Final Thomas Indonesia Vs China: Jonatan Menyelamatkan Wajah Tim Indonesia
Kemenangan Jonatan atas Li menjaga asa Indonesia untuk menjuarai Piala Thomas. Indonesia hanya butuh dua kemenangan lagi
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
CHENGDU, MINGGU – Tunggal kedua Jonatan Christie memperpanjang napas Indonesia setelah menang atas wakil China, Li Shi Feng, 21-16, 15-21, 21-17 dalam final Piala Thomas di Chengdu Hi Tech Zone Sports Center Gymnasium, China, Minggu (5/5/2024). Indonesia memperkecil ketinggalan jadi 1-2 dan terus menjaga asa juara.
Seusai menyumbang satu kemenangan Indonesia, Jonatan langsung berselebrasi di depan para pendukung tuan rumah. Dia mengarahkan telunjuk tangan ke kepala, lalu menepuk dada berkali-kali. Dia seolah menegaskan perjuangan ”Merah Putih” belum selesai. ”Come on… Come on…,” teriak pemain peringkat ketiga dunia itu.
Meskipun terpaut tipis dalam peringkat dunia, Jonatan jauh lebih unggul atas Li dalam rekor pertemuan sebelumnya dengan 5 menang-1 kalah. Bahkan, Jonatan baru saja menang mudah atas pemain peringkat keenam dunia tersebut dalam pertemuan terakhir di final Kejuaraan Asia 2024, pada April lalu, 21-15, 21-16.
Keunggulan kualitas teknik dan fisik Jonatan terpampang jelas dalam pertarungan selama 1 jam 17 menit itu. Li, yang ingin menjadi pahlawan kemenangan timnya, memberikan segalanya hingga akhir. Namun, Li harus kembali mengakui keunggulan Jonatan untuk kedua kali di depan publik sendiri.
Jonatan tampil dengan beban yang sangat berat. Indonesia sudah tertinggal 0-2. Dia wajib menang jika masih ingin menjaga peluang juara Piala Thomas. Tekanan itu mengganggu pada awal gim, dia sempat tertinggal, 2-5. Lalu, dia bangkit dengan menciptakan tujuh poin beruntun dan berbalik unggul, 9-5.
Puji Tuhan karena posisi tertinggal 0-2 tidak mudah. Teringat lagi momen Piala Thomas dua tahun lalu, di posisi yang sama tapi saya tidak mau jadi penentu kekalahan.
Percobaan smes Li berkali-kali melebar. Dia tampak mencoba bermain lebih agresif walaupun lebih berisiko. Pertaruhan itu berbuah manis sampai jeda, Li sempat berbalik unggul, 11-9. Giliran dia yang menciptakan enam poin beruntun. Momentum pertandingan beterbangan tanpa arah di awal laga ketiga tersebut.
Jonatan menyamakan kedudukan, 14-14, setelah mampu bertahan dengan lebih baik. Dia memperbanyak permainan reli panjang, memanfaatkan pukulan Li yang sering keluar. Li tidak mampu membalikkan keadaan sampai akhir gim. Saat sudah unggul cukup jauh, Jonatan bermain lebih agresif dengan smes-smes kencang. Dia menutup gim, 21-16.
Jonatan terlihat semakin tenang pada gim kedua. Dia sempat melemparkan senyum lebar saat berhasil mencetak poin dengan drop shot, lalu unggul 4-2. Namun, ketenangan itu ternyata tidak terlalu menguntungkan. Jonatan melakukan kesalahan beruntun dan menjadi tertinggal, 6-7.
Li mengubah strategi. Dia menantang Jonatan untuk beradu reli. Pemain tuan rumah itu jauh lebih sabar dengan berbagai kombinasi permainan net dan lob, sebelum mengeluarkan smes kerasnya. Li pun sempat menghasilkan tujuh poin beruntun dan mampu unggul saat jeda gim, 11-7.
Faktor terbesar kekalahan Li dari Jonatan di Kejuaraan Asia adalah permainan net. Dia kewalahan menghadapi kepiawaian Jonatan di depan net. Hari ini, dia lebih baik dalam pengambilan keputusan. Li banyak memenangi poin dari pancingan di depan net, dan semakin unggul jauh, 17-11. Li merebut gim kedua 21-15.
Jonatan kembali mengontrol permainan pada awal gim ketiga. Dia merepotkan Li dengan kombinasi pukulan drive. Dari imbang, 4-4, Jonatan menjauh dengan keunggulan 7-4. Li sempat menyamakan kedudukan, 7-7. Lalu, Li tampak kelelahan setelah mendapatkan poin dari reli sebanyak 43 pukulan tersebut.
Jonatan unggul, 11-8, saat jeda setelah pukulan Li keluar lapangan sebanyak tiga kali. Dengan keunggulan stamina, peraih juara All England 2024 itu semakin tidak terbendung. Setelah unggul, 15-10, Jonatan sempat dikejutkan ”angin kedua” Li yang memperkecil jarak jadi dua poin. Namun, dia tetap mampu memastikan kemenangan, 21-17.
Jonatan menutup perjalanan di Piala Thomas dengan rekor sempurna, 6 menang-6 laga. Dia belum terkalahkan sejak All England pada pertengahan Maret. Adapun dia menjuarai Kejuaraan Asia dan All England beruntun. Tren performa positif itu menjadi modal berharga untuk Olimpiade Paris 2024.
"Puji Tuhan karena posisi tertinggal 0-2 tidak mudah. Teringat lagi momen Piala Thomas dua tahun lalu, di posisi yang sama tapi saya tidak mau jadi penentu kekalahan. Saya mau membangkitkan semangat teman-teman jadi saya berharap Bagas/Fikri semangatnya bisa berlipat ganda lagi, mudah-mudahan bisa mengambil poin. Chico juga," ujar Jonatan setelah pertandingan berakhir.