Panas ekstrem yang melanda Asia diprediksi bakal terus berlanjut dan mencapai rekor tertinggi pada Mei 2024.
Oleh
AHMAD ARIF
·5 menit baca
Suhu sangat panas dan kelembaban yang tinggi telah memanggang sejumlah negara di Asia, menyebabkan penutupan ribuan sekolah dan meningkatkan risiko kematian. Tren kenaikan suhu yang telah terjadi sejak setahun terakhir ini merupakan kombinasi dari dampak El Nino dan pemanasan global yang diperkirakan bakal mencapai rekor tertinggi secara global pada 2024.
Paparan suhu panas lebih dirasakan negeri tetangga. Pada Minggu (28/4/2024), Filipina mengumumkan penangguhan kelas tatap muka di semua sekolah negeri selama dua hari setelah hari panas yang memecahkan rekor. Badan Meteorologi Filipina memperingatkan indeks panas telah mencapai 45 derajat celsius, dikategorikan sebagai ”berbahaya”, dan berpotensi menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan panas seperti serangan panas.
Di Thailand, suhu melebihi 40 derajat celsius terjadi di Bangkok serta wilayah tengah dan utara lainnya sehingga mendorong peringatan yang mendesak masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar ruangan. Menurut laporan Kementerian Kesehatan Thailand, bulan lalu, tercatat 30 kematian disebabkan oleh serangan panas.
Di Vietnam, warga mencari perlindungan di pusat perbelanjaan dengan penyejuk ruangan (AC) di tengah suhu yang terik. Badan cuaca nasional setempat memperingatkan risiko kebakaran hutan, dehidrasi, dan penyakit yang berhubungan dengan panas. Suhu maksimum di Vietnam utara dan tengah dilaporkan mencapai 44 derajat celsius.
Departemen Meteorologi Malaysia mengeluarkan peringatan cuaca panas untuk 16 wilayah dengan suhu berkisar 35-40 derajat celsius selama tiga hari berturut-turut. Sementara itu, layanan meteorologi Singapura memperkirakan suhu akan lebih tinggi pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya yang merupakan rekor suhu terpanas keempat di negara itu sejak 1929. Hari terpanas yang tercatat di Singapura adalah 13 Mei 2023, ketika suhu mencapai puncaknya pada 37 derajat celsius.
Paparan suhu panas juga melanda Kamboja, Myanmar, Vietnam, India, dan Bangladesh dengan suhu maksimal harian bisa mencapai 45 derajat celsius. Bangladesh termasuk yang terpapar panas paling parah.
Departemen Meteorologi Bangladesh, akhir April, telah memperpanjang peringatan bahwa gelombang panas yang sedang berlangsung kemungkinan akan berlanjut. Hal ini memicu penutupan semua sekolah dasar dan menengah selama seminggu berikutnya setelah penutupan di seluruh negeri pada pekan sebelumnya. Laporan Save the Children perwakilan Dhaka menyebutkan, gelombang panas membuat sekitar 33 juta anak di Bangladesh tidak dapat bersekolah karena suhu melonjak melewati 42 derajat celsius.
Tren pemanasan di Indonesia
Sekalipun tidak sepanas negara-negara tetangga, suhu di Indonesia pada tahun ini juga tercatat naik signifikan dibandingkan rata-rata tahunanya. Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani mengatakan, suhu udara maksimum tertinggi dalam sepekan terakhir terekam di Stasiun Geofisika Deli Serdang, Sumatera Utara, sebesar 37,3 derajat celsius pada 28 April 2024.
Benua Asia mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan rata-rata global.
Pekan sebelumnya, suhu udara maksimum di Indonesia di atas 36,5 derajat celsius juga tercatat di beberapa wilayah, yaitu pada 21 April di Medan, Sumatera Utara, tercatat suhu maksimum 37 derajat celsius dan di Saumlaki, Maluku, mencapai suhu maksimum 37,8 derajat celsius serta pada 23 April di Palu, Sulawesi Tengah, mencapai 36,8 derajat celsius.
BMKG juga mencatat terjadinya anomali suhu lebih panas sepanjang Maret 2024. Berdasarkan analisis dari 115 stasiun pengamatan, suhu udara rata-rata Maret 2024 di Indonesia sebesar 27,43 derajat celsius. Padahal, normal suhu udara klimatologis untuk Maret pada periode 1991-2020 adalah 26,63 derajat celsius.
