Helikopter Mendarat di Latimojong Membawa Bantuan dan Mengevakuasi Warga
Beberapa kali gagal, helikopter akhirnya bisa mendarat dan membawa bantuan ke Latimojong, tempat 3.000 warga terisolasi.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Setelah beberapa kali gagal mendarat akibat cuaca buruk, helikopter pembawa bantuan akhirnya tiba di Kecamatan Latimojong, Luwu, Sulawesi Selatan, Minggu (5/5/2024). Adapun jalur darat masih belum terbuka dan sulit diakses.
Sebelumnya, sepanjang Sabtu, helikopter tak dapat mendarat akibat cuaca buruk. Pada Minggu pagi hingga siang tadi, tiga kali helikopter bolak-balik ke Latimojong dan tetap tak bisa mendarat.
Pendaratan baru bisa dilakukan saat seorang warga mengirim pesan melalui akun Instagram Humas Pemprov Sulsel dan mengabarkan cuaca sudah memungkinkan.
”Alhamdulillah bisa mendarat setelah tadi tiga kali dicoba, tapi gagal terus. Untuk jalur darat tetap terus dicoba agar bisa tembus karena ada 3.000 warga di sana yang membutuhkan bantuan,” kata Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin, Minggu siang.
Menurut Bahtiar, Pemprov Sulsel dibantu TNI dan aparat kepolisian terus berusaha membuka jalur agar lebih banyak bantuan yang bisa disalurkan. Namun, dibutuhkan alat berat berukuran kecil dan mobilisasi bahan bakar serta pekerja untuk memperbaiki jalan dan jembatan atau membuat jembatan darurat.
”Dengan kondisi ini, setidaknya butuh waktu seminggu untuk bisa membuka akses. Karena itu, sembari terus mencoba membuka jalur darat, kami berharap bantuan bisa tetap disalurkan menggunakan helikopter,” katanya.
Di Latimojong, 3.000 warga yang terisolasi tersebar di 12 desa. Bantuan paling dibutuhkan adalah bahan makanan, seperti beras, ikan kaleng, dan obat-obatan. Selama ini, warga memenuhi kebutuhan dengan berbelanja di Belopa, ibu kota Luwu. Namun, dengan sulitnya akses, hal ini tak bisa dilakukan.
Sejumlah anggota tim berusaha membawa bantuan menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Targetnya adalah lokasi terdekat dengan Latimojong yang bisa dijangkau. Selanjutnya, bersama warga, bantuan bisa dibawa secara estafet dengan berjalan kaki.
Selain membawa bantuan, helikopter juga mengevakuasi sejumlah warga ke Belopa. Sebagian warga yang dievakuasi ini adalah mereka yang sebelumnya kehilangan rumah akibat kebakaran.
”Saya ikut ke Belopa untuk mengurus berbagai surat keterangan dan mengungsi ke rumah kerabat. Rumah habis kebakaran lalu kena longsor lagi. Tinggal pakaian di badan yang tersisa,” kata Ramlah Baddu, seorang guru SMP di Latimojong.
Di Siwa, Wajo, bantuan juga terus disalurkan ke posko-posko pengungsian. Di daerah ini banjir bandang merendam rumah, perkantoran, dan persawahan milik warga. Akibat sebagian besar wilayah tertutup lumpur, warga tak bisa mengakses air bersih. Banjir di kawasan ini berdampak pada 12.000 warga.
Banjir bandang dan longsor terjadi di enam kabupaten di Sulsel, yakni Luwu, Sidrap, Wajo, Pinrang, Enrekang, dan Sinjai pada Jumat (3/5/2024). Sebelumnya, pada Minggu (14/4/2024), longsor terjadi di Tana Toraja dan menewaskan 20 warga. Pada Jumat (26/4/2024) longsor terjadi di Toraja Utara dan menyebabkan tiga warga tewas.
Kejadian ini disusul banjir bandang dan longsor di Enrekang pada Sabtu (27/4/2024) malam. Banjir bandang dan longsor di Enrekang menyebabkan sejumlah jalan ambles. Saat belum akses bisa dibuka, longsor kembali terjadi pada Jumat (3/5/2024).