Kejanggalan Kematian Dokter TNI, Disebut Bunuh Diri di Papua Tapi Ada Luka Tembak dan Lebam
Disebut bunuh diri, keluarga menemukan luka diduga lebam, disulut api rokok, dan tembakan di kepala Lettu Eko.
Oleh
NIKSON SINAGA, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Keluarga meminta Polisi Militer TNI Angkatan Laut mengusut penyebab kematian Letnan Satu Dokter Eko Damara (30). Pemberitahuan dari Korps Marinir TNI AL yang diterima pihak keluarga, Eko disebutkan bunuh diri dengan menembak kepalanya di pos komando taktis, saat bertugas di daerah konflik, Papua Pegunungan. Namun, ada kejanggalan karena dugaan bekas luka lebam dan sulutan api rokok di jenazah Eko.
“Kami diberitahu kalau Lettu Ekomeninggal karena bunuh diri. Kami merasa hal ini sangat janggal karena TNI AL sangat cepat mengambil kesimpulan tanpa autopsi atau penyelidikan hukum,” kata Dedi Pranajaya (39), abang kandung Lettu Eko, di Medan, Rabu (15/5/2024).
Dedi mengatakan, Eko bertugas di Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri 7 Marinir di daerah konflik di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Dia seharusnya sudah pulang ke satuannya pada Mei ini, yakni Batalyon Kesehatan 1 Marinir, di Jakarta.
Namun, pada 27 April, keluarga mendapat kabar mengejutkan yang menyebut Eko meninggal karena bunuh diri. Jenazahnya lalu diterima keluarga di Medan pada 29 April. Sejak awal mendapat kabar, keluarga menaruh curiga.
Mereka mendapat kabar yang berbeda-beda dari pejabat Korps Marinir. Awalnya, Eko disebut bunuh diri dengan menembak kepala di kamar mandi di pos komando taktis (kotis) karena depresi akibat sakit malaria. Lalu, Eko disebut meninggal bunuh diri di kamar tidur karena terlilit utang.
“Atas kecurigaan itu, keluarga memeriksa kondisi jenazah Eko sebelum akhirnya dimakamkan. Saat kami membuka kain kafan, kami menemukan bekas luka tembak dari atas telinga kanan tembus ke kening kiri,” kata Dedi.
Keluarga curiga ketika melihat ada mirip luka bakar seperti disulut api rokok di punggung Eko. Di punggungnya juga terdapat lebam. “Di mata, bawah ketiak, lutut kanan, serta kaki kanan juga kami temukan lebam,” kata Dedi sambil menunjukkan beberapa foto terkait kondisi jenazah Eko.
Paman Eko, Abdul Sattar Siahaan, juga menilai ada kejanggalan karena disebutkan tidak ada orang di sekitar kamar Eko saat kejadian penembakan itu. “Mereka menyebut, Eko meminta semua rekannya pergi dari pos kotis sebelum aksi bunuh diri itu. Ini janggal karena pos itu tempat para perwira. Rasanya tidak mungkin dia bisa meminta semua perwira meninggalkan posnya,” kata Sattar.
Sattar menyebut, mereka juga menyesalkan langkah Korps Marinir yang tidak melakukan autopsi dan penyelidikan hukum. “Sangat janggal jika seorang prajurit TNI ditemukan meninggal di kamarnya dengan luka tembak dan luka lebam, tetapi tidak ada penyelidikan hukum sama sekali. Lalu, cepat-cepat disimpulkan Eko mati karena bunuh diri tanpa dasar penyelidikan apa pun,” kata Sattar.
Sudah ada dari Marinir menelepon kami dan menyebut akan dilakukan autopsi, tetapi hingga kini belum ada kejelasan.
Bersurat ke Presiden
Sattar mengatakan, mereka sudah mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Panglima TNI, Kepala Staf TNI AL, dan pejabat lainnya. Mereka meminta agar dilakukan autopsi dan penyelidikan tentang penyebab kematian Eko. Sattar menyebut, kejanggalan-kejanggalan yang mereka temukan memunculkan kecurigaan Eko mati dibunuh.
“Kami juga sudah pergi ke Jakarta dan melapor ke Puspom TNI dan POM TNI AL. Namun, kami diminta melapor dulu ke satuannya di Korps Marinir. Sudah ada dari Marinir menelepon kami dan menyebut akan dilakukan autopsi, tetapi hingga kini belum ada kejelasan,” kata Sattar.
Sattar mengatakan, keluarga hanya ingin menuntut keadilan. Eko yang masih lajang itu adalah prajurit kebanggaan keluarganya. Dia tamat dari Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh, Aceh. Ibu dan saudara-saudaranya sangat terpukul dengan kepergian Eko.
Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Nugraha Gumilar meminta Kompas untuk langsung menghubungi Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama I Made Wira Hady Arsanta Wardhana. Namun, Made Wira belum merespons pesan singkat yang dikirimkan Kompas.