Rupiah Diprediksi Masih Bisa Melemah hingga Rp 15.900 Per Dollar AS
Pelemahan rupiah terhadap dollar AS dipengaruhi oleh faktor eksternal. BI masih melakukan stabilisasi lewat intervensi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang triwulan pertama 2024, mata uang rupiah masih mengalami tekanan hingga terdepresiasi sekitar 3 persen. Pelemahan diprediksi masih berlanjut pada awal April. Arah kebijakan bank sentral dalam menurunkan suku bunga hingga pelemahan kondisi ekonomi dalam negeri jadi alasannya.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sampai penutupan perdagangan Kamis (28/3/2024), sebagaimana dikutip dari Bloomberg, melemah 1,5 persen ke posisi Rp 15.856 per dollar AS. Sepanjang tiga bulan pertama 2024, penurunan nilai atau depresiasi rupiah telah mencapai 3 persen dari kisaran Rp 15.400 pada awal tahun.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporan analisisnya memperkirakan, rupiah masih akan berfluktuasi di ruang pelemahan pada pekan depan atau awal April 2024. ”Untuk perdagangan Senin (1/4/2024) depan, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 15.840-Rp 15.910,” katanya dalam laporan yang dikutip Jumat (29/3/2024).
Rupiah di level Rp 15.856 pada perdagangan akhir pekan ini yang berakhir kemarin (Kamis, 28/3/2024), sebelum tanggal merah dan hari libur pasar Jumat ini, ditutup menguat satu poin walaupun sebelumnya melemah 20 poin.
Penguatan tipis itu tidak lepas dari sentimen eksternal terkait kebijakan penurunan suku bunga di AS oleh bank sentral mereka, The Fed, yang masih akan mempertimbangkan situasi ekonomi di negara tersebut.
Rupiah masih akan berfluktuasi di ruang pelemahan pada pekan depan atau awal April 2024.
Hari ini, AS akan mengeluarkan data indeks harga inflasi PCE atau kenaikan harga rata-rata konsumsi domestik. Pidato terpisah dari Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan anggota Federal Open Market Committee (FOMC), Mary Daly, juga akan disampaikan pada hari yang sama.
”Sinyal apa pun dari keduanya mengenai penurunan suku bunga akan diawasi dengan ketat setelah pejabat The Fed lainnya memberikan nada yang agak hawkish (ketat mengendalikan inflasi) pada minggu ini,” katanya.
Ekonom senior Mirae Asset Sekuritas, Rully Wisnubroto, dalam pemaparannya pada acara dengan media, Rabu (27/3/2024), menjelaskan bahwa meskipun ada konsensus penurunan suku bunga AS pada bulan Juli, frekuensi penurunan diperkirakan tidak sesuai harapan, yakni menjadi hanya tiga kali dari perkiraan awal 6-7 kali tahun ini.
Situasi ini pun dibaca akan ikut membuat Indonesia melalui Bank Indonesia (BI) sulit menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Ia memperkirakan, BI baru akan menurunkan suku bunga acuannya yang saat ini masih di level 6 persen bersamaan atau setelah The Fed menurunkan suku bunga.
”Ini yang menyebabkan rupiah cenderung lemah dan imbal hasil (obligasi) meningkat (karena suku bunga tinggi),” katanya.
Pelemahan rupiah, menurut dia, juga disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang menghadapi situasi sulit. Meskipun pertumbuhan ekonomi cukup baik di level 5 persen, perlambatan terjadi pada komponen pertumbuhan, seperti konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan investasi. Di sisi lain, pertumbuhan ini ditopang neraca pembayaran yang positif di antaranya karena nilai ekspor yang masih surplus.
BI masih melakukan stabilisasi lewat intervensi di pasar spot hingga pasar obligasi. Institusi itu juga dinilai masih mampu menjaga cadangan devisa 144 miliar dollar AS pada akhir Februari 2024.
Dalam kondisi ini, Rully menangkap, BI masih melakukan stabilisasi lewat intervensi di pasar spot hingga pasar obligasi. Institusi itu juga dinilai masih mampu menjaga cadangan devisa 144 miliar dollar AS pada akhir Februari 2024. Nilai itu setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
”Dalam beberapa waktu terakhir, saya rasa di kisaran Rp 15.700-Rp 15.800 per dollar AS sudah hasil intervensi. Menurut saya, kalau tidak diintervensi bisa lebih dalam lagi (penurunannya),” katanya.