Bakal Dipentaskan di Italia, Kesenian Banyumasan Diharapkan Bisa Mendunia
Sejumlah kesenian Banyumasan, seperti calung, lengger, ebeg, ujungan, jemblung, dan cowongan, ditampilkan di Italia.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sejumlah kesenian khas Banyumasan, Jawa Tengah, akan dipentaskan di tiga kota di Italia pada 20-28 Mei 2024. Penampilan itu diharapkan menjadi ajang pelestarian budaya sekaligus promosi wisata Banyumas di dunia internasional.
Pentas beberapa kesenian Banyumasan di Italia itu bertajuk ”Calung-Lengger Banyumasan: The 1st Italian Tour”. Ajang itu merupakan hasil kerja sama Sanggar Seni Sekar Shanty, Kabupaten Banjarnegara, Jateng, dengan dua peneliti dari Italia.
Dua peneliti tersebut adalah Daniele Zappatore, peneliti dan pembuat film dari Universitas La Sapienza, Roma, serta Professor Giovanni Giuriati, guru besar etnomusikologi dan Ketua Giorgio Cini Foundation, Venesia.
Kerja sama dalam hal pengembangan seni calung dan lengger Banyumasan itu telah terjalin sejak 2019 dalam bentuk pendokumentasian, penelitian, dan pengembangan pertunjukan.
”Program ini dapat menjadi kesempatan emas agar seni pertunjukan tradisional khas Bayumas dikenal di dunia internasional,” tutur Ketua Sanggar Seni Sekar Shanty, Yusmanto, yang juga Ketua Delegasi ”Calung-Lengger Banyumasan: The 1st Italian Tour”, Minggu (5/5/2024) sore, di Banyumas.
Ketua Sanggar Seni Sekar Shanty, Yusmanto, saat ditemui di Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (5/5/2024) sore.
Yusmanto memaparkan, dalam ajang ”Calung-Lengger Banyumasan: The 1st Italian Tour”, dirinya bersama sembilan seniman Banyumasan akan tampil di Kota Venice, Roma, dan Napoli. Beberapa kesenian Banyumasan yang akan ditampilkan adalah lengger, calung, jemblung, ujungan, cowongan, dan ebeg atau kuda lumping.
”Kita selaku masyarakat dan seniman punya tugas yang sama, bagaimana berbagai ragam kesenian lokal Banyumas ini bisa kita angkat bersama-sama menjadi kekuatan kultural yang mengindonesia dan mendunia,” tutur Yusmanto.
Selain Yusmanto, dalam kunjungan ke Italia tersebut turut pula penari lengger lanang Rianto, pesinden Muriah Budiarti, serta seniman Cipto Subroto, Sukendar, Sarmin, Rumpoko Setyo Aji, Eko Kuntowibowo, dan Gading Banyubiru. Dosen Karawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Darno Kartawi juga turut serta.
”Dalam ajang ini, kami ingin mengangkat identitas budaya lokal Banyumas. Kami memberi perhatian khusus pada seni lengger-calung yang merupakan representasi dari sifat hidup masyarakat Banyumas,” tutur Darno yang berasal dari wilayah Karangpucung, Kabupaten Cilacap, Jateng.
Menurut Darno, kesenian Banyumas berada di antara dua lokus budaya, yaitu Jawa Barat dan Yogyakarta-Surakarta. Dia mencontohkan, di wilayah perbatasan Cilacap dengan Jabar terdapat kesenian ronggeng atau renggong yang di Banyumas disebut lengger.
Dalam penampilan di Italia, menurut Darno, para seniman akan menampilkan kesenian dengan tiga warna berbeda. Yang pertama adalah kesenian khas Banyumasan yang menunjukkan jati diri orang Banyumas.
Program ini dapat menjadi kesempatan emas agar seni pertunjukan tradisional khas Bayumas dikenal di dunia internasional.
Kedua, para seniman juga akan menampilkan karya yang menunjukkan pertemuan antara budaya Jabar dan Banyumas. Ketiga, ditampilkan pula kesenian yang dipengaruhi budaya Yogyakarta-Surakarta.
”Kami coba kemas dengan garapan inovatif. Kemudian yang bersinggungan dengan kultur Surakarta dan Yogyakarta digarap dengan prinsip-prinsip sedikit terstruktur dan sistematis karena Banyumas itu kekuatannya pada sifat spontanitasnya,” papar Darno.