Ratusan Warga Alami Diare Massal di Pesisir Selatan, Empat Orang Meninggal
Diare massal di Pesisir Selatan diduga terjadi karena sumber air masyarakat tercemar bakteri ”E coli”.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
PADANG, KOMPAS — Ratusan orang mengalami diare massal di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Empat orang di antaranya meninggal dunia. Peristiwa yang ditetapkan sebagai kejadian luar biasa itu diduga terjadi akibat sumber air yang tercemar bakteri.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pesisir Selatan Intan Novia Fatma menjelaskan, sejak 21 April 2024 hingga Minggu (5/5/2024) ini, terdapat 143 warga yang mengalami diare. ”Sebanyak 104 orang dinyatakan sembuh, 4 orang meninggal, dan 15 orang dirawat,” katanya, Minggu.
Intan memaparkan, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) terkait dengan kejadian diare massal itu. Biaya perawatan pasien yang mengalami diare juga digratiskan.
Rumah sakit rujukan disiagakan untuk menampung pasien yang mengalami diare. Salah satu yang disiagakan adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Muhammad Zein Painan, Pesisir Selatan.
Intan memaparkan, diare massal itu diduga terjadi karena sumber air warga tercemar oleh bakteri Escherichia coli (E coli) yang berasal dari feses. Selama ini sebagian warga setempat memiliki kebiasaan meminum air tanpa dimasak.
Dia menambahkan, sumber air minum masyarakat itu berasal dari sumber air Pincuran Langit, Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih, Kecamatan Sutera, Pesisir Selatan.
Untuk memastikan penyebab diare massal itu, tim dari sejumlah instansi akan memeriksa sampel air dari sumber air tersebut untuk diperiksa di laboratorium.
Selain dari Dinkes Pesisir Selatan, pemeriksaan juga melibatkan Dinkes Sumbar, Laboratorium Kesehatan Daerah Sumbar, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Padang, dan Universitas Andalas.
”Hari ini tim BBPOM datang untuk mengambil dan meneliti ulang sampel air,” ujar Intan.
Menurut dia, Pemkab Pesisir Selatan juga melakukan penyuluhan kepada warga terkait dengan cara memasak air minum dan makanan hingga matang. Penyuluhan dilakukan melalui petugas puskesmas, wali nagari, dan tokoh agama.
Kepala BBPOM Padang Abdul Rahim mengatakan, instansinya mengirimkan tim bersama Dinkes Sumbar ke lokasi untuk mengambil sampel sumber air minum yang dicurigai sebagai penyebab diare. Tim juga mengambil sampel dari sumur warga dan depot air minum isi ulang.
”Sampel-sampel air akan diuji, baik itu dari sumur maupun depot. Akan diuji semuanya karena masyarakat di situ ada juga kebiasaan mengambil air dari sumur atau depot air isi ulang. Kami akan menguji yang mana yang kira-kira berpotensi menyebabkan kontaminasi,” katanya.
Sebanyak 104 orang dinyatakan sembuh, 4 orang meninggal, dan 15 orang dirawat.
Rahim mengaku tidak bisa berspekulasi sumber air mana yang terkontaminasi. Sebab, hal itu baru bisa diketahui setelah hasil pemeriksaan laboratorium keluar.
”Di sana (Kecamatan Sutera) juga kelihatannya pernah terjadi bencana banjir (Maret lalu). Jadi, kemungkinan sumber-sumber air itu tercemar. Namun, untuk lebih pastinya harus hasil uji laboratorium,” ujar Rahim.