Berdasarkan data tersebut, anomali suhu udara rata-rata pada Maret 2024 menunjukkan lebih tinggi 0,8 derajat celsius dari rata-rata. Anomali suhu udara Indonesia pada Maret 2024 ini merupakan yang tertinggi ke-2 sepanjang periode pengamatan sejak 1981.
Menurut data BMKG, anomali paling tinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Gusti Syamsir Alam, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kenaikan suhu tercatat 2,1 derajat celsius lebih tinggi dari rata-rata klimatologisnya.
Asia memanas lebih cepat
Bencana panas yang memanggang sebagian Asia ini menguatkan laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) minggu ini yang memperingatkan bahwa Asia menjadi ”wilayah yang paling rentan terkena bencana di dunia akibat cuaca, iklim, dan bahaya terkait air pada tahun 2023”.
Laporan ”Keadaan Iklim di Asia Tahun 2023” ini menyoroti percepatan indikator-indikator utama perubahan iklim, seperti suhu permukaan, penyusutan gletser, dan kenaikan permukaan laut yang akan berdampak besar bagi masyarakat, perekonomian, serta ekosistem di kawasan ini.
Menurut laporan WMO ini, benua Asia mengalami pemanasan lebih cepat dibandingkan rata-rata global. Tren pemanasan itu meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961–1990.
Rata-rata suhu dekat permukaan tahunan di Asia pada 2023 mencapai rekor tertinggi kedua, 0,91 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1991–2020 dan 1,87 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1961–1990. Suhu rata-rata yang sangat tinggi tercatat dari Siberia bagian barat hingga Asia Tengah dan dari China bagian timur hingga Jepang.
”Kesimpulan laporan ini sungguh menyedihkan. Banyak negara di kawasan ini (Asia) mengalami rekor tahun terpanas pada tahun 2023, bersamaan dengan serangkaian kondisi ekstrem, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo.
Tahun lalu, gelombang panas yang parah di India pada April dan Juni menyebabkan sekitar 110 kematian yang dilaporkan akibat sengatan panas. ”Gelombang panas yang besar dan berkepanjangan memengaruhi sebagian besar Asia Tenggara pada April dan Mei 2023, meluas hingga ke barat hingga Bangladesh dan India Timur, dan utara hingga China selatan, dengan suhu yang memecahkan rekor,” tulis WMO.
Situasi tahun 2024 ini diperkirakan bakal lebih parah. Analisis statistik baru mengenai interaksi antara El Nino dan kenaikan suhu global akibat perubahan iklim menyimpulkan, suhu dan kelembaban di daerah tropis pada 2024 ini diperkirakan akan memecahkan rekor tertinggi.
Prediksi tersebut, yang dibuat oleh para ilmuwan iklim di University of California, Berkeley, berlaku di sebagian besar wilayah dunia yang di garis khatulistiwa, termasuk India dan sebagian besar Afrika, Amerika Tengah dan Selatan serta Australia, hingga Florida dan Texas. Analisis dipublikasikan di Geophysical Research Letters pada 5 April 2024.
Para peneliti menyimpulkan, El Nino kuat hingga sangat kuat pada akhir 2023, yang diberi peringkat 2,0 pada Indeks Nino Oseanik, menunjukkan bahwa suhu bola basah maksimum di daratan tropis pada 2024 adalah 26,2 derajat celsius dan 68 persen peluang memecahkan rekor yang ada.
Analisis ini didasarkan pada pemahaman para ilmuwan saat ini mengenai dampak El Nino terhadap panas dan kelembaban tropis, khususnya suhu atmosfer beberapa kilometer di atas permukaan tanah mengendalikan seberapa panas dan lembabnya suhu di permukaan tanah. Suhu tingkat atas ini berada pada titik terpanasnya sekitar lima bulan setelah puncak El Nino yang terjadi pada Desember 2023.
Berdasarkan kajian ini, anomali suhu yang terjadi sepanjang April 2024, sangat mungkin berlanjut pada Mei 2024. Suhu bumi pada bulan ini diprediksi bakal melanjutkan rekor terpanas yang tren kenaikannya telah berlangsung sejak pertengahan 2023.