Setelah Jeblok Pascalibur Lebaran, IHSG Dibuka Menguat
Penguatan didorong investor yang kembali masuk ke pasar modal untuk beli saham murah setelah kemarin sempat merosot.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah anjlok lebih dari 100 basis poin pada perdagangan perdana setelah libur Lebaran, Selasa (16/4/2024), kini pada pembukaan perdagangan Rabu (17/4/2024), Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka menguat. Penguatan didorong dari data perekonomian China yang lebih baik dari ekspektasi dan aksi investor yang kembali masuk ke pasar modal untuk beli saham dengan harga murah setelah kemarin sempat merosot.
Sejak pembukaan perdagangan sesi pertama hingga pukul 09.20 IHSG menguat 0,95 persen pada level 7.232,74, meningkat dari posisi awal pembukaan perdagangan pada level 7.164,807. Adapun kemarin, IHSG anjlok 1,68 persen atau merosot 122,075 basis poin ke posisi 7.164,807 setelah pada pembukaan perdagangan berada pada level 7.286.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy K mengatakan, IHSG berpeluang kembali melompat (rebound) ke kisaran 7.200-7.240 pada perdagangan hari ini. Salah satunya dipicu pelemahan yang relatif terbatas di bursa Amerika Serikat, yang berpotensi meredam aksi jual di pasar saham Indonesia pada hari ini.
Selain itu, IHSG memperoleh sentimen positif dari realisasi pertumbuhan ekonomi China pada triwulan pertama tahun ini yang bertumbuh 5,3 persen secara tahunan yang lebih baik dari perkiraan, yakni 5 persen secara tahunan. Selain itu, China Fixed Asset Investment (YTD) juga berada di atas ekspektasi, yakni pada level 4,5 persen secara tahunan lebih tinggi dari perkiraan, yakni 4,3 persen secara tahunan pada Maret 2024.
”Data tersebut mengindikasikan aktivitas ekonomi China yang lebih baik pada triwulan pertama 2024 dibandingkan triwulan keempat 2024,” ujar Valdy, Rabu.
Dari dalam negeri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2024 bertahan di atas 123. Ini menunjukkan konsumen dalam negeri optimistis dengan kondisi perekonomian ke depan.
Namun, pasar masih menantikan data Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Maret 2024. NPI memang masih surplus, tapi menunjukkan angka yang kian menyusut.
IHSG hari ini akan menguat karena kemarin banyak investor yang melakukanpanic selling atau menjual karena dorongan kekhawatiran, bukan karena mekanisme pasar yang wajar.
Berdasarkan kondisi di atas, Valdy melihat saham-saham pertambangan dapat kembali diperhatikan karena cenderung masih memperoleh keuntungan jangka pendek dari pelemahan signifikan nilai tukar rupiah. Saham itu adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Intraco Penta (INCO), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Adaro Mineral Indonesia Tbk (ADMR), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Demikian juga sejumlah saham perusahaan infrastruktur, seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Indosat Tbk (ISAT).
Pengamat pasar modal dan pendiri WH-Project, William Hartanto, mengatakan, IHSG hari ini akan menguat karena kemarin banyak investor yang melakukan panic selling atau menjual karena dorongan kekhawatiran, bukan karena mekanisme pasar yang wajar. Dampaknya, banyak harga saham dengan kinerja fundamental yang bagus kini dalam harga murah.
Hal ini dimanfaatkan para investor untuk kembali masuk ke pasar modal untuk membeli saham-saham itu dengan harga lebih murah. Hal ini kembali mendorong IHSG untuk menguat.
”Memperhatikan faktor-faktor di atas, hari ini kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak dalam kecenderungan melemah, range 7.122–7.300,” ujar Wiliam, Selasa.
Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia Budi Frensidy memperkirakan, sampai dengan pekan depan, IHSG tidak akan banyak bergerak naik dan berada di kisaran 7.050-7.150. Sebab, masih terlalu banyak sentimen negatif yang membayangi pasar modal, antara lain konflik Iran dan Israel yang bisa memicu lonjakan harga minyak. Selain itu, nilai tukar rupiah juga berada dalam tren depresiasi.
Untuk tetap bisa mendapatkan keuntungan, lanjut Budi, investor perlu melakukan komposisi ulang kepemilikan sahamnya. Ia merekomendasikan untuk melepas saham-saham yang punya beban utang dalam kurs dollar AS. Sebab, dengan pelemahan rupiah, beban utang perusahaan meningkat dan bisa menggerus laba perusahaan.
Ia menambahkan, investor bisa memilih saham-saham yang diuntungkan dengan menguatnya dollar AS, seperti saham perusahaan yang berorientasi ekspor dengan bahan baku dari dalam negeri. Perusahaan seperti ini bisa menikmati kenaikan keuntungan dari kondisi kurs rupiah saat ini.
”Investor bisa menyusun ulang komposisi sahamnya dan melihat saham mana saja yang memiliki peluang baik dalam kondisi seperti ini,” ujar Budi.