawa istrinya ke dokter dan diperiksa dengan USG lagi.
Alhasil, kandungan anak yang diketahui berubah dari perempuan menjadi laki-laki. Kemudian, ketika lahir, benar diperoleh bayi laki-laki. Seperti inilah kadang ramalan memang tidak mudah untuk diurai logikanya. Akan tetapi, logika tetap masih dapat ditelusuri.
”Banyak pengunjung yang mencoba mencari ramalan dan menyatakan ramalannya memang terkait dengan hidup mereka. Kalau tidak terkait, mereka banyak yang mencoba ulang,” kata Danar.
Dari hasil coba ulang ini, bisa dilihat bahwa logika berperan. Hasil ramalan akan terkait dengan pengalaman atau peristiwa yang pernah dihadapi pada masa lalu dan mengarahkan berbagai kemungkinan di masa depan. Ramalan menjadi bagian dari berbagai kemungkinan tersebut.
”Ini sebuah karya seni rupa kontemporer yang tidak monoton. Ada kekentalan budaya Jawa,” ujar Kana Fuddy Prakoso, pemilik dan pengelola Ruang Garasi.
Mayek Prayitno dalam catatan kuratorialnya menyebutkan, ramalan karya Danar ini merupakan kode atas kegelisahan hidup manusia. Kegelisahan itu bisa dibaca struktur linguistiknya. Kemudian, struktur itu memiliki rantai pertandaan. Dari pertandaan inilah lahir tanda-tanda berikutnya sebagai gambaran harapan, imajinasi, atau tebakan pada masa berikutnya